Lihat ke Halaman Asli

Rio IndraKurniawan

Mahasiswa S1 Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Kepemimpinan Pemimpin 101: Apakah Demokrasi Merupakan Gaya Kepemimpinan yang Terbaik?

Diperbarui: 16 Juni 2022   11:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Beberapa definisi menjelaskan pengertian dari kepemimpinan, dalam KBBI sendiri kepemimpinan mempunyai pengertian singkat sebagai n perihal pemimpin; cara memimpin. Pengertian tersebut benar adanya dimana kepemimpinan sendiri adalah bagaimana cara seseorang agar dapat memengaruhi orang lain agar dapat meraih suatu tujuan. Banyak dikatakan bahwasannya kepemimpinan yang baik adalah dengan mendengarkan banyak pendapat orang sehingga hal baiknya dapat dikombinasikan sebagai suatu keputusan yang sempurna. Utopia itulah yang dinamakan gaya kepemimpinan demokratis.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa demokratis bukan satu-satunya gaya kepemimpinan yang ada di dunia. Terdapat beberapa gaya kepemimpinan yang ada, salah satu kontra terbesar dari gaya kepemimpinan demokratis adalah otoriter. Memang dalam anggapannya, otoriter dikatakan sebagai gaya kepemimpinan yang buruk karena keputusan hanya berada di satu tangan dan ditangan itulah segala tindakan harus dilaksanakan oleh anggota atau pengikutnya. Selain itu, juga terdapat pemimpin transaksional yang melakukan suatu keputusan berdasarkan keuntungan terbesar yang bisa didapatkan serta gaya kepemimpinan laisser fire yang selalu mengandalkan keinginan bawahan dalam pengambilann keputusan.

Gaya kepemimpinan demokratis memang sangat disegani banyak orang karena terdapat “keadilan” dalam pengambilan keputusan. Kepemimpinan demokratis ini mengambil suara serta argumentasi dari banyak pihak dalam pengambilan keputusan untuk tujuan tertentu. Dengan kata lain, demokratis menampung segala macam pendapat sehingga setiap orang merasa diayomi dan dihargai setiap pendapatnya.

Namun, kembali tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada suatu sistem dan gaya kepemimpinan yang sempurna. Gaya kepemimpinan demokratis akan sangat merugi karena setiap pendapat membawa kepentingan yang berbeda sehingga dalam suatu perkumpulan, organisasi ataupun negara ketika membutuhkan keputusan yang cepat tanggap akan disusahkan dengan sistem ini. Hal ini tidak lain karena perdebatan dengan musyawarah yang katanya menjunjung tinggi konsep “keadilan” ini tidak akan bisa mengikuti ritme permasalahannya karena dalam pengambilan keputusan akan memakan waktu lama.

Apabila disandingkan dengan konsep kenegaraan, demokrasi terkenal akan pembagian kekuasaan yaitu eksekutif, legislatif dan yudisiil. Dalam konsep kenegaraan, tiga pilar ini membawa dampak yang signifikan antara satu sama lain. Tidak akan tercipta kesejahteraan apabila tidak ada sinergi dari ketiga pilar tersebut. Negara akan membutuhkan banyak pihak untuk menyeimbangkan suatu negara. Jika legislatif busuk dan kedua pilar lainnya berjalan baik negara tetap akan berjalan timpang. Begitu juga sebaliknya sehingga keseimbangan untuk menciptakan kesejahteraan negara hanya sebatas utopia angan belaka.

Apabila kelemahan tersebut dibandingkan dengan gaya kepemimpinan otoriter, maka kepemimpinan otoriter akan lebih cepat dalam pengambilan keputusan karena keputusan hanya berada di satu tangan. Selain itu, dalam konsep kenegaraan, gaya kepemimpinan otoriter akan membawa negara menjadi baik dan sejahtera apabila satu pucuk kepemimpinan itu baik dan bijaksana. Namun, apabila pemimpin tersebut busuk dan korup maka negara tersebut juga akan hancur seutuhnya. Selain otoriter, gaya kepemimpinan transaksional juga baik digunakan apabila diperlukan dalam suatu negosiasi dengan syarat keuntungan tersebut untuk kepentingan organisasi. Sedangkan, laisser fire dapat digunakan strategi penekanan konflik dengan melemahkan kuasa pemimpin sedikit demi kesejahteraan bawahan.

Pada akhirnya, demokrasi juga bukanlah suatu gaya kepemimpinan yang sempurna yang dapat digunakan dalam segala situasi. Tidak semua permasalahan bisa diselesaikan dengan gaya kepemimpinan demokratis dalam pengambilan keputusan. Otoriter pun bukan gaya kepemimpinan terburuk meskipun hanya didominasi oleh satu orang. Maka dari itu, seorang pemimpin yang bijak dan baik dalam kepemimpinannya, kita harus mampu untuk memosisikan diri untuk menggunakan segala gaya kepemimpinan dalam berbagai situasi agar tujuan dapat terlaksana dan terwujud dengan baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline