Anak Muda yang sudah mengetahui seksual
Perilaku seksual remaja adalah topik yang sering dihindari, namun penting untuk dibahas. Di era digital ini, generasi muda mempunyai akses mudah terhadap berbagai informasi, termasuk informasi tentang seksualitas. Namun, informasi yang tidak tepat dan kurangnya pendidikan seksual yang memadai dapat mempengaruhi perilaku seksual remaja. Mari kita gali lebih dalam fakta-fakta tentang perilaku seksual remaja di era digital ini. Sebelum itu, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa sih perilaku seksual itu?
Menurut Sarwono (2011), perilaku seksual adalah suatu bentuk perilaku yang dirangsang oleh hasrat atau keinginan seksual dan dapat terjadi antara orang yang berlainan jenis maupun sesama jenis (Yulianto, Rohmadini, et al., 2020). Menurut Pangkahila W, secara psikologis, perubahan yang terjadi pada masa remaja mungkin disebabkan oleh dorongan seksual, perasaan cinta, dan ketertarikan terhadap lawan jenis. Hal ini tidak lepas dari pengaruh hormon seks testosterone (Soejoeti, n.d.). Remaja masa kini terlahir dan tumbuh dalam era digital, di mana media sosial dan internet menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memeriksa ponselnya segera setelah bangun tidur, menghabiskan waktu berjam-jam di depan ponsel, dan tertidur dengan ponsel di samping mereka. Teknologi sekarang ini telah menjadi teman sejati, menyediakan hiburan, informasi, dan sarana komunikasi yang tak terbatas. Namun, di balik manfaatnya yang luar biasa, internet dan media sosial memiliki sisi yang negatif.
Era digital ini telah membawa perubahan besar dalam aspek kehidupan, termasuk dalam pembahasan kali ini. Media sosial dan internet telah menjadi sumber informasi utama seksual bagi banyak remaja. Sayangnya, informasi yang mereka dapatkan terkadang tidak akurat atau bahkan merusak. Menurut Anderson et al. (Mooduto et al., 2021), Kementerian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia mengatakan jumlah pengguna internet sosial meningkat pesat di Indonesia sendiri, dengan 80% di antaranya adalah remaja berusia antara 15 dan 19 tahun. Tidak semua remaja menggunakan media sosial dan internet untuk hal yang positif. Banyak generasi muda yang memanfaatkan teknologi ini untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, seperti memuaskan diri melalui konten pornografi. Konten semacam ini mudah diakses dan seringkali remaja merasa aman karena mereka berinteraksi dengan dunia maya dari balik layar. Selain itu, media sosial juga memungkinkan remaja untuk berhubungan dengan orang yang tidak mereka kenal dengan cara yang mungkin tidak mereka lakukan di kehidupan nyata, seperti sexting atau berbagi foto atau video yang tidak pantas, penggunaan aplikasi kencan. Banyak remaja menggunakan aplikasi kencan untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal yang bisa berpotensi mengarah ke perilaku seksual. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua remaja terpengaruh oleh media sosial dan internet dalam cara yang sama. Banyak faktor lain, seperti peran orang tua yang minim dan lingkungan sosial yang memainkan peran penting dalam membentuk perilaku seksual remaja.
Penggunaan media sosial dan aplikasi kencan online di era digital ini dapat mempengaruhi cara remaja berinteraksi dan membentuk hubungan. Mereka mungkin mengalami tekanan untuk terlibat dalam hubungan atau perilaku seksual yang tidak sehat, yang dapat memengaruhi kualitas hubungan mereka. Paparan terhadap konten seksual yang tidak pantas atau tidak sehat di era digital dapat menyebabkan gangguan emosional pada remaja; mereka mungkin mengalami kecemasan, depresi, atau rendahnya harga diri akibat perbandingan dengan citra tubuh yang tidak realistis. Remaja yang terpapar konten seksual yang tidak sehat atau tidak pantas di era digital cenderung terlibat dalam perilaku seksual berisiko. Mereka mungkin tergoda untuk melakukan hubungan seks yang tidak aman atau melakukan praktik seksual yang tidak aman.
Oleh karena itu, di era digital, peran orang tua sangat penting dalam membantu anak agar lebih berhati-hati dalam berperilaku seksual. Dengan komunikasi terbuka, orang tua perlu menciptakan lingkungan yang aman dan terbuka untuk berkomunikasi dengan remaja tentang seksualitas. Membuka saluran komunikasi yang jujur dan tanpa ada hukuman akan membantu remaja merasa nyaman untuk berbagi pertanyaan, kekhawatiran, atau pengalaman mereka terkait dengan seksualitas. Orang tua juga perlu mengawasi penggunaan teknologi remaja, termasuk akses mereka ke internet dan media sosial. Mereka dapat membatas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H