Lihat ke Halaman Asli

Penguasa Media Adalah Penguasa Dunia

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apabila anak anda menanyakan “siapa pemimpin negeri ini?”, tentu saja anda akan menjawab “presiden”. Secara fisik memang kita semua tahu yang memimpin negeri ini tentu saja presiden. Tapi taukah anda siapa yang memimpin semua pemikiran rakyat di negeri ini?

Media-lah sesungguhnya yang saat ini memimpin pemikiran seluruh umat manusia di dunia ini. Ketika hal yang salah ataupun benar terjadi, dengan mudah media bisa memutar balikkan fakta. Bahkan ketika presiden melakukan hal yang belum kita tahu baik atau buruknya, karena mungkin dalam jangka panjang, dengan mudah media bisa mencuci otak kita dengan mengatakan hal itu tidak baik.

Ketika terjadi demo besar-besaran yang kemudian berujung kerusuhan misalnya. Para peserta demo merusak apapun yang ada di depan mereka, menghancurkan semua benda yang mungkin bagi orang lain sangat berharga, kemudian polisi pun harus bertindak. Kemudian terjadilah bentrokan antara para pendemo dan polisi. Para pendemo sangat anarkis sehingga polisi pun harus bersikap tegas. Siapakah yang bersalah disana? Apakah yang terjadi apabila para polisi yang bermaksud baik dan menghentikan kerusuhan terus dilawan oleh para pendemo yang tidak punya aturan? Toh Negara kita Negara hukum.

Ketika polisi pun harus menangkap biang kerusuhan dan agak anarkis (yang memang sudah agak emosi dengan kelakuan para pendemo), media pun kemudian mencecar para polisi yang bersikap anarkis. Halooo… kok dari tadi pendemo yang anarkis gak ada beritanya yah..yang ada Cuma berita polisi yang anarkis.

Demo..saya pun sangat mendukung, untuk mengingatkan para pemimpin kalau mereka itu salah. Tapi polisi adalah pengaman Negara ini. Kalau dimisalkan, kan gak pantes kalau anak-anak sekolah memukul guru-gurunya ketika mereka demo.

Haduuh…jadi ngelantur neh..haha.. Intinya ya di media itu dong. Berita kadang mengarahkan kita untuk berfikir kepada sesuatu yang belum tentu benar atau salah. Ada yang bilang “jangan di makan bulet-bulet..siapa tahu isinya ulet”. Artinya kita fikirkan dulu, cermati dulu, diskusikan dulu, baru kemudian insya Allah tahu mana yang benar.

Misalnya lagi berita tentang pembakaran Al-Qur’an. Ketika Al-Qur’an mau dibakar dan dibakar, berita ada dimana-mana. Tapi waktu pendeta yang membakar Al-Qur’an mati kecelakaan dan terbakar hidup-hidup, gak ada beritanya. Malahan foto-foto di internet saja sudah tidak bisa di liat lagi, alias di blokir.

Mmhh..maka pesan saya..”faqqir qobla anta’zima”..fikir dulu sebelum bertindak. Jangan langsung menyalahkan atau membenarkan apa yang media beritakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline