Lihat ke Halaman Asli

Balap Liar, Salah Siapa?

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Balap liar atau lebih sering disebut dengan “BALI” bukan merupakan suatu yang baru lagi, fenomena ini telah muncul sejak lama waktu yang lalu. Aksi balap liar yang kebanyakan dilakukan oleh para remaja ini sudah seperti jamur di musim hujan. Setiap daerah di Indonesia pasti terdapat satu dua tempat arena balap liar. Sudah sering aparat keamanan bahkan warga membubarkan aksi kebut-kebutan di jalan raya ini namun tetap saja hal yang sama terulang lagi. Yang menjadi masalah adalah salah siapakah ini????

Jika menilik pada pertanyaan salah siapa atau siapa yang harus bertanggung jawab atas maraknya aksi balap liar dijalan, maka jawabannya pasti akan beragam. Mereka yang ikut dalam aksi balap liar adalah actor utama yang pantas untuk disalahkan, pasti banyak pihak yang beranggapan seperti itu. Namun bagaimana dengan parat keamanan? Apakah mereka juga pantas untuk dipertanyakan tanggung jawabnya? Nah itu yang juga perlu menjadi pertanyaan kita.

Maraknya aksi balap liar di jalanan salah satu factor penyebabnya ialah kurangnya lahan untuk mereka lenyalurkan bakat-bakat mereka, khususnya dibidang otomotif. Even-even seperti gelaran balap resmi drag race jarang sekali diselenggarakan, kalupun ada biaya untuk mendaftarkan diri cukup mahal. Hal inilah yang membuat mereka memilih untuk terjun di jalan daripada mengikuti even-even resmi yang jarang juga digelar. Karena tidak semua pebali (istilah untuk menyebut pembalap liar) memiliki modal yang cukup untuk ikut dalam gelaran tersebut, selain karena biaya pendaftaran, biaya untuk mereka mengupgrade mesin-mesin karapan mereka sudah mahal. Hal ini tentu memberatkan bagi mereka yang bernaung dibawah nama club atau bengkel mereka yang masih tergolong kecil, untuk mereka yang bernaung dibawah bendera club atau bengkel besar tentu saja tidak menjadi masalah.

Mereka yang sering ikut balap liar tentu telah sadar akan setiap resiko yang mereka hadapi mulai dari terjatuh atau bahkan sampai berurusan dengan aparat kepolisian. Namun perlu juga disinggung apakah polisi tidak ikut dalam gelaran balap jalanan ini? Di kalangan para pebali tentunya bukan rahasia lagi jika polisi juga ikut dalam gelaran ini. Mungkin tidak secara langsung ikut menggeber motor bersama dengan pebali yang lain, tetapi bermain dibalik layar. Artinya mereka membacking dari belakang aksi-aksi tersebut, tentu saja dengan timbale balik yang lain. Seperti yang terjadi di banyak tempat bawasannya ada beberapa oknum polisi yang meminta jatah keamanan. Memang tidak semua polisiseperti itu tetapi fakta dilapangan memang terjadi praktek demikian.

Untuk itu guna menekan angka balap liar dijalan perlu adanya ruang bagi mereka untuk mengekpresikan potensinya. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah setempat dengan promotor balap untuk lebih mewadahi para pebali lewat even-evem resmi yang lebih sering lagi, tentu saja dengan kemasan yang dapat dijangkau oleh setiap pecinta adu kebut. Kegiatan semacam ini akan menekan angka balap liar jalanan. Perlu diketahui pula bahwa potensi-potensi pembalap nasional bahkan juga yang pernah bertanding di kancah internasional dan berhasil mengharumkan nama bangsa tidak sedikit yang berawal dari potensi jalanan seperti ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline