Mentari muncul di pagi hari, telah mengintip hari baru. Embun pagi menyapa di
balik jendela kamar tidur, menyelinap masuk melalui celah kecil. Kevin, pemuda
berusia 22 tahun, rambut pirang, tinggi, dan berkaca mata sedang bersiap-siap untuk
pergi ke sekolah. Ia adalah mahasiswa yang sangat cerdas. Bisa dibilang, ia adalah
seorang kutu buku yang berpengetahuan, sayangnya ia adalah pribadi yang pendiam
sehingga sedikit siswa yang mau bergaul dengannya. Sering kali, ia hanya dimanfaatkan
oleh teman kelasnya untuk mengerjakan tugas temannya itu.
"Ups... Pagi, Vin. Lagi ngak ada kerjaan nih? Kalau gitu bantuin aku ngerjain
tugasku dong, susah nih! Kalau sudah beres, letakin di mejaku ya!!!" Perintah salah
seorang teman sekelasnya yang seperti tidak merasa berdosa. Kevin hanya terdiam
mengangguk saja.
Suatu kali, di perpustakaan sekolahnya, ia duduk terpaku pada bukunya. Ia
sedang menikmati buku yang dibacanya. Tiba-tiba, seorang gadis cantik, paras yang
mempesona, tinggi yang setandar, mata yang lentik, dan elegan berkunjung ke sana
juga. Dia menuju ke rak buku dan sedang memilih buku yang akan dibacanya. Ternyata,
Kevin terpana dengan dia. Ia langsung memalingkan wajahnya dari buku yang ia
pegang, melihat-lihat gadis itu dan mencermatinya .
"Antika Theresiana, di mana kamu?" suara seorang gadis dengan nada tinggi,
dia bernama Vita. Ternyata, gadis cantik yang sedang berada di rak buku itu bernama
Antika. Kevin langsung terkejut dan tak sengaja menjatuhkan buku di genggamannya
karena suara Vita. Tepat di saat ia akan mengambil bukunya, tiba-tiba ada tangan yang
menjulur ke buku itu juga. Tangan yang lembut nan indah, halus bagaikan rajutan sutra.
Ya, itu adalah tangan Antika. Kevin langsung menarik tangannya kembali dan sangat
gugup.Sambil memberikan buku yang jatuh itu pada Kevin,Antika hanya menyapa dan
tersenyum manis kepadanya. Dia langsung pergi bersama Vita, temannya.
Di kelas, Kevin selalu membayangkan gadis itu.Terngiang-ngiang di kepala, ia
terus memikirkannya. Ia pun keluar kelas dan menemukan Vita, teman kelas sebelahnya
yang duduk di bawah rimbunnya pohon beringin. Dalam hati, Kevin berniat untuk
bertanya tentang gadis yang ada di perpustakaan tadi.
"Eeee.... Hai Vit, aku mau nanya boleh? Bukan maksud apa-apa si, hanya ingin
tahu saja, bolehkan? Hehehe..." Kata-kata Kevin untuk membuka percakapan bersama
Vita.
"Hai juga, Vin. Mau tanya apa emangnya? Jangan macam-macamya! Nanti
kupukul kau..." Ancam Vita, gadis yang sedikit bar-bar, namun baik.
"Gadis yang ada di perpus tadi, siapa dia? Apa dia murid baru? Aku hanya
penasaran saja si, hehehe...."Tanya Kevin yang di dalam hati serius tetapi dengan suara
yang hanya bercanda. Vita pun memperkenalkannya pada Kevin.
"Oh... Jadi dia namanya Antika, seorang murid pindahan yang ada di kelas
pojok sana. Hehehe... Aku baru tahu, makasih, Vit!" Ucap Kevin sambil berjalan
masuk ke kelasnya.
Pulang kuliah, tak sengaja Kevin dan Antika berpapasan di gerbang.Kevin pun
memberanikan diri untuk berbicara dengannya. Ia berterima kasih atas kejadian di
perpustakaan waktu itu. Mereka pun saling memperkenalkan diri dan pulang bersama.
Karena Kevin mengendarai sepeda, ia pun menuntunnya demi berjalan pulang
bersamanya. Menurut Kevin, Antika adalah orang yang ramah, lucu, cantik, dan
menarik. Ia berharap bisa menjadi sahabat yang baik dengan Antika selamannya.
***
Angin malam berhembus menerpa jendela kamar yang terbuka, Kevin sedang
melamun di sana. Ia tidak berhenti untuk memikirkan gadis itu. Dalam benaknya, iab
selalu mengaguminnya. Dalam hatinya, ia langsung merasa terbang bagai BurungCamar
yang menari-nari di angkasa luas. Ia langsung termenung karena teringat sesuatu.
"Andai saja, aku tidak menjadi orang yang seperti ini. Pengecut, pendiam,
pemalu, kurang percaya diri, gugup,dan banyak lagi kekuranganku. Apa aku bisa
menjadi seorang yang penting bagi Antika?" Tanya Kevin pada diri sendiri. Ia merasa
bahwa dirinya tidak akan pantas untuk memiliki gadis yang sesempurna itu. Apalagi,
banyak laki-laki yang lebih sempurna dari padanya. Ia semakin tidak yakin dengan
dirinya sendiri dan seakan ia menyalahkan dirinya sendiri karena itu.
"Aku menyukaimu, sangat-sangat menyukaimu!!! Apa kau mau menerimaku?
Apa kau mau menerimaku apa adanya? Antika... jadilah orang yang berarti bagiku!"
"Aku juga menyukaimu, sangat menyukaimu. Andai, aku bisa bersamamu
selalu. Itu akan sangat menyenangkan bagiku." Seru Antika dengan suara yang indah
sambil melambaikan tangannya.
***
"Kring...... Kring" Alarm jam berbunyi. Jam menunjukkan pukul 05.00. Kevin
terbangun dari tidurnya dan duduk di tempat tidurnya.
"Aaaahhh.... Ternyata itu hanyalah mimpi belakaku saja. Mana mungkin Antika
yang cantik itu mau denganku yang seperti ini. Mustahil..." Keluh Kevin dalam hati
sambil melamunkan mimpinya semalam. Ia pun segera mandi untuk bersiap-siap pergi
kuliah.
Jalanan ramai seperti biasanya. Orang-orang silih berganti, bergegas kesana-
kemari untuk pergi bekerja, bersekolah, dan untuk keperluan lainnya. Daun yang
berguguran menunjukkan bahwa musim gugur segera tiba. Daun berjatuhan terbawa
angin pagi yang mengandung embun. Sinar mentari mulai menyelimuti trotoar, hangat
dan sejuk bercampur menjadi satu. Kevin sangat menikmati itu di sepanjang jalan
menuju kampusnya.
Bel kelas mulai berdering, Kevin pun bergegas ke kelasnya. Seperti biasa, kelas
dimulai pagi hari sampai sore hari. Pukul 15.45, Kevin pergi ke taman kampusnya untuk
duduk sebentar, menunggu gadis itu lewat. Ia berniat untuk memberanikan diri dengan
mengajak Antika pulang bersama. Kerbetulan, rumah Antika jalannya searah dengan
Kevin. Deg-degan, canggung, dan kurang percaya diri mulai menyelimuti
perasaannnya. Ia tidak tau bagaimana cara menyapanya terlebih dahulu dan apa yang
akan dikatakan untuk mengajaknya pulang bersama. Dalam hatinya, ia terus berlatih
untuk mencari kata-kata yang tepat.
Tiba-tiba, Vita menghampiri Kevin. Dia menepuk pundak Kevin sambil melihat-
lihatinya. Sepertinya dia terheran-heran dengan Kevin yang bertingkah sedikit aneh itu.
Maklum, untuk pertama kalinya dia berdebar-debar menunggu kedatangan seseorang
yang mungkin penting baginnya.
"Woyy... Lagi ngapain kau di sini. Nggak pulang malah ngalamun. Hayo,
nungguin orang ya? Oh, aku tau, kamu pasti lagi nungguin Antika. Santai, dia belum
keluar dari kelasnya." Tuduh Vita sambil mencurigai Kevin.
"Ehh.... Canis, ngagetin aja kau, Vit. Nggak kok, aku lagi santai aja di sini.
Males aja buat jalan ke rumah, apa lagi sendirian, hehehe.... Taulah, aku lagi nungguin
siapa? Antika hehehe... Tau aja kau, Vit."Kevin memperjelas pernyataan Vita sambil
tersenyum-senyum. Tak lama kemudian, Antika pun keluar dari kelasnya. Senyuman
yang manis, rambut yang terurai di terpa angin, dan mata yang indah itu membuat
Kevin semakin merasa gugup dan tidak percaya diri. Perlahan, dia menuju ke arah
Kevin dan Vita.
"Duluan ya, Vin. Aku doakan, semoga kau berhasil, hahay... Semangat!"Ucap
Vita yang ingin meninggalkan Kevin sambil melambaikan tangannya kepada Antika
yang tak jauh dari hadapannya. Antika juga merespon lambaian Vita sembari tersenyum
dan kemudian dia menuju ke arah Kevin seorang.
"Hai , Vin. Belum pulang to? Ngapain di sini, kan pelajaran di kelasmu udah
selesai dari tadi." Sapa Antika pada Kevin yang berada di hadapannya.
"Ehh, Antika. Belum pulang nih, hehehe.... Tadi di kelas, aku sama teman-
temanku lagi ngerjain tugas kelompok, jadi pulang lambat. Oh iya, em... Kamu mau
pulang bareng sama aku ngak?" Jawab Kevin yang beralasan lain pada Antika. Ia juga
berusaha untuk mengajaknya pulang bersama.
"Ohh... Oke, aku mau-mau saja."Jawabnya yang singkat namun membuat hati
Kevin semakin berdebar kencang. Kevin berhasil untuk mengajak Antika pulang
bersama.
Sepanjang perjalanan, mereka saling bercerita, bercanda dan tertawa bersama
penuh suka cita, sampai lupa kanan dan kirinya. Daun-daun yang berguguran
mengiringi langkah mereka. Berbagai kendaraan ramai bersimpangan karena hari telah
senja. Langit kuning bercampur jingga mewarnai senja kali itu.Untuk pertama kalinya,
Kevin mempunyai teman bercerita dalam hidupnya.
***
Hari demi hari, minggu berganti minggu, tak terasa mereka telah menjadi
sahabat yang baik. Setiap hari, mereka berangkat dan pulang kuliah bersama-sama. Jika
ada waktu luang, mereka gunakan untuk melihat senja di bukit. Kevin juga menjadi
lebih aktif dan menjadi lebih banyak berbicara semenjak bersama Antika. Baginya, dia
adalah teman terbaiknya. Harapan untuk mendapatkan hati Antika semakin bersar
baginya.
"Kevin, apa kamu bisa membantuku untuk mengerjakan tugas kuliah? Aku
sedikit tidak paham tentang beberapa di antara tugasku ini. Kalau punya waktu, nanti
sore kita kerjakan di bukit seperti biasanya ya!" Permintaan Antika yang terlihat Akrab
dengan kevin.
"Oke.... Itu adalah ide yang bagus hehe... Nanti aku akan membawa sedikit
makanan, kita bisa memakannya di sana sambil melihat senja yang penuh warna itu."
Jawab Kevin yang begitu bersemangat.
Mereka saling bercanda, tertawa di hamparan rumput yang lembut, diterpa angin
sore yang hangat. Burung-burung menyapa mereka dari udara, menuju ke arah di mana
senja berada. Perbincangan yang hangat itu sangat terasa nyaman, membuat nyaman
mereka berdua. Sayangnya, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Hari itu juga menjadi
hari yang memberi luka bagi Kevin. Harapan yang sudah lama terbentuk, nama yang
sudah lama terukir dalam jiwa. Hari di mana semua yang telah terbentuk akan pudar
suatu saat nanti, dan kini tiba waktunya. Rahasia dari hati Antika yang selama ini
ditunggu oleh Kevin. Entah bagaimana perasaannya waktu itu. Mungkinkah pernyataan
Antika membuat Kevin terkejut dan putus asa? Tidak ada yang mengerti, Kevin yang
selama ini telah menjadi lebih baik karena kedatangan Antika dalam hidupnya.
"Kevin, aku ingin mengejar cita-citaku untuk menjadi biarawati. Sudah lama aku
ingin bercerita tentang hal ini pada seseorang dan untuk pertama kalinya aku bercerita