Lihat ke Halaman Asli

Tamparan untuk Pemprov DKI dan Polantas

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1423151976495492436

[caption id="attachment_349560" align="aligncenter" width="400" caption="Foto/Dokumen; jurnalpatrolinews"][/caption]

Bukan Jakarta namanya yang telah menduduki peringkat pertama dalam kemacetan, produsen minyak pelumas Castrol menempatkan Jakarta di peringkat pertama sedangkan Istanbul, Turki di peringkat kedua. Di peringkat ketiga ditempati kota pahlawan Surabaya, jadi Indonesia menyumbang dua kota sebagai lalu lintas terburuk di dunia.

Selain peringkat kota di dunia, kita beralih ke lalu lintas kota Jakarta yang akhir-akhir ini di hebohkan aksi seorang pengendara kendaraan yang bernama Huibert A Wenas, ia menggungah video sendiri nya di Youtube.

[caption id="attachment_349561" align="aligncenter" width="468" caption="Foto/Dokumen; kompas.com"]

1423152106514247436

[/caption]

Aksi Wenas dan peringkat kota adalah cerminan kondisi jalanan di ibu kota. Soal macet tidak mengenal waktu dan cuaca, jumlah kendaraan sudah tidak imbang dengan luas jalan. Pertumbuhan masyarakat juga ikut memicu pertumbuhan industri otomotif. Dengan bertambahnya pengguna kendaraan pribadi juga kurang imbang dengan kesadaran berlalu lintas, seperti aksi Wenas.

Aksi Wenas seperti bak koboi yang ingin membangun sadar berlalu lintas, aksi ini banyak menuai pro dan kontra. Banyak menuai pujian terhadap aksi Wenas, di tengah kurangnya kesadaran berlalu lintas dan setengah hati penegak hukum dalam mengurai kesemrawutan macet. Tamparan dari Wenas untuk Polantas perlu disikapin dengan baik, apa dan kenapa Wenas melakukan seperti koboi? Apakah petugas Polantas tidak ada atau masyarakat yang minim terhadap rambu lalu lintas.

Melihat video yang diunggah oleh Wenas juga bisa menampar kepada pemprov DKI, loh kenapa pemprov DKI bisa ikut? Melihat video tersebut, kemacetan di Jakarta sudah seperti penyakit. Pemprov harus bangun moda transportasi umum. Tranportasi umum Jakarta yang dibangun seperti Transjakarta bukan jawaban baik, saya melihat transportai umum berbasis bus ini sudah sangat buruk. Selain armada yang sedikit begitu juga jalur yang mudah dilewati kendaraan pribadi.

Melihat aksi Wenas sedikit saya terhenyak di mana Petugas memberi masuk kendaraan pribadi masuk jalur transjakarta dan bus metro mini yang salah muter. Memang jalur transjakarta sedikit sepi, sehingga petugas beri izin pengendara masuk jalur tersebut. Tetapi aksi Wenas ini terhenti setelah menuai kecaman di media social terhadap aksinya, Polisi pun memanggil Wenas untuk diberi hukuman berupa surat tilang, aksi koboi pun terhenti setelah Wenas di hukum dan memberi pernyataan minta maaf kepada masyarakat Jakarta.

Apakah dengan aksi Wenas masyrakat bisa tertib kembali dan macet terurai? Belum, macet tidak bisa hilang dari Jakarta jika belum memiliki moda transportasi umum baik dan sadar dalam berlalu lintas. Apakah Polantas perlu di banyakin dalam tiap persimpangan? Personel kepolisian tidak bisa diturunkan banyak untuk urai macet, selain membutuhkan banyak personel. Polantas tidak hanya urus di daerah Jakarta saja tetapi seluruh Indonesia.

Saat ini pemprov DKI sedang mengkaji perluasana pembatasan kendaraan motor di jalur MH Thamrin – Sudirman yang sebelumnya Jalan MH Thamrin-Merdeka Barat, tetapi pemprov juga perlu beri sosialisasi bagi pengendara kendaraan motor untuk parkir kendaraan. Selain motor dilarang, gedung-gedung di jalan tersebut harus menaikin harga tiket parkir mobil sebelum sistem ERP di terapkan. Dengan seperti itu tidak ada kesenjangan antara mobil dan motor. Sistem 3 in 1 yang saat ini berjalan lebih di hapus kan diganti sistem ERP, ganjil-genap dan tariff parkir naik, dengan seperti ini beban jalan di Jakarta bisa berkurang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline