Hasrat untuk menuliskan persoalan ini telah tertunda sekian tahun, dan masih menggerakkan keprihatinan yang sama jika bukan semakin memprihatinkan. Pendidikan (nasional) adalah lahan pembangunan manusia paling dasar sebagai sendi kehidupan bangsa. Melalui pendidikan, sebuah bangsa menjalankan pembangunan badan dan jiwa manusianya.
Berikut adalah persoalan yang sangat gamblang memberikan gambaran bahwa sendi dasar pembentukan mental bangsa ini telah telak terbunuh, tapi bukan untuk mati akan tetapi telak untuk dibawa melawan tujuan kemuliaan kehidupan, melawan kemuliaan-Nya .
"...... Islam.. Islam... YES!!! Kafir... kafir... No!!!!"
Lagu anak ini dinyanyikan di banyak, sangat banyak sekolah Taman Kanak-kanak , Paud dan juga Taman Pendidikan Agama di masjid-masjid. Bahkan akan sangat sulit menemukan lembaga institusi pendidikan yang tidak menjadikan lagu ini sebagai andalan di sekolahnya, dengan penuh keyakinan dan semangat seolah sedang meneguhkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Keimanan? Baik kita periksa apakah esensi ajaran dari lagu ini. Lirik lagu tersebut merujuk pada suatu pernyataan:
1. Pilihan Keyakinan dan penegasan Pilihan keyakinannya sajalah yang dapat diterima.
2. Tudingan bahwa pihak-pihak diluar keyakinannya, yang bukan islam adalah kafir dan harus ditolak, penegasan sikap penolakan.
Sebelum merujuk pada pembahasan, ada baiknya kita akan sampaikan daftar beberapa capaian pembelajaran untuk kompetensi sikap yang ingin dicapai Pendidikan Nasional kita.
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius;
Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama, moral, dan etika;