Lihat ke Halaman Asli

rin widyaagustin

Sanatana Dharma

Hakikat Thaghut, Kunci Intoleransi Atas Nama Agama

Diperbarui: 2 Februari 2021   10:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agama, selayaknya dan demikian adanya mengajarkan keluhuran yang tercermin dalam pola hidup, atas kepercayaan, keyakinan absolut kepada Tuhan yang Maha Esa, atau apapun kemudian sebutannya, Gusti, Allah, Rabbi, Sang Hyang Widhi. Ajaran luhur ini tercermin bukan hanya pola perilaku dan tindakan penghormatan, akan tetapi bahkan kasih dan kedamaian. 

Sungguh suatu situasi ironi asasi, dimana justru agama menjadi alasan manusia berlaku intoleransi bahkan radikal, jauh meninggalkan rasa menghargai menghormati, jauh dari kasih dan kedamaian kehidupan dengan manusia lain, setiap makhluk dan alam semesta yang menggambarkan keluhuran Ilahi. 

Situasi pokok persoalan intoleransi atas nama agama adalah pertentangan antara iman dan kafir. Di dalam pertentangan ini, memuat satu esensi dasar persoalan keyakinan yang diwujudkan dalam peribadatan penyembahan  kepada Tuhan yang Maha Esa, atau sebaliknya kepada sesuatu selain Tuhan dengan mana lain Thaghut (atau berhala).

Penting dikenali atribut esensial Thaghut ini, sehingga benar-benar jelas bagaimana manusia dalam tindakannya. Hal ini menjadi urgensi tertinggi dalam kehidupan keimanan dan peribadatan tauhid atas Tuhan yang Maha Esa. Nabi sebagai utusan Allah bagi setiap umat menyampaikan ajaran dan perintah pertama bagi manusia adalah untuk menjauhi, untuk mengkafiri, untuk tidak menyembah, mencintai dan melayani Thaghut.  

Pertama, Thaghut adalah segala sesuatu, apapun tanpa batas. Sesuatu, segala sesuatu, apapun bisa menjadi Thaghut. Sesuatu menjadi Thaghut ketika manusia mengimaninya, ketika manusia setia menyembahnya. Persoalan kedua adalah gambaran yang lebih detail dari atribut esensial menyembah ini. Bukan hanya dalam aktivitas ritual " menyembah" simbol sembah atau sembahyang, akan tetapi berbagai dan seluruh tindakan hidup sebagai peribadatan, berbagai bentuk tindakan bakti, pelayanan, ketaatan, atas kecintaan dan kesetiaan atas sesuatu selain Tuhan. Dengan demikian bukan hanya dalam aktivitas sembahyang sebagai ritual, justru saat dimana manusia dengan taat melakukan berbagai tindakan atas namanya, berbakti kepadanya. Penuh mencintainya, lengkap dengan berbagai tindakan hidup atas nama cinta ini dalam bakti, pelayanan penuh loyalitas tanpa diminta.  

Dalam kehidupan, menyembah Thaghut dalam aktivitas ritual sembahyang inilah yang sangat-sangat jelas dikenali karena sifatnya yang fisik. Sayangnya pengenalan ini meninggalkan pengenalannya dalam penjiwaan, spirit dan kesadaran yang bekerja mendasari.  

Sumber gambar: internet

Dengan cepat tanpa keraguan, satu pihak merasa layak bahkan berkewajiban menuding pihak-pihak berkayinan Hindu Dharma melakukan sembahyang dihadapan patung Khrisha atau Ganesha dst. Mereka lupa bahwa dalam sembahyangnya kepada Tuhan yang Maha Esa dilakukan dihadapan Kakbah. Jika umat Hindu Dharma melakukan sembah, umat muslim melakukan sujud. Sama dengan berbagai umat dalam keyakinan lainnya menjalankan ritual sembahyang dihadapan simbol-simbol kepercayaan masing-masing. Apakah seluruh umat itu menyembah simbol, apakah ketaatan,  cinta, bakti, pelayanan, kesetiaan mereka ditujukan pada simbol itu? Apakah mereka meminta dan meyakini kekuatan simbol-simbol itu dalam mengatur dan mentukan kehidupan? TIDAK! Lalu, siapa yang mereka sebut sebagai Allah, Rabbi, mereka sebut Gusti, Hyang Widhi dst atau apapun sebutannya. Itulah Tuhan yang maha Esa yang mereka sembah dalam ritual sembahyang menghadap simbol keyakinan mereka. Dalam setiap ritual, manusia belajar, manusia berlatih menaklukkan dirinya dan berpusat kepadaNya, Sang Tuhan yang Maha Esa.

Sementara dalam berbagai peribadatan, tindakan kecintaan, kesetiaan dan ketaatan dalam berbagai bentuk bakti pelayanan dalam kehidupan sehari-hari sangat-sangat samar dikenali jika tanpa pengertian yang jelas akan Thaghut ini. 

Memperhatikan, menyimak, mengamati kehidupan berlaku, dapat dikenali apa saja yang telah dijadikan Thaghut oleh manusia. Banyak  objek, segala sesuatu yang telah dijadikan Thaghut oleh manusia. Lihat saja, atas apa manusia menjadi pelayan bahkan menjadikan dirinya budak Thaghut pilihannya, mengejar untuk berpadu dengannya tanpa lelah apalagi menyerah, rela melakukan apapun dengan penuh ketaatan, penuh kesetiaan penuh kecintaan atasnya, segala sesuatu selain Tuhan. Kecintaannya, pelayanannya ditujukan kepada sesuatu selain Tuhan. 

Ada yang mencintai dan menjadi pelayan, budak uang harta dan kekayaan, ada yang mencintai dan menjadi pelayan, menjadi budak jabatan, kekuasaan. Ada yang mencintai dan melayani, menjadi budak kecantikan dan lain sebagainya. Mereka menjadikan uang, harta kekayaan, jabatan, kekuasaan bahkan dirinya sendiri sebagai Thaghut. Lalu, kecintaan atas apa? Apa Thaghut bagi pihak-pihak yang berlaku nyinyir pada simbol kepercayaan lain, yang menghina, menghancurkan tempat peribadatan, membunuh, bahkan menghakimi dengan sangat keji bahkan manusia lain? Merekalah yang telah menjadikan agamanya sebagai Thaghut, mereka mencintai agamanya jauh meninggalkan cinta kepada Tuhannya, mereka melawan, mereka melanggar penghargaan dan penghormatan pada manusia ciptaan Tuhan, mereka melukai harkat dan martabat manusia anugerah Tuhan, mereka melawan keadilan, mereka melakukan dan menegakkan kezaliman. Mereka jauh, meninggalkan Tuhannya. Latihan mereka  dalam ritual sembahyang keyakinannya gagal mengantarkannya berpadu dengan Tuhan. Mereka gagal menanklukkan diri  sendiri (atas nama identitas apapun) untuk "menghidupkan"  Tuhan dalam jiwa, mereka terus menutupinya dengan berbagai identitas dunia benda. Sejatinya mereka gagal menjalankan dan menghidupkan Tauhid dalam jiwanya. Tindakannya semakin melawan kasih dan keluhuran Rabbnya.

#intoleransi
#radikalisme
#agama
#kepercayaankepadatuhanyangmahaesa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline