Akhir-akhir ini, pemberitaan tentang Corona semakin masif. Hal ini disebabkan jumlah positif Covid-19 di Indonesia terus bertambah. Menurut data yang dirilis oleh pemerintah melalui laman covid19.go.id pertanggal 30 April 2020, jumlah positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai 10.118 orang, sembuh 1.522 orang, dan 792 orang dinyatakan meninggal. Melihat hal tersebut, masyarakat semakin gelisah, pemerintahpun tidak tinggal diam, sudah banyak daerah yang memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang dilakukan secara parsial untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di daerah masing-masing secara khusus dan Indonesia secara umum.
Bagi sebagian kalangan dalam melihat data yang dikeluarkan oleh pemerintah, banyak dari mereka yang meragukan keakuratannya. Mereka beranggapan bahwa data yang dirilis tersebut adalah bukan data sebenarnya, mereka meyakini jumlah sebenarnya terkait kasus positif dan kematian akibat Covid-19 adalah lebih besar dari data pemerintah itu. Salah satu contohnya adalah yang dilakukan dr. Irma dan kolega yang telah membuat platform pelaporan Covid-19 berbasis WA dan Telegram menurut majalah.tempo.co tanggal 18 April 2020.
Selain ketidakpercayaan pada data, dilansir dari news.detik.com tanggal 26 April 2020, ada lagi masyarakat, dalam hal ini Tim Pakar FKM UI yang meyakini bahwa Covid-19 sudah masuk Indonesia pada minggu ketiga Januari 2020, berbeda dengan waktu deklarasi kasus pertama Covid 19 yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dan Menteri Kesehatan Terawan yaitu pada awal Maret 2020. Jadi bisa dikatakan, menurut mereka penularan yang dialami oleh pasien positif "pertama" adalah penularan lokal, bukan lagi penularan impor. Hal ini juga menguatkan bahwa pada bulan Februari dan Maret, wabah corona sudah terjadi di Jakarta dan pastinya sudah memakan korban namun belum terdeteksi kala itu.
Jakarta sebagai daerah yang paling banyak menyumbangkan kasus positif dan kematian akibat Covid-19 di Indonesia menjadi perhatian khusus bagi mereka yang meragukan data pemerintah di atas. Selain masyarakatnya yang cenderung mudah untuk diakses, Jakarta juga sudah bisa dijadikan sebagai cerminan atau represntasi dari Indonesia itu sendiri, jadi ketika ada kesalahan data di Jakarta, maka dapat diyakinkan, daerah lain juga akan mengalaminya. Pertanggal 30 April 2020 Jakarta sendiri mengalami 4.138 kasus positif Covid-19, 412 sembuh, dan yang meninggal sebanyak 381 orang.
Tanpa kita sadari, hari-hari sekarang masyarakat hanya terfokus pada Covid-19 saja, bahkan cenderung mengabaikan hal-hal lain yang mungkin lebih mengkhawatirkan daripada Covid-19 itu sendiri, begitu pula dalam penyebab kematian, banyak dari kita yang mungkin sangat gelisah melihat jumlah kematian yang terus bertambah diakibatkan oleh Virus Sars-Cov-2 penyebab Covid-19.
Namun apakah kita tahu bahwa ketika menyangkut wilayah yang sangat luas, jumlah angka kematian seperti itu sangat lumrah terjadi sebelum adanya isu Corona ini, baik itu diakibatkan oleh kecelakaan (baik masalah perhubungan atau masalh kerja), berbagai macam penyakit, melahirkan, dan bahkan kelaparan.
Jadi apakah Covid-19 penyumbang kematian besar selama ini ?Apakah dengan adanya wabah Corona ini jumlah kematian penduduk suatu wilayah bertambah? Jawabannya bisa diketahui dari data yang telah dirilis sebelumnya terkait jumlah kematian, jauh sebelum kasus Covid-19 merebak. Bagaimana caranya ? Yah, kita harus mengambil salah satu sampel daerah tertentu dan kurun waktu tertentu pula.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka penulis menggunakan DKI Jakarta sebagai sampel daerah dan bulan Maret 2020 sebagai kurun waktu yang akan dijadikan acuan. Jakarta dan bulan Maret dipilih karena data DKI Jakarta sangat muda untuk diakses (juga sudah bisa merepresentasikan Indonesia) dan bulan Maret sebagai waktu yang sekarang ini sudah bisa dijadikan acuan tentang gambaran jumlah kematian terkait Covid-19.
Dalam mengambil data, penulis merujuk pada dua website yang dapat dipercaya, yaitu data.jakarta.go.id untuk data kematian tahun 2014, 2015, 2017, dan 2018, dan statistik.jakarta.go.id untuk data kematian pada tahun 2019 dan 2020. Kedua website tersebut merupakan milik dari Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi DKI Jakarta. Mari kita mulai!
Jumlah kasus kematian penduduk DKI Jakarta Bulan Maret pada Tahun 2014, 2015, 2017,2018, dan 2019 berturut-turut adalah 4.080 orang, 4.387 orang, 4.396 orang, 3.904 orang, dan 5.282 orang. Sedangkan untuk bulan Maret 2020 dimana waktu ini diyakini wabah Covid-19 sudah merebak di DKI Jakarta jumlahnya menurun drastis menjadi 3.733 kasus kematian.
Jumlah kematian pada Maret 2020 malahan terendah dibanding jumlah kematian dari kasus enam tahun terakhir pada bulan yang sama, malahan kasus pada Maret 2019-lah yang paling tinggi dan melonjak signifikan dari tahun sebelumnya. Jika diambil dari jumlah kematian tiap tahunnya, maka didapatkan rata-rata 4.297 kasus kematian pada setiap Bulan Maret. Jumlah rata-rata ini lebih tinggi sekitar kurang lebih 500 kasus dibanding dengan jumlah kematian pada Bulan Maret 2020.