Lihat ke Halaman Asli

Upaya Pemakzulan Bayangi Bupati Taput?

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Masih dalam hitungan delapan bulan kepemimpinan Bupati Taput Nikson Nababan, sejak dirinya resmi dilantik Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujonugroho, tanggal 16 April 2014 lalu. Penerapan atas tujuh program andalan yakni, pendidikan gratis dan beasiswa untuk siswa berprestasi, berobat gratis di Puskesmas, bantuan pembangunan desa Rp.60 juta per tahun, perbaikan infrastruktur jalan hingga ke pelosok pedesaan, penempatan pegawai dan guru sesuai kualitas dan pengalaman kerja, serta mendorong kemajuan olahraga serta pelestarian seni budaya daerah. Satu persatu keberhasilan pelaksanaan program tersebut, selangkah demi selangkah telah membawa daerah ini menuju rintisan cita cita dan harapan menjadi Kabupaten yang mampu berdiri di kaki sendiri.  Namun, ada saja oknum oknum yang memposisikan diri sebagai ‘anti perubahan’. Mereka terus bergerillya untuk memaksakan sudut pandangnya yang serba salah menyikapi segala hal. Seluruhnya terlihat nyata hanya untuk tujuan pembunuhan karakter atas Bupati Nikson.

Pernah menjadi materi pemberitaan saya, bahwa lewat amatannya Aktifis Lembaga Advokasi Hak Asasi Manusia (Leadham) Internasional wilayah Kabupaten Taput Swardy Sihombing menyebutkan jika setidaknya untuk sepanjang tahun 2014 ini, visi misi yang dijual dalam kampanye sebelumnya dalam meraih simpati masyarakat Taput akan mengalami kendala. Pasalnya, hampir seluruh mata anggaran yang diplot untuk pembangunan daerah ini sudah dalam keadaan telah dan sedang berlangsung saat itu, sebelum pasangan duet perubahan ini dilantik sebagai pemenang Pemilukada.

“ Jelas, di tahun ini bakal terkendala. Amatan kita, setiap plot anggaran sudah mendapatkan Surat Keputusan Otorisasi (SKO) sebagai otorisasi pencairan uang oleh mantan Bupati Taput, Torang Lumbantobing sebelum mengakhiri jabatannya. Itulah salah satu penyebab utamanya, dimana setidaknya penggunaan kurang lebih 90 persen anggaran sudah tidak lagi menjadi kewenangan Bupati terpilih,” tegasnya dengan menempatkan Nikson dan Mauliate dalam posisi sebagai penonton atas pelaksanaan berbagai proyeksi kegiatan yang tercakup dalam plot anggaran dimaksud.

Hal tersebut diamini Nikson dalam konfirmasi, ketika itu. Dirinya tidak menampik amatan Swardy, Nikson juga berjanji akan berupaya untuk menerapkan visi misi dalam kampanyenya demi menciptakan sebuah perubahan yang lebih baik bagi daerah ini lewat kontrol yang ketat atas pelaksanaan setiap kegiatan untuk mendapatkan sebuah kualitas pengerjaan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Hal pertama yang dilakukan Bupati Nikson adalah menyoal pembenahan birokrasi pemerintahan sebagai abdi pelayanan publik. Juga menyikapi dengan tuntas soal maraknya kegiatan perambahan hutan di wilayah ini dengan melakukan penghentian penerbitan ijin penebangan kayu.

Penerapan visi misi tersebut diikuti dengan program pendidikan gratis untuk tingkat SD, SMP diwilayah ini. Sebab, keterbatasan anggaran yang ada menjadi kendala untuk pengakomodiran hingga tingkat SMA/SMK.

Tak berhenti di sana, janji kampanye yang dinilai Nikson sebagai hutang soal bantuan pembangunan desa Rp.60 juta per tahun pun, akhirnya direalisasikan ke desa desa di daerah ini. Tak terkecuali. Dirinya juga menjalankan program perbaikan infrastruktur jalan hingga ke pelosok pedesaan.

Namun sayangnya, ada saja segerombolan oknum yang memposisikan diri sebagai ‘anti perubahan’ yang secara terang-terangan menunjukkan perasaan tidak senang, serta wujud perasaannya yang terusik, jika perubahan daerah ini yang dinakhodai Nikson Nababan dengan pengabdian tulusnya, mampu mewujudkan cita cita dan harapan seluruh masyarakat. Mereka terus bergerillya untuk memaksakan sudut pandangnya yang serba salah menyikapi segala hal. Seluruhnya ditujukan untuk upaya pembunuhan karakter atas Bupati Taput sebagai langkah pencapaian tahapan selanjutnya, yakni untuk upaya pemakzulan yang buta.

Berbagai cara, tekhnik, alasan, pemunculan isu hingga upaya pembunuhan karakter bertopengkan selimut peristiwa masa lalu yang kebenarannya sendiri tidak mampu dibuktikan oleh aparat hukum sekalipun. Semuanya telah dijadikan sebagai langkah penciptaan kesan kebenaran yang mengada-ada untuk harapan meniti pemunculan isu pemakzulan berkacamata kuda yang setidaknya akan mengganggu fokus dan konsentrasi penerapan program perubahan daerah ini.

Memang hampir bisa diterima, bahwa karakter masyarakat daerah ini yang terlalu penuh percaya diri dalam sejuta keterbatasan menjadi jiwa murni ‘orang batak’ yang keras dan susah mengakui kelebihan orang lain. Sematan kata ‘anakni raja’ dan ‘boruni raja’ dalam konsep kebudayaan terlanjur diamini untuk menempatkan diri sebagai ‘Tuan Segala Tahu’, ‘Tuan Segala Pintar’, ‘Tuan Segala Mampu’, dan ‘Tuan Segala Diatas’. Padahal sebuah talenta, hikmat maupun kebijaksanaan, masing masing diterima setiap manusia dari Tuhan penciptanya. Termasuk diterima oleh Nikson Nababan yang terberkati, selaku insan yang mendapatkan kepercayaan mayoritas warga untuk memimpin daerah ini lima tahun ke depan.

Meski demikian, saya tetap memiliki harapan besar, bahwa segenap masyarakat Tapanuli Utara mampu menjadi subyek pembangunan yang berakal sehat. Mampu menimbang dan menilai secara obyektif terhadap rintisan perubahan daerah ini yang sedang berlangsung. Mampu membuang dan menyingkirkan semua hasutan yang terlanjur mengisi media pendengaran. Intinya satu, mari bersatu untuk mewujudkan Taput menjadi daerah mandiri dengan masyarakatnya yang sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline