Lihat ke Halaman Asli

Rinto F. Simorangkir

Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Puasa, Pantang, dan Paskah Serta Hidup yang Diubahkan

Diperbarui: 18 April 2022   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menu Buka Puasa saya, Bakwan dan Kopi Sebelum Makan Berat (dokpri)

Momen-momen paskah bagi umat Kristiani saat ini harusnya menjadi titik perubahan. Bukan selebrasinya yang penting, tapi individu-individunya yang harus mengenal lebih lagi bagaimana pengorbanan sang Mesias di kayu salib, untuk menebus semua dosa manusia. Dia di salib, Dia mati, tapi ingat Dia pun bangkit dan mengalahkan maut atau kematian itu sendiri.

Yesus-pun berkata jelas dan tertulis di dalam Kitab Injil, "Hai maut dimana kah sengat-Mu?". Artinya Dia  betul-betul sudah mengalahkan maut di dalam kebangkitanNya. Tiga hari dia mati di dalam jurang maut yang terdalam, persis seperti yang dialami oleh Nabi Yunus saat berada di perut ikan.

Namun bedanya Nabi Yunus ada di perut ikan karena ketidaktaatannya saat dipanggil dipanggil oleh Allah untuk pergi ke Niniwe. Sedangkan Yesus mati karena ketaatannya kepada Allah dan itulah  satu-satunya cara untuk mengembalikan manusia kembali kepada citra-Nya Allah yang telah rusak karena manusia pertama yakni Adam.

Ketaatan-Nya ini akhirnya mendatangkan kemenangan kepada orang-orang yang sudah ditebus oleh-Nya. Memilih percaya dan yakin kepada kuasa kebangkitan-Nya menjadi titik sentral di dalam hidup seorang manusia. Artinya dia sudah menjadi milik Allah.

Orang yang sudah menjadi milik Allah, tidak akan mungkin bisa dimiliki oleh dunia kembali. Artinya sifat-sifatnya, karakter duniawinya, hidup secara hedonis sudah ditinggalkannya. Tapi ini-pun masih proses di dalam seorang manusia. Sebab selama dia hidup, seorang manusia harus berupaya meninggalkan kedagingannya.

Hal itupun saya sudah alami selama saya hidup di usia yang sekarang yang sudah ada di angka tigapuluh. Bagaimana itu bisa terjadi dan boleh dibilang semuanya masih berproses? Tentu sesuai dengan judul yang saya taruhkan di atas, puasa, pantang dan peristiwa Paskah betul-betul mengubahkan saya dari hari ke sehari.

Tidak ada yang serba instan di dunia ini. Sebab orang yang akan dimiliki oleh Allah, benar-benar hidupnya harus diserahkan penuh kepada segala kehendakNya yang tertulis jelas di dalam Alkitab-Nya. Membacanya setiap hari akan menolong pemahaman kita semakin jelas siapa Tuhan yang kita sembah. Ditambah dengan berlatih berpuasa akan semakin menolong kita bisa semakin jelas mendengarkan suara-Nya lewat Firman yang kita baca setiap harinya.

Sebab hari-hari kita semasa berpuasa, kita akan senantiasa mencari waktu-waktu yang pas setiap harinya untuk duduk, diam, membaca firmanNya, kemudian berdoa setiap harinya dengan durasi waktu tertentu. Dan saya sendiri melakukannya hampir dengan durasi kurang lebih dua jam setiap harinya. Boleh dibilang puasa di tahun 2022 ini menjadi puasa di tahun ke empat yang boleh saya lakukan sampai saat ini.

Ada keintiman yang saya rasakan sendiri, bahwa Allah sendiri ada dan hadir untuk mendengarkan setiap seruan-seruan kita kepadanya. Tentu tak lupa mendoakan kebaikan demi kebaikan terjadi bagi bangsa kita Indonesia. Mendoakan daerah dimana kita tinggal dan mendoakan kesejahteraannya bisa betul-betul terwujud.

Sedang berpantang, menjadi proses untuk saya untuk tidak melakukan apa yang saya sukai selama ini. Proses berpantang boleh dibilang menjadi proses pembiasaan yang harus kita lakukan. Dan puji Tuhan akibat proses berpantang tersebut, kebiasaan jelek tersebut berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline