Sejatinya Sumatera Utara bisa menerapkan proses pembelajaran tatap muka terbatas. Karena menurut data yang ada ternyata Sumatera Utara masih memiliki 6 kabupaten atau kota yang termasuk sebagai zona hijau. Bersama dengan beberapa provinsi lainnya yang ada di Indonesia.
Tapi karena kondisi Indonesia saat ini ternyata mendapat peringkat nomor satu pertambahan terbanyak orang yang menderita Covid 19 perhari nya, dan kini kita telah memasuki masa PPKM darurat, persis ketika anak-anak Indonesia seharusnya bersiap memasuki di tahun ajaran pendidikan yang baru, kini harus kembali mengulang proses pendidikan seperti di tahun lalu.
Boleh dibilang ada banyak kemunduran dalam dunia pendidikan kita. Baik karena faktor kebosanan karena saban hari harus berhadapan dengan layar gawai atau notebook yang ada. Pertemanan yang begitu hangat terjadi saat sekolah bersama-sama waktu lalu, semua sirna karena situasi ini.
Tapi apakah ini akan membuat kita menyerah dengan situasi dan kondisi yang ada? Apakah tidak ada yang bisa kita buat? Tentu tidak sebab ada banyak yang bisa kita buat terutama dalam menekan kemunduran dalam dunia pendidikan kita.
Tentu orang tua adalah kunci untuk bisa melawan masa-masa sulit ini. Orang tua menjadi titik sental di dalam membalikkan keadaan yang serba sulit ini. Membantu dan mendampingi anak-anaknya di saat dia sedang belajar adalah suatu keniscayaan.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa terjadi beban yang berlebihan bagi para orang tua di Indonesia. Pasalnya sisi ekonomi atau dapur mereka yang mulai tergerus, karena mengalami pengurangan sistem kerja, bahkan ada yang sampai di PHK, kini beban tersebut kian bertambah pasca harus terus mendampingi buah hatinya di dalam proses belajar mengajar.
Hari ini tentu bersyukur, bisa melihat anak-anak ku bisa terus belajar. Di hari kedua di tahun ajaran baru ini, melihat mereka antusias di dalam belajar, meskipun keadaan lagi sulit-sulitnya hal tersebut tidak membuat mereka menjadi lemah. Karena hal tersebut tentu tertular dari positivisme yang terus terjadi di dalam keluarga kami.
Hal tersebut tentu dibarengi dengan melakukan berbagai aktivitas yang menaikkan sistem imun kita. Seperti dalam hal bisa menuliskan hal-hal yang terjadi di dalam keluarga ku. Kekonsistenan di dalam memberikan pembelajaran yang ada di setiap harinya kepada kedua anak-anak ku. Tentu peran tersebut lebih banyak dilakoni oleh istriku. Dan terkadang diriku sesekali juga mendampingi mereka dalam hal belajar mereka.
Bersyukur juga karena pengerjaan kewajiban ku sehari-harinya bisa dikerjakan dengan sistem WFH. Sehingga bisa mengurangi resiko terpapar dari covid 19. Mendukung kegiatan pemerintah terutama di dalam proses vaksinasi yang ada menjadi garda terdepan di dalam mengkampanyekan supaya orang-orang di sekitar kami bisa ikut ambil bagian di dalam proses vaksinasi ini.
Beruntungnya lagi diriku dan istri ku sejak Maret lalu sudah mendapatkan vaksin dua kali dari puskesmas yang ada di dekat kami.
Kembali ke sistem pembelajaran kita di tahun ajaran yang baru ini, berharap masing-masing orang tua bisa melakukan gerakan positivisme ini. Artinya tidak terlalu memfokuskan diri kepada permasalahan yang ada, tapi lebih melihat kepada apa yang bisa dikerjakan oleh kita untuk bisa terus bertahan di dalam situasi sulit ini.
Bahkan kalau bisa kita menjadi orangtua yang menang. Sebab sikap yang positif dan selalu bersyukur akan menuntun kita ke jalan yang benar. Dan bonusnya kita juga akan menyaksikan keberhasilan anak-anak kita di dalam pendidikan nya. Yakni berhasil meraih prestasi terbaik mereka di bidang akademik mereka, dan jauh lebih penting lagi yakni mereka berhasil menaklukkan hidup yang sulit. Seperti yang terjadi saat-saat ini.