Untuk melawan corona saat ini, pemerintah kita sepertinya betul-betul habis-habisan. Dimana bukan hanya harus mempertahankan roda pemerintahan ini tetap jalan, tapi harus memikirkan bagaimana rakyat yang dipimpinnya? Apakah masih tetap bisa bertahan melawan corona atau justru sudah mulai melemah, karena ekonomi rakyatnya yang sudah mulai mandek.
Begitu juga dengan uang-uang yang sudah kita miliki saat ini. Dimana postur APBN kita khusus di tahun 2020 ini saja hampir 20 persennya sudah ditujukan khusus untuk melawan virus corona. Yakni dengan nilai total Rp. 400 lebih triliun uang kita digelontorkan lewat paket bantuan sosial yang sudah direncanakan matang oleh bangsa kita.
Bukan hanya itu, awalnya pemberian tunjangan hari raya (THR) katanya sempat tidak akan lancar pemberiannya, tapi pemerintah menjamin dan sudah mengamankan uang untuk THR bagi para ASN, polri, TNI dan lainnya.
Tapi yang menjadi persoalan, untuk bisa menutupi banyaknya minus atau defisit keuangan bangsa kita, akhirnya pemerintah memutuskan menambah utang kita.
Dimana seperti yang dilansir oleh CNN.com (7/4/2020), Menkeu telah merilis surat utang nasional atau yang lebih kita kenal dengan global bond. Dan jatuh tempo untuk Global bond ini bervariasi dari 10,5 tahun yakni seri RI030. Kemudian jatuh tempo selama 30,5 tahun untuk seri RI1050 dan untuk jatuh tempo selama 50 tahun dengan seri RI0470.
Dan angka yang akan didapatkan dari pengeluaran surat utang nasional ini oleh pemerintah lewat Menkeu yakni sebanyak USD 4,3 miliar. Dengan masuknya uang ini ke pemerintah akan dapat menjaga pembiayaan secara umum, sekaligus akan mampu menambah cadangan devisa Bank Indonesia.
Sehingga dengan masuknya uang ini, tentu bisa jadi akan menambah utang kita. Tapi siapkah kita dalam mengelolanya? Kemudian bagaimanakah nantinya dalam sistem pembayarannya jika utangnya sudah jatuh tempo sekalian dengan bunga yang dijanjikan?
Bukan hanya itu, Bank Indonesia juga melakukan hal yang sama, tapi dengan sistem yang berbeda. Yakni dengan sistem Repo line (repurchase agreement).
Bapak Gubernur BI, Perry Warjiyo menekankan bahwa penambahan pasokan dolar ke Indonesia bukan untuk menambah cadangan devisa negara kita.
Dan ini menjadi sebuah bentuk kepercayaan dunia internasional kepada kita, khususnya ke bank sentral dunia, The Fed yang telah memberikan sebanyak USD 60 miliar kepada kita.
Sang Gubernur BI juga menyatakan bahwa kerjasama antara bank sentral tersebut dalam bentu Repo line bukan hanya kepada The Fed, tapi juga sudah dilakukan kepada Bank for Intenational Settlements sebesar USD 2,5 miliar.