Lihat ke Halaman Asli

Rinto F. Simorangkir

Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

4 Bulan Tegal Lockdown Lokal, Bagaimana Masyarakat Miskinnya?

Diperbarui: 28 Maret 2020   08:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gatra.com

Empat bulan bukan waktu yang sangat singkat, apalagi dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kondisi sekarang, Pemerintah Kota Tegal memberlakukan Lockdown lokal di seluruh wilayahnya tentu akan mempersulit akses terhadap pemenuhan kehidupan sehari-hari mereka.

Seperti yang dilansir oleh news.detik.com (27/3/2020), Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono, terhadap situasi pandemi corona yang kian membuat masyarakat khawatir, dan demi untuk memangkas penularannya supaya tidak kian menyebar, sang Wali Kota akhirnya memutuskan memberlakukan lokal lockdown selama 4 bulan kedepan. Hal tersebut mulai berlaku pada 30 Maret 2020- 30 Juli 2020.

Dan penutupan yang akan diberlakukan dengan menutup hampir seluruh akses jalan di Kota Tegal. Kecuali jalan-jalan protokol atau jalan nasional. Pemkot membangun beton MCB (movable concrete barrier) sebagai pembatas jalan di hampir seluruh jalan-jalan perbatasan yang menghubungkan wilayah mereka dengan wilayah kota atau kabupaten lainnya.

Secara statistik pemkot Tegal memiliki APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) yang lumayan besar di bandingkan kota-kota yang lainnya di seluruh Indonesia. Dimana berdasarkan data BPS, APBD Kota Tegal di tahun 2019, nilainya mencapai Rp.1,12 triliun. Sementara total masyarakat miskinnya mencapai 19.400 jiwa dari total seluruh masyarakat kota Tegal berjumlah 250 ribu jiwa. Artinya persentase rakyat miskin di kota tersebut hanya berkisar 7.76 persen, tak mencapai angka dua digit bahkan lebih rendah dari angka persentase nasional.

Pemkot Tegal sendiri akan berjanji menanggulangi untuk mengurangi dampak tersebut bagi masyarakat miskin. Yakni dengan memberikan bantuan sosial kepada mereka semua selama 4 bulan ke depan. Dimana jika melihat dari sisi keuangan Pemkot Tegal sendiri, tentu mereka mampu untuk merealokasi keuangan mereka demi penanggulangan virus corona tersebut supaya tidak kian tersebar. Sebab jika nominal APBD-nya dibagi merata ke seluruh warga yang totalnya mencapai 250 ribu jiwa tersebut, masih akan mampu bertahan sekitar bulan ke depan. Tapi persoalannya pembangunan dan untuk hal-hal lainnya di kota Tegal tentu tidak akan terlaksana.  

Bisakah bertahan di tengah-tengah pembatasan yang dilakukan akibat virus corona yang semakin mewabah? Tentu akses para penjual bisa dipastikan akan terbatas dan akan kekurangan pasokan. Masyarakat kaya tentu masih akan mampu bertahan, dimana sangat beda dan sangat kontras kemampuannya dengan masyarakat miskin. Sudah kekurangan uang untuk membeli bahan-bahan makanan, juga barang-barang yang dijumpai dipasaranpun akan terbatas.

Sehingga pertanyaannya, terhadap situasi pemberlakuan lokal lockdown ini di wilayahnya, bagaimanakah masyarakatnya bisa bertahan? Apakah masyarakat miskin yang ada di wilayah kota itu dijamin tidak akan terdampak? Mampukah mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dengan situasi yang lumayan lama diberlakukan isolasi lokal?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline