Kata terlambat adalah sebuah kata yang terkadang menjengkelkan bagi seseorang yang mengalaminya. Pasalnya orang yang menunggu adalah orang yang paling dirugikan jika hal tersebut terjadi. Apalagi jika orang yang ditunggu justru tak nyadar bahwa dia telah terlambat dan sama sekali tidak memberikan respon apa-apa tentang keterlambatannya.
Maka peristiwa kali ini yang dialami oleh Bapak Tito Karnavian sebagai seorang Menteri Dalam Negeri yang merupakan rekan kerja dari Komisi II DPR RI, seperti yang dilansir oleh CNN.com (6/11/2019), beliau akhirnya mendapatkan sebuah teguran saat beliau masuk dalam ruang sidang DPR RI.
Bapak Johan Budi Sapto Pribowo, yang kini duduk sebagai anggota Komisi II DPR RI, menegor sosok Bapak Tito Karnavian karena keterlambatannya datang dalam sidang yang akan digelar bersama Mendagri dan Komisi II. Alhasil rapat mundur setengah jam dari waktu yang sudah ditentukan akan digelar rapat yakni sekitar pukul 13.00 WIB.
Pada saat itu Bapak Tito menyampaikan permohonan maaf langsung kepada para dewan yang terhormat. Beliau menyatakan bahwa memang bukan unsur kesengajaan dalam hal keterlambatannya, tapi karena ada tugas yang harus diselesaikan dulu di jabatan yang dulu ia pernah bertugas. Yakni harus menghadiri acara serah terima jabatan (sertijab) Jabatan Kapolri di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.
Beliau pun mengatakan, jika seandainya acara sertijab tersebut diadakan di Mabes Polri yang ada di Jalan Trunojoyo maka unsur keterlambatan kedatangan dirinya akan bisa dihindari. Karena memang posisi kantor Mabes Polri lebih dekat ke Senayan DPR RI dibandingkan dengan Mako Brimob.
Tapi ini tentu menjadi pelajaran berharga bagi kita juga, khususnya dalam hal soal keterlambatan waktu. Bagaimana khas orang Indonesia lebih dikenal dengan orang yang memiliki jam karet. Artinya mempunyai kebiasaan molor dari waktu yang telah disepakati bersama.
Sehingga bagaimana kita harus menyiasatinya, supaya kita tidak menjadi orang-orang yang ditunggu melainkan menjadi orang-orang yang ditunggu? Tentu salah satu cara adalah memberikan proritas waktu kita kepada hal-hal yang benar-benar penting. Tidak menerima dua jadwal sekaligus dalam waktu yang bersamaan.
Dimana jika memang waktunya tabrakan dan tidak disengaja, maka tentu kita harus memilih jadwal mana yang harus ditunda terlebih dulu, atau kalau tidak harus dibatalkan.
Tentu ini memang berat, apalagi kalau orang seperti Bapak Tito Karnavian bisa dipastikan punya jam kerja yang tinggi, dengan banyak agenda ke sana dan kemari. Tapi bagaimanapun itu, tentu tetap harus memiliki dan mengatur prioritas waktu kita terlebih dulu.
Supaya kita minimal tidak lagi dikenal sebagai bangsa yang punya kebiasaan karet, mampukah kita?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H