Lihat ke Halaman Asli

Rinto F. Simorangkir

Seorang Pendidik dan lagi Ambil S2 di Kota Yogya dan berharap bisa sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Upaya Penyelamatan Diri Saat di Kereta Api, Tak Ada Palu Gunakan Ini

Diperbarui: 12 Maret 2019   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

merdeka.com

Penting bagi kita untuk tahu cara penyelamatan diri dengan baik. Sebab kalau tidak, kita akan buntu dan akhirnya malah berakhir dengan sia-sia karena ketidaktahuan kita dalam informasi-informasi penting dalam penyelamatan.

Sebab kita tidak akan tahu kapan hal-hal yang mungkin bisa mencelakakan kita. Tapi ketika minimal kita tahu upaya penyelamatannya diri kita bisa terhindar di dalamnya. Seperti yang terjadi baru-baru ini, anjloknya KRL dari Jatinegara menuju Bogor gara-gara tertimpa tiang listrik di antara stasiun Cilebut dan stasiun Bogor.

Diberitakan bahwa ada 6 orang yang terluka, termasuk di dalamnya Masinis kereta api tersebut juga. Dan kebanyakan pasti mengalami patah tulang. Tapi bagaimanakah upaya penyelamatan diri bagi orang-orang yang ada di gerbong lain? Olehnya penting untuk tahu akan hal ini. Tolong jangan mengabaikan sedikit pun.

Seperti yang telah dilakukan oleh Jakarta MRT dimasa-masa melakukan trial atau uji cobanya, sangat penting untuk mereka kerjakan. Baik dalam hal teknis keberangkatan bahkan sampai kepada tahapan penyelematan. Dimana untuk teknis keberangkatan dan seberapa efektifnya MRT dipakai, MRT Jakarta sudah melakukan trial gratis selama kurang lebih 3 minggu dari tanggal 5 Maret hingga 23 Maret masyarakat bisa memakai MRT secara Cuma-Cuma dengan satu syarat harus mendaftar maksimal h-1.

Dalam hal penyelamatan juga MRT Jakarta juga telah melakukan uji penyelamatan para pengguna MRT. Dimana seperti yang dilansir oleh JakartaMRT.co.id (6/3/2019), MRT Jakarta telah melakukan simulasi darurat jika terjadi kebakaran. Dimana dari stasiun bawah tanah hingga sampai ke atas waktunya tidak boleh lewat dari 12 menit untuk melakukan proses evakuasi penyelematan. Jika tidak didapatkan demikian hasilnya, maka akan butuh evaluasi lagi bagaimana cara penyelamatan atau cara evakuasi yang lebih baik lagi.

Tapi satu yang penting juga ketika kita berada di dalam kereta api. Seperti yang dilansir oleh merdeka.com (12/12/2013), bahwa banyak orang yang tidak tahu upaya penyelamatan diri saat kita berada di dalam kereta api tersebut. Dimana ternyata tidak semua kereta api apalagi jika itu buatan Jepang menyediakan alat pemecah kaca di sudut kereta apinya.

Mereka memproduksi gerbong KA-nya tanpa menggunakan palu alias KRL buatan Jepang itu memang tidak menyediakan palu pemecah kaca sebagai alat keselamatan. Sebagai gantinya, terdapat katup angin yang dipergunakan untuk membuka semua pintu secara darurat.

Katup ini biasanya berada di bawah kursi penumpang, di antara sambungan gerbong. Untuk mempergunakan katup ini, cukup dengan membuka penutup keran, lalu ditarik sehingga terdengar suara letupan angin. Ketika kerannya sudah dibuka, maka pintu kereta api secara otomatis akan membuka.                

Namun dikatakan banyak penumpang yang tidak tahu ada katup tersebut. Oleh karena itu, mari kita peduli dengan info-info penyelamatan ini, supaya kita bisa menyelamatkan diri dengan sangat baik.

Juga info-info lain yang berguna saat kita memakai moda angkutan lainnya. Seperti naik pesawat, terkadang kita sangat abai dengan upaya-upaya pramugari dalam memperagakan simulasi peragaan penyelamatan yang penting.

Oleh karena mari kita semakin sadar untuk informasi penting tentang bagaimana kita bisa menyelamatkan diri kita saat kita sedang berada di dalam sebuah perjalanan.     




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline