Lihat ke Halaman Asli

Rinto F. Simorangkir

Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Belajar Peduli Sejak Dini (Kisah Ibu dan 2 Anaknya yang Ditolong)

Diperbarui: 9 Maret 2019   22:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Menolong orang yang lebih lemah dari kita, tentu menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri. Karena kita sanggup memberikannya dengan iklas dan tulus. Maka ketika mendengarkan satu kesaksian keluarga yang diselamatkan oleh pengendara yang lewat di jalan tol Ngawi-Kertosono, sungguh menjadi kesaksian yang bisa menginspirasi kita semuanya. 

Bagaimana tidak, di dalam waktu 15 menit mereka terjebak di dalam banjir bandang yang tiba-tiba datang, mereka berseru minta tolong, tapi tiada mobil yang mau berhenti untuk menolong mereka. Kemudian di tengah-tengah hampir keputus-asaan itu, ada orang akhirnya bisa menolong mereka. Mendengarkan jeritan mereka.

Pertanyaannya kenapa pada saat itu para pengendara yang berlalu lalang, bisa dibilang enggan untuk bisa menghentikan mobil-mobil mereka. Mendengarkan jeritan minta tolong, padahal situasinya bisa dibilang genting. Mungkin dari kejauhan mata memandang, akan tampak kecil, tapi jika kita bisa pelan sejenak dan memperhatikan dengan seksama di sekeliling kita, tentu hal yang tampak kecil tersebut akan tampak dengan sangat jelas di mata kita.

Maka disinilah letak perlu latihan kepedulian untuk selalu diasah di dalam hidup kita. Peduli kepada sesama kita, bukan karena kita ada maunya, tapi karena kita memang ingin memberikan pertolongan dengan iklas.

Betapa mereka memang sedang membutuhkan uluran tangan kita untuk bisa memberikan pertolongan. Dimana seperti yang dilansir oleh kompas.com (9/3/2019), satu keluarga akhirnya bisa diselamatkan dari jebakan banjir bandang yang menimpa daerahnya.

Tentu menjadi sebuah sejarah yang tak akan mungkin bisa dilupakan oleh Ibu Arina Fitroh (35) dan dua anaknya, Sifa Nurkaromah (5), Khamim Nurmahmudin (3), serta kakak kandungnya, Arif Rosidi (47). Setelah banjir menerjang rumahnya di Ngawi, Arina bersama dua anak dan kakaknya tinggal di rumah Kasidi, pamannya di Dukuh Gandu, Desa Karangrejo, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan, atau sekitar 16 km dari Kota Madiun.

Saat ditemui oleh tim Kompas.com di kediaman pamannya, Jumat (8/3/2019) malam, Arif Rosidi masih mengingat detik-detik yang menegangkan saat nyawanya bersama dua keponakan dan adik perempuannya diselamatkan Aiptu Sujadi bersama anaknya di pinggir Tol Ngawi-Kertosono, Kamis (7/3/2019) sore. Apalagi saat itu mereka sudah pasrah hendak tenggelam terseret banjir. Sebab meskipun saat itu Arif sudah berteriak sekeras-kerasnya untuk minta tolong kepada pengguna jalan, tetapi tidak ada yang menghiraukannya.             

Maka kepedulian kecil yang ditunjukkan oleh ibu Nanda yang mengupload video penyelamatan satu keluarga menjadi suatu inspirasi besar bagi seluruh rakyat Indonesia. Semoga kita tidak berhenti menabur kebaikan demi kebaikan. Maukah engkau peduli???

Sebab dengan kepedulian sekecil apapun itu akan menjadi sebuah kebaikan yang akan bisa memberikan dampak yang lebih baik bagi dunia ini. Dan kepedulian tersebut akan bisa maksimal jika seandainya kita sendiri sudah terlatih sejak dini untuk selalu peduli kepada lingkungan maupun sahabat kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline