"Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Berikan Aku 10 pemuda, niscaya akan kugucangkan dunia".
Itu adalah pernyatan Presiden pertama kita, yakni Bapak Soekarno. Dimana beliau tahu betul potensi seorang anak muda. Bahkan dengan keyakinannya tersebut beliau menyatakan sanggup bukan hanya merubah Indonesia bahkan dunia.
Artinya bahwa untuk merubah Indonesia ini, bisa dengan cepat dilakukan oleh pemuda-pemudi di Indonesia ini. Buktinya saja ketika peristiwa jatuhnya Suharto 10 tahun yang lalu, yakni tahun 1998. Sebuah awal dari proses reformasi di tanah air ini. Adanya kesatuan hati para pemuda yang diwakili oleh perannya mahasiswa di dalam melakukan perubahan di bangsa ini.
Maka sepertinya potensi yang demikianlah yang telah dilakukan oleh para ekstrimisme radikal yang ada di bangsa ini. Mereka sudah sangat tersistem untuk bisa merusak anak-anak muda di bangsa ini. Sudah lama dimulai dengan merusak anak-anak kecil, seperti kejadian yang pernah di Medan beberapa waktu yang lalu. Seperti yang dilansir BBC.com (27/6/2017).
Dimana sejumlah anak-anak sudah dipaparkan dengan buku-buku percetakan tentang buku propaganda ISIS oleh oknum yang kebetulan berada di satu lingkungannya. Untung bisa ketahuan adanya buku-buku semacam itu diterbitkan di Medan dan bahkan dinyatakan sudah ada yang dibagi-bagikan ke lingkungan anak-anak yang ada di sekitar rumah pelaku.
Kemudian paham tersebut sudah masuk ke rumah keluarga demi keluarga. Dimana puncak gunung es-nya seperti peristiwa bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya beberapa waktu yang lalu, oleh para keluarga. Dimana keluarga-keluarga mau dan bersedia untuk mati dengan paham rusak yang demikian.
Lihat saja keluarga-keluarga tersebut, yang berasal dari keluarga-keluarga yang tampak bahagia dan bahkan berkecukupan secara materi, bisa rusak, hanya karena dengan paham yang demikian.
Tapi yang paling dasyat akibatnya adalah ketika mereka sudah masuk ke anak-anak muda yang ada di kampus-kampus. Seperti yang dilansir oleh beberapa media, termasuk kompas.com (2/6/2018), dimana terjadi penemuan bom di di kampus UNRI (Universitas Riau). Pelakunya tak lain dan tak bukan adakah alumninya sendiri. Maka bisalah kita simpulkan bahwa hal itupun barulah fenomena puncak gunung es semata. Yang tampak secara kasat mata. Tapi kalau yang tidak tampak?
Artinya ketika sudah sebagian besar mereka terpapar dan terpengaruh dengan paham radikal ekstrimis, yang mengesahkan bahwa membom itu merupakan bagian dari jihad untuk merubah bangsa ini, maka lihatlah dalam waktu sekejap, bangsa ini akan berakhir dan menuju seperti kemauan para kaum ekstrim radikal ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H