Lihat ke Halaman Asli

Rinto F. Simorangkir

Seorang Pendidik dan sudah Magister S2 dari Kota Yogya, kini berharap lanjut sampai S3, suami dan ayah bagi ketiga anak saya (Ziel, Nuel, Briel), suka baca buku, menulis, traveling dan berbagi cerita dan tulisan

Tips Praktis Membangun Bangsa Awali dengan Membangun Keluarga

Diperbarui: 29 Mei 2018   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

My Fam and My Mentor (Dok Pribadi)

Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki budaya baik di dalamnya segala interaksinya.Kemudian sifat ataupun karakter yang ditunjukkan dari setiap anak bangsa adalah karakter yang kuat atau tangguh, tidak suka memaksa, apalagi merasa paling benar diantara semuanya.

Sebab kalau merasa sudah paling benar dengan keyakinan yang ada bisa dipastikan akan menimbulkan banyak polemik, dan tidak menutup kemungkinan akan terjadi kekerasan dan menganggap biasa peristiwa dari bom bunuh diri yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Peristiwa bom kemarin, bukan hanya mengejutkan kita, tapi juga membuat kita geleng-geleng kepala. Kok bisa dari sebuah keluarga yang tampaknya harmonis, berkecupan bahkan tampak mewah rumah yang mereka tinggalin,tapi kemudian akhirnya memiliih untuk mengakhiri bukan saja nyawa dari si Kepala keluarga, bahkan istri hingga anak-anaknya juga harus dikorbankan dengan ideologi rusak seperti itu?

Apa yang salah dengan sistem kekeluargaan di masing-masing keluarga kita? Perlu mencermati supaya kita tidak terjatuh di dalam jurang yang sama.

Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa posisi keluarga memegang peranan yang penting di dalam kemajuan bangsa ini. Artinya ketika keluarga dan anggota keluarga semuanya sehat, kuat, dan cerdas, umur  atau harapan hidup yang panjang, tidak terjadinya giji buruk, apalagi ada anak yang stunting,, maka hal itu jugalah yang akan mencerminkan kondisi bangsanya sedang berada dimana.

Sebab kualitas keluarga yang baik akan menjukkan kualitas suatu bangsa yang baik. Dan hal itu tidak terlepas di dalam kita membangun keluarga kita masing-masing. 

Berikut mungkin yang dapat kita lakukan untuk bisa membangun keluarga kita, yang tentunya akan memberikan sumbangsih di dalam membangun bangsa ini.

Pertama, memiliki visi atau tujuan keluarga ini terbentuk untuk apa? Apakah hanya untuk sekedar supaya dibilang tidak laku? Atau memang ketika memutuskan berkeluarga untuk suatu hal yang besar yang akan direngkuh bersama ketika keluarga ini terbentuk. Tentu hal ini tak terlepas juga dari nilai-nilai apa yang akan coba dikembangkan di dalam keluarga. Miliki nilai inti atau core value  tersebut, maka niscaya nilai itu yang akan memimpin keluarga kita akan mengarah kemana.

Contohnya, visi atau nilai yang boleh ditempelkan di dalam rumah, yakni jujur, disiplin, kerja smart, setia, dan tidak lupa bahagia. Maka ketika nilai-nilai tersebut terpampang, dan setiap hari kita saksikan maka lambat laun nilai-nilai tersebut akan merasuk ke pikiran dan hati kita. Sehingga akhirnya nilai tersebut bisa kita miliki. Dan yang lebih utama adalah memastikan bahwa nilai keluarga kita, tidak mengikuti nilai keluarga semacam nilai yang dimiliki oleh keluarga yang memilliki paham radikal atau semacam paham terorisme.Seperti kasus keluarga yang diatas.

Kemudian untuk tidak menjadikan uang atau kekayaan sebagai tujuan utama kita untuk berkeluarga apalagi menjadikan hal tersebut masuk di dalam core value keluarga kita. Uang memang perlu untuk pemenuhan kebutuhan di dalam keluarga dan hal itu  bukanlah segalanya. Sebab dengan kerja keras dengan usaha yang ulet dan smart, maka bisa dipastikan sumber uang akan mengalir dengan sendirinya. Jadi jangan mencari uang, carilah dan utamakan nilai itu yang lebih penting untuk diaplikasikan dalam keluarga kita.   

Kedua, ciptakan momen-momen yang bisa mendorong kita maupun anak-anak kita, untuk bisa memiliki visi atau nilai inti yang ada dalam keluarga kita. Yakni ketika anak mulai tampak tidak jujur, dan banyak alasan, tentunya bisa membuat semacam treatment atau cara supaya dia  mengakui apa yang sedang dilakukannya. Tentunya tidak dengan intimidasi, melainkan mencoba menjadi seperti mereka sehingga mereka akhirnya bisa terbuka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline