Lihat ke Halaman Asli

Rinta Wulandari

TERVERIFIKASI

Ustad Fadzlan, Mutiara Dakwah dari Papua

Diperbarui: 16 September 2015   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 [caption caption="sumber: news.fimadani.com"][/caption]

Minggu, 13 September 2015

 

            Pagi itu kami berkumpul di Masjid Islamic Centre Rajabasa. Disana ada kajian pagi.. sengan ustad yang baru ku kenal namanya. Kebetulan waktu iru beberapa hari lalu, Kak Shinta mengajakku ikut kajian ustad Fadzlan. Tadinya aku gatau, siapa beliau.. “Itu loh dek, ustad yang dari Papua...”. Ustad dari Papua? Waktu itu aku belum tau seperti apa beliau. Namun entah kenapa, kebetulan, beberapa hari kemudian aku menonton siatan Trans TV , acara ‘Beriman’. Nah saat itu sedang membahas.. “Dakwah Ustad Sabun”. Nah disana tersebutlah nama Fadzlan dari Papua yang berhasil dakwah dan mengislamkan ratusan ribu masyarakat Papua. Dengan caranya sendiri. Nah di acara itu lebih menunjukkan cara dakwah beliau dengan Thaharah-membersihkan.

            Tepatnya Pukul 9, akhirnya aku dan Kak Shinta memutuskan jajan di depan ruangan. banyak jajanan disana, yaah karena memang acaranya belum mulai-mulai. Ternyata dokter satu ini memang belum sarapan.. padahal pasti sering kasih nasehat sama pasiennya.. “Pak jangan lupa sarapan ya..” dokternya sendiri yang gak sarapan =__=

            Jajanannya dari akhwat semua, pedagang yang berpakaian Syar’i. Ah ini mah dijamin, makanannya sehat dan thoyyib : ) Setelah makan, sambil mendengar cerita Kak Shinta yang menginspirasi *eh aku tu ga nyangka ternyata kak Shinta banyak cerita keren yang menggugah, padahal kalo pas Liqo, kalo kak Shinta udah kumpul sama ka Nora, ka Hani, ka Aqsha, kak Elis.. jadiii, Kak Shinta paling rame dan sering bikin ngakak :D*

            Setelah kami makan.. waah ternyata sudah rameee banget di dalam ruangan. Lalu kami lihat tas kami yang sudah di pinggirkan para peserta yang datang. hiks.. sediih :”) akhirnya kami mengambil tas, dan duduk ditempat lain. Pukul setengah 10 acara dimulai, seperti biasa ada sambutan dari penyelenggara.

            Kemudian ustad Fadzlan Garamatan mulai menyampaikan ceramahnya. Sebelumnya aku sudah menonton video ceramahnya dari youtube, kurang lebih sama. Namun karena ini mendengarnya secara langsung, pesannya mengena deh.. Ustad Fadzlan menceritakan bagaimana onak duri yang ia rasakan, tantangannya mengerjakan pekerjaan bergengsi ini. ustad Fadzlan adalah lulusan Universitas negeri di Makasar, beliau juga pernah menjadi pegawai negeri sipil, namun hanya 1,5 tahun. “Saya keluar karena pernah dipaksa melakukan hal yang tak sesuai di hati saya. Saya keluar dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) lalu memutuskan jadi PNS, Pegawai Nabi Shallallah Alaihi Wassalam. Kantor saya Masjid, pekerjaan saya berdakwah..” ucap Ustad dengan pakaian serba putih dengan wajah khas ala penduduk bumi Cendrawasih.

            Ustad Fadzlan juga menceritakan, bagaimana ia dulu saat berkuliah sering di rendahkan karena wajahnya dan badan besarnya ala masyarakat papua. Ia disuruh keluar dari kelas, karena akan ada pelajaran agama islam. Ia diusir secara tegas oleh dosen agar segera keluar. Ustad Fadzlan tidak keluar, melainkan maju kedepan kelas, dan bertanya tiga hal pada sang dosen.. “Pak Dosen, sebelum saya keluar dari ruangan ini, ada 3 pertanyaan dari saya... pertama, apakah agama islam hanya untuk orang arab dan orang bugis makasar saja? ataukah untuk seluruh alam Rahmatan Lil Alamin? Kedua siapakah sahabat nabi yang rambutnya keriting, badannya hitam keling dan suaranya merdu? ketiga, tolong bagikan Mushab Al-Quran, dan saya minta teman-teman baca.. pertanyaan satu dan dua tak dijawab oleh dosen. Si dosen langsung membagikan Al-Quran ke 46 mahasiswa, Fadzlan tidak dibagikan Al-Quran tersebut, lalu saya rampas Al-Quran ke 47 itu dari si dosen... ternyata dari 47 mahasiswa yang ada di dalam kelas, hanya 7 orang yang dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Termasuk salah satunya mahasiswa yang diusir, dan punya rambut seperti beringin ini...” diikuti tawa audiens.

[caption caption="dok.pribadi. suasana bagian perempuan.. semua khusyuk memperhatikan :)"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline