[caption id="attachment_384364" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. Mbak Naqiyyah Syam dan Mbak Sinta Yudisia"][/caption]
Pagi itu kami datang kerumah Mbak Naqiyyah Syam. Saat itu ia masih menjabat sebagai ketua FLP Wilayah Lampung. Kami datang dengan membawa kado-kado kecil, hari itu kami ingin bertukar kado. Perbincangan kami banyak menyangkut keorganisasian Forum Lingkar Pena Lampung dan Bandarlampung. Kami mendapatkan banyak cerita yang menginspirasi dari Mbak Naqiyyah Syam yang memiliki nama asli Sri Rahayu.
Ia merupakan ibu dari tiga orang anak yang cerdas dan aktif, mereka adalah Faris, Fatih dan Aisyah. Mbak Naqiyyah Syam sudah aktif menulis sejak masa sekolah, sejak kecil ayahnya sering membelikannya buku cerita dan majalah. Sejak itulah minat baca seorang Naqiyyah Syam muncul. Hingga sekarang mbak Naqiyyah menjadi salah satu ratu antologi (pembuat kumpulan cerpen bersama) ada sekitar 30 buku antologi, dan telah menerbitkan dua buku sendiri yang diterbitkan oleh penerbit mayor.
Awal mula kisah Mbak Naqiyyah tak selamanya berjalan mulus, dalam pernikahan yang harmonis, ternyata berbagai masalah dan ujian sering menghinggapi. Ikut suami ke tanah lado, Provinsi Lampung. Dimulai dari merintis keluarga kecil dengan ekonomi yang terbilang belum mapan, lalu anak pertama saat usia satu tahun sakit-sakitan, dan sempat menderita TBC hingga harus berobat rutin selama enam bulan. Semua dijalani dengan ikhlas.
dok. pribadi. Mbak Desti, Aku, Mbak Shanti, Mbak Afri dan Mbak Naqiyyah Syam di hari itu.
Lalu mbak Naqiyyah bercerita mengenai suatu hal yang baru kami ketahui, dan hal itu membuat kami terperangah, kagum. Ternyata walaupun mbak Naqiyyah lulusan strata satu kehutanan di Universitas Bengkulu, namun jiwanya sebagai pendidik. “Mendidik itu mencerdaskan dan penuh tantangan.. lagipula jadi guru itu cita-citaku sejak kelas 2 SMA, Rin.. aku maunya masuk jurusan Bahasa Indonesia, tapi orangtuaku memaksa untuk masuk jurusan IPA, jadilah aku kuliah di jurusan Kehutanan,” tuturnya. Kemudian Mbak Naqiyyah bercerita, pada tahun 2005 setelah menikah, ia mendirikan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di daerah Way Bungur Lampung Timur, yang diberi nama Paud Permata. Saat itu pendidikan anak usia dini tak sebanyak sekarang, dan masih sangat jarang. Karena tekad yang kuat pada passion sebagai pendidik, akhirnya Mbak Naqiyyah menjadikan rumah mungilnya sebagai kelas. Beliau berbagi tugas dengan suami, menyiapkan peralatan sekolah papan tulis dan lainnya, saat itu pengajar hanya dua orang dan Mbak Naqiyyah selaku kepala sekolah merangkap guru.
dok. Naqiyyah Syam. Mbak Naqi pernah juga mengajar disini, SDIT Baitul Muslim.
Murid pertama berjumlah 6 anak. “Aku terharu saat mereka bernyanyi dan menghafal hadist yang kami siapkan.." tutur wanita yang menikah pada April 2005 ini.Selang beberapa hari, murid bertambah menjadi 10 orang, lalu meningkat menjadi 30 murid. Walau begitu, pengajar hanya dua orang. PAUD Permata berdiri berlandaskan keikhlasan pengajarnya, ya pengajar maupun dirinya pun tak digaji. Keinginan menciptakan tempat pendidikan anak ini benar-benar datang dari ketulusan hati Mbak Naqiyyah. Walaupun saat itu mbak Naqi juga sibuk mengurusi anak pertamanya yang masih berusia satu tahun. PAUD yang didirikannya tetap berjalan. Sampai akhirnya, suami Mbak Naqi harus pindah tugas ke Way Jepara sebagai penyuluh pertanian. Akhirnya perjuangan pendidikan anak usia dini, diteruskan oleh teman seperjuangan lain. Kini Paud Permata tetap berdiri, malah kian kokoh berkat dana bantuan pemerintah dan masyarakat setempat. Luarbiasa perjuangan Mbak Naqi untuk mencerdaskan anak bangsa. Tahun demi tahun berlalu, kemudian lahirlah anak kedua dan ketiga. Menambah keramaian keluarga mbak Naqi. “Aku sangat menikmati menjadi seorang ibu yang memiliki tiga orang anak. Mereka kian sehat dan cerdas, perkembangannya juga baik. Kini fokus utamaku adalah keluarga, kemudian passion ku pada dunia pendidikan dan kepenulisan. Aku sering melakukan aktivitasku menulis setelah menina-bobokan anak-anak. Atau sambil menyusui si bungsu..” Ungkap Wanita kelahiran Jambi, 34 tahun silam.
dok. Naqiyyah Syam. Mbak Naqi dan para muridnya. Mbak Naqi pernah juga menjadi guru di SDIT Permata Bunda Bandarlampung selama beberapa tahun.
Sosok Sri Rahayu atau sering dipanggil Yayuk yang memiliki nama pena Naqiyyah Syam ini masih mengispirasi kami. Kami bersantai di teras rumahnya, sembari menikmati camilan hangat, dan bercanda dengan si kecil Fatih. Mbak Naqiyyah menceritakan mengenai dunia kepenulisan yang digelutinya. Ternyata wanita berkacamata ini selalu menulis sedikit demi sedikit melalui ponselnya. Misalnya, jika ada inspirasi mengenai cerita anak, ia akan menuliskan point-point yang akan diubahnya menjadi kalimat cerita. Hasil ketikan di Blackberry nya itu kelak disimpan dalam draft email. Ketika membuka laptop, Mbak Naqiyyah tinggal melakukan copy paste, dan melanjutkan point tersebut menjadi cerita. Setelah cerita anak jadi, ia akan mengirimkannya ke majalah atau surat kabar, sehingga mendapatkan honor yang bisa membantu perekonomian keluarga.
dok. pribadi. Mbak Naqi saat menjadi narasumber kelas menulis outline non fiksi.
dok. pribadi. mbak Naqi (jilbab ungu) saat kelas menulis Blog. Mempublikasikan tulisan lewat blog.
Dunia kepenulisan dan Forum Lingkar Pena. Mbak Naqiyyah sudah tak asing lagi dengan dunia tulis menulis ini, karena sejak kuliah ia mulai mengikuti Forum Lingkar Pena dan sempat menjadi ketua FLP Wilayah Bengkulu. Kemudian di tahun 2012 Mbak Naqiyyah menjadi ketua FLP Wilayah Lampung sampai akhir masa jabatan tahun 2014. Banyak trobosan yang ia buat, dan masih berlanjut hingga sekarang. Salah satunya adalah Taman Baca Masyarakat (TBM) Keliling. Taman Baca ini keberadaannya dimulai pada tahun 2013. Digelar saat ada keramaian, tentu bukan saat kebakaran, hehe. Waktu itu taman baca digelar di sekitaran taman rusa Unila, di minggu pagi, karena di sana orang ramai berolahraga maupun sarapan. Awalnya orang mengira kami menjual buku, padahal buku itu bebas untuk dibaca, gratis, dan jika dipinjam pun boleh. Tanpa syarat, FLP hanya berpegang pada kepercayaan dan kejujuran dari pembacanya.
dok. pribadi. Taman Baca FLP pada tahun 2013
dok. pribadi. Taman Baca FLP kian diminati warga
dok. pribadi. Di taman baca FLP. Anak-anak karate pun jadi gemar membaca.
Sedangkan buku-buku yang ada di taman baca adalah buku yang berasal dari rumah cahaya, atau sekret FLP yang terdapat banyak buku. Buku tersebut berasal dari berbagai sumber, mulai dari penerbit maupun sumbangan dari anggotanya. Bukunya masih terbaru dan sangat layak dibaca. Mencerdaskan. Secara tersirat, Mbak Naqiyyah Syam menjadi salah satu pelopor penebar virus baca dan tulis bagi masyarakat. “Pinginnya, kita punya mobil baca keliling, jadi di dalam mobil itu isinya seperti perpustakaan, banyak buku.. seru mungkin ya. Doakan saja..” ucapnya sambil tersenyum, dibalas anggukan setuju sembari mengucap ‘Aamiin’ dalam hati.
Mbak Naqiyyah juga merupakan salah satu pelopor yang suka mengompori kami untuk berpacu. Menyelenggarakan berbagai kelas menulis. saat beliau masih menjabat ketua FLP Wilayah Lampung, berbagai penulis ternama berhasil datang dan memberikan kami kelas menulis yang sangat bermutu. Beberapa diantaranya adalah penulis Indonesia yang tinggal di Perancis, mbak Rosita Sihombing. Berhasil memberikan kami pencerahan dan ilmu yang luar biasa, mengenalkan kami tentang Kota Paris yang romantis. Kemudian ada pula Mbak Maya Uspasari, salah satu anggota FLP Australia, beliau juga memberikan berbagai pencerahan menulis pada kami. Kelas menulis oleh Azhar Nurun Ala, pemuda Lampung yang kini semakin sukses di dunia kepenulisan Nasional berawal dari buku ‘Ja(t)uh’nya. Lalu kembali memberi kami ilmu yang bermanfaat yakni mbak Sinta Yudisia yang merupakan ketua umum FLP Sedunia, dan yang mengesankan adalah kedatangan Teh Pipiet Senja salah satu penulis kenamaan Indonesia. Teh Pipiet yang berhasil mentransfer energi muda di usia senjanya pada kami.
dok. pribadi. Mbak Naqiyyah bersama Mbak Sinta Yudisia di Bandarlampung