Lihat ke Halaman Asli

Rinta Wulandari

TERVERIFIKASI

Dinas Gerontik: “Mbah Lahir Tahun 21, Mata masih Tajam kok!”(2)

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13912255562134544621

[caption id="attachment_309522" align="aligncenter" width="300" caption="dok. Pribadi"][/caption]

Sudah 9 hari berlalu iya sudah berlalu. Tapi kisah para nenek itu masih ada diingatan. Yak ini hanya sekedar bagi-bagi pengalaman, atauu jadi bahan pengenalan dinas gerontik bagi mahasiswa keperawatan lain di luar sana.

Balik lagi. Jadi setelah kami dinas di hari pertama, kami segera menyebar, mencari pasien yang akan dilakukan asuhan keperawatan sebagai bahan laporan kami dinas diruangan ini. Kami diberi kelonggaran untuk memilih pasien yang ada disini, sesuai laporan pendahuluan yang telah kami kerjakan. Bagaimana cara kami mengetahui penyakit pasien-pasien disini? Sedangkan basic para pengasuh bukanlah dari perawat. Rata-rata yang kerja di panti ini adalah pekerja sosial. Adaa yang pendidikannya perawat, tapi bukan di kancah perawatan peruanga, beliau berada distruktural kantor.

Kalau misalnya pengasuhnya punya basic keperawatan kan lumayan bisa tanya-tanya tentang penyakit di ruangan, bisa baca list kesehatan yang memang harus ada bagi perawat, atau dokumentasi keperawatan. Ini?

Tidak ada cara lain. Kami harus mengkaji satu persatu. Bertanya satu persatu. Pertama kami mulai membidik pasien yang bisa diajak bicara. Karena ada beberapa pasien yang gangguan pendengaran yang tidak bisa diajak bicara, ada juga yang berbahasa jawa kental yang akuu sama sekali gak ngerti bahasanya =_=

LP ku mengangkat tentang osteoporosis. Aku membidik para pasien yang memiliki bentuk punggung bungkuk alias kifosis. Si mbah ini nih.. mbah ila namanya..

Aku panggil, “Mbah Ilaa(samaran)..”

“Dalem.. jawabnya..”

“Mbah badannya ada yang sakit gak?”

“Mboten..”

“Sikilne sakit ora?”

“Ora..”

Yaah jawaban mbah Ila beneran tmembingungkan. Intinya mbah Ila saat itu tidak merasakan sakit apapun. Oke membidik pasien lain. Kali ini pasiennya memiliki sakit hipertensi juga, osteoporosis juga. Oke ketemu sama mbah Meri(samaran). Ada Welly sama Aya yang lagi wawancara. Mereka berdua beda kelompok, tapi mengangkat kasus yang sama, hipertensi. Sedangkan mbah Meri ini juga punya penyakit reumatik, dan osteoporosis. Karena bentuk punggung kifosis, punya riwayatjatuh dan tanda gejala yang ia rasakan sama dengan gejala osteoporosis.

Si mbah ini kooperatif. Bisa diajak bicara. Bisa. Gangguan pendengaran juga sih. Tapi yaa masih bisa merespon kok.

“Mbah.. sakit yang mana badannya?”

“Yang ini.. kaki sakiit, ngilu banget, linu... “ jawab si mbah sambil menunjukkan bagian yang sakit.

“Terus gimana mbah ke kamar mandinya?”

“Yaa kalau mau ke kamar mandi merambat, pegangan sama ranjang kuat-kuat biar gak jatuh lagi..”

“Oo gitu.. terus mbah sakit linunya itu pas kapan? Kalau diem gak nyeri ya mbah?apa kalau lagi gerak nyeri nya keluar?” tanya Welly serius.

“He..eh, iya kayak gitu keluar... keluar kamar mandi...” jawab mbah polos.

Seketika alis kami terangkat sebelah. Mbaaah yang ditanya apaa dijawab apaa -_-

Mbah ini tidak punya anak. Punya anak 2 sebenarnya dari 2x pernikahan. tapi anaknya meninggal. Yang pertama meninggal saat sudah lahir, tapi hanya bertahaan 40 hari, kemudian meninggal karena salit. Anak yang kedua meninggal di kandungan. Akhirnya kini dia hanya sebatang kara. Ada ponakan di kedaton tapi gak pernah menjenguknya.

BAGAIMANA KISAH MEREKA? TENGOK YUK SEKILAS.

(Nama-nama mbah dibawah ini adalah nama samaran seutuhnya, sungguh)

Mbah Sum

mbah ini penuh dengan kekesalan. Si mbah ini seperti punya dendam kesumat pada pengasuhnya. Beliau mengatakan para pengasuh sangat kasar melayani mereka, dirinya sering dipaksa mandi, sering disuruh-suruh, sering dibentak. Ungkap si mbah. Entahlah penuturan si mbah benar atau tidak yaa. Si mbah bicara emosi namun dengan nada yang rendah. Kemudian si mbah cerita ia punya anak. Punya anak 3 di Lampung. Dimana mbah? Di kemiling. Haaa? Kemiling mah ya di Bandarlampung ini. Gak abis pikiiir kok bisaaa mbah ini ditelantarin disini, dan anaknya masih ada, katanya anaknya udah menikah semua. Kembali mikir positif... “Mungkin anak-anak si mbah juga gak mampu kasih makan keluarganya, jadi takut gak bisa kasih makan emaknya yaa..” next mikir lagi.. kok bisa segitunya? Bukannya banyak yaa, kejadian si ibu menahan lapar demi anaknya makan. Emang ada seorang ibu yang gak bisa kasih makan anaknya sampe mau pisah dan ninggalin anaknya di panti asuhan?kayaknya gak ada deh.Sabar ya mbah Sum.. ini kenyataan yang harus mbah terima. Tinggal jauh dari keluarga dan anak-anak.

[caption id="attachment_309524" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi. punya anak mbah? di bandarlampung juga? tega banget ninggalin mbah disini =_="]

13912259111235625523

[/caption]

Mbah Inem

Beliau selalu bilang, ia lahir tahun 21. Tahunnya penjajahan. “Iya dulu setelah belanda ada Nippon, Jepang, Koleraa...”

“Kolera apaan mbah?iya Koleraa...”

“Kolera?penyakit?”

“Koleraa!”

“Korea kali mah..”

“Nah itu.. Ko..Le.. Ra..”

“Kolera lagi itumah -_-“

“Iya, kaum pria menjajah wanita sejak dulu..”

Si mbah selalu bicara berbagai hal. Asiknya lagi si mbah ini mata, pendengaran, ingatannya masih kuat. Jadi ia bisa diajak bicara jelas.

“Mbah ini ya.. lahir tahun 21. Mata masih bisa jelas.. Alhamdulillah hirobbilalamin..”

“Oo masih jelas ya mbah.. iya.. mbah bisa kok baca tempelan itu..”

“Wih hebat mbah, disana memang ada tempelan.. emang apa bacaannya?”

Si mbah melihat tajam kearah tulisan yang ada disudut ruangan. Agak jauh memang.. sekitar 1 meter laah. Kemudian si mbah bicara...

“Itu bacaannya.. Unsitas kedokteran...”

Kami ambruk rame-rame =_=

“Katanya keliatan mbaah? Itu bacaannya ISOLASI WANITA”

“Oo udah ganti ya?” si mbah ngeles.

[caption id="attachment_309525" align="aligncenter" width="300" caption="dok. Pribadi. akhirnya Tetu menemukan yang ia cari di hidupnya*eh"]

1391226081688722397

[/caption]

Mbah Inem ini juga ngejelasin berbagi hal dari masalah keagamaan sampai masa bisnis. Si mbah yang selaluu cerita walaupun berulang-ulang. Mbah cerita kalau punya anak whedog itu contoh kan lah yang baik-baik, gitu juga punya anak Lanang. “Zina tau?”

“Tau mbah..”

“Itu kan Cuma sebentar, tapi kotornya luar dalam.. kalau kotor jasmani, bisa di cuci pakai sabun. Bersih.. kalau kotornya di rohani?ya itu susah hilangnya. Kan obatnya kan Astaghfirullah haladzim, Lailahailallah... tobat sama Allah..”

“Iya mbah..”

“Nah kalau punya uang.. beli lah tanah satu hektare berapa hektar terserah.. tanam coklat, kelapa, vanili..”

“Oo macem2 mbah?”

“Lah iya.. Coklat sekilo 15 ribu, vanili sekilo 30 ribu...” si mbah terus menjelaskan berbagai hal sambil menggerakkan tangannya seperti membagi-bagi petak tanah.

Klien juga sempat nyanyi. Nyanyi bengawan solo.. nyanyi lagu-lagu lama yang mungkin tercipta sebelum ibu-bapak kami lahir.

Mbah UTI.

Kalo mbah ini, kesehatannya memang sudah menurun drastis. Ia tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Bedrest, tapi masih sadar. Untuk sekedar duduk saja ia jarus dibantu. Kalau diajak bicara, ucapannya kurang jelas.

Tapi pengasuh menganggap mbah ini terlalu manja. Ah sayang banget yaa diruanganini gak ada perawat yang benar-benar petugas. Padahal ini ruangan isolasi, memang kalau bukan perawat, mereka gak mengerti bagaimana cara memperlakukan lansia dengan baik. Waktu itu kalo gak salah Suci membantu mbah Uti duduk dan minum. Malah si pengasuh bilang, “Jangan kayak gitu mbak, biarin aja. Dia itu memang manja.. mbah itu aja..” nunjuk mbah di ranjang lain. “Dulu pernah jatoh, kondisinya lebih paraah dari mbah Uti, sekarang bisa jalan tuh.. kalo di manjain apa-apa dilayanin ya dia jadinya manja..”

Suci diam. Kami diam, “Laah bukannya kondisi tiap lansia itu beda-beda ya?tergantung faktor usia, riwayat penyakit dll. Mana bisa dibandingin gitu aja dengan kasat mata” pikirku -_-

Mbah Wowoh

Wooh mbah iniii. Mbah ini bisa jalan kok,gak bungkuk, penglihatan masih oke. Hanya saja.. pendengarannya terganggu. Jadi si mbah ini kalo diajak ngobrol ya gak respon. Bawaannya pingin pergii aja, dulu malah udah sampe gerbang mau kabur. Kalau udah di dalem ruangan bawaannya mau nutup pintu keras-keras. Pakaiannya berlapis-lapis udah kaya wafer. Bawa sarung dll. Dan kami baru sadar kalau itu triknya saat dosen kami bialng untuk melihat ciri-cirinya.. “Mbah ini udah persiapan kabur.. tuh lihat hartanya(baju-bajunya) udah dibawa semua..” yak dengan trik melapis baju, maka si mbah punya salinan yang banyak jika sukses kabur nantii.

[caption id="attachment_309529" align="aligncenter" width="300" caption="dok. Pribadi. lihat bajunya?berlapis-lapiis"]

13912263061691561449

[/caption]

Siapa bilang mbah ini gak bisa diajak ngobrol, bisa kokk. Ia bisa bicara. Tapi... “Mbah hanya bicara yang gak jelas dengan bahasa Jawa.. sekilas terdengar ia bicara tentang Gabah.. sawah.. dan aliran air..” kemudian senyum-senyum sendiri. entahlah. Mbah ini juga defisit perawatan diri bangeet. BAK maunya di dalem ruangan, waktu itu juga malah mau BAB duduk di dalam ruangan, dekat ranjangnya.. kami yang melihat itu langsung mengajak si mbah Wowoh ke kamar mandi. “Disini mbah.. kalo mau beol(BAB) itu..”

Si mbah terlihat berdiri, gak merespon. Tapi kakinya mau berjalan menuju kamar mandi kok. Sampai dikamar mandi... Mbah mengambil gayung.. menciduk gayung.. dan... yak! Air di dalam bak itu diminumnya, glek-glek. “Mbaaah kok diminuuum?” ucap kami setengah teriak. Ternyata si mbah memang punya kebiasaan minum air mentah, bahkan waktu itu ia minum air keran. Mungkin si mbah pernah tinggal di Jepang kali ya?yang air kerannya sudah steril dan aman diminum =_=

Mbah Ila

Mbah ini yang nyaris jadi pasienku tadi, mbah ini bentuk punggungnya kifosis banget. Gangguan penglihatan dan sudah tua. Mbah itu kalau makan harus banyak kuahnya, alias harus tergenang nasinya. Si mbah gigi nya udah hilang di curi kucing.Jadi siang itu aku mau menyuapi makan mbah Ila dengan nasi dan sayur sotonya. Aku berikan pelan-pelan.. si mbah teruuus saja mengunyah cepat. Cepaat banget... “mbah pelan-pelan mbah ngunyahnya.. ditungguin kok..” eh ternyata si mbah emang gitu caranya, ia melumat makanan dengan cepat supaya makanan bisa dicerna. Imbasnya.. ya itu.. makanannya muncrat-muncrat, yak agak sedikit olahraga nih untuk menghindari muncratan dari mbah Ila ini -_-

Mbah Iyem

Mbah yang satu ini paling bisa ngangeninn. Dari awal ketemu aja udah lucu banget, unik. Yak mbah ini kelakuaknnya beneran kayak anak kecil yang suka ikutin kata-kata orang lain. Panggil deh,, “Mbah Iyem.. “

“Iya buuk.. Ibuuk siapa?”

“Rinta..”

“Ohoo Linta.. Mamalo lagi apa?”

“Lagi liatin mbah iyem makan..”

“Kok liatin aja? Gak makan?”

“Gakpapa mbah.. ohoo terimakasihh..”

“Sama-sama...”

“Mbah Iyem umurnya berapa?”

“Berapa yaa?gak tauhu..”

“Oo sepuluh tahun yaa? Canda kami..”

“Pahling...(baca:mungkin)” dengan polosnya.

Mbah ini juga kata-kata yang diucapkan seperti anak kecil. Seperti kata “Apacih?” kata pergi jadi “Plegi” kata Bismillah jadi “Asmillah”. Nah itu sering kami latih berdoa dengan baik dan benar.

Jadi saat makan siang itu, si mbah udah kelar nih makan. Setiap makan, kami selalu ingatkan supaya mbah baca bismillah dengan baik. Kemudian saat minum ini aku mengingatkan mbah baca bismillah.. “Bismillahirohmanirrahim..” ucap mbah. Datang lah Vivi melanjutkan.. “Malikiyau mi’din...” kemudian si mbah melanjutkan sampai surah Al-Fatihah terakhir. Setelah si mbah selesai baca surah Al-Fatihah, baru deh si mbah minum.

[caption id="attachment_309531" align="aligncenter" width="300" caption="dok. Pribadi"]

13912264672079344605

[/caption]

Saat itu kali pertama selama kami dinas di ruangan ini, mengajak mbah Iyem duduk di teras. Biasanya kegiatan mbah Iyem hany tiduran di tempat tidur saja, memluk guling, atau mengguncangkan bungkusan roti. Pagi itu kami mencoba mengajaknya duduk ke teras. Ia terlihat senaang banget, ngakak-ngakak. Kami juga ikutan ngakan karena tingkah beliau.. kami bercanda padanya.. “Mbah nyapu nih yuk..”

“Gak mauu, ta’ut..”

“Ha?takut kali mbah..”

“Iyaa tauut, ta’ut di pu’ul..” baca: takut dipukul

Emang siapa yang mau mukul mbaah? =_=

Kami ngakak dengan kalimatnya yang lucu itu.. hahaha, beneran beliau kembali kemasa kecilnya nih :’)

Begitulah kisah para mbah, ini sekedar pengenalan dari para mbah. “Haloo” mereka-mereka ini inspirasi looh menginspirasi. Kalau kamu punya penghayatan atau bisa menyerapi berbagai tingkah mereka, mereka ini menginspirasiii :D

Gimana kisah mereka diruangan? to be continued yaaa : )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline