Lihat ke Halaman Asli

Rinta Wulandari

TERVERIFIKASI

A Nurse

ICU Berjuang Menjemput Takdir

Diperbarui: 4 April 2017   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13885850011322094481

[caption id="attachment_302933" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi"][/caption]

Hari ini adalah hari ke 8 di ruang ICU. Kebetulan hari ini sedang tidur, ya baru saja tadi pagi pulang dari dinas malam. Dan kelabasan tidur sampe jam 4 sore -_-. Ruang ICU jadi ruang yang sudah dikenal masyarakat, biasanya masyarakat menilai jika ada seseorang yang dirawat di ICU, sudah pasti memiliki kondisi kesehatan yang parah dan harus dalam perawatan khusus. Benar. Intensive Care Unit, singkatannya. Disini tenaga medis dituntut bisa memahami kondisi pasien, karena sebagian besar pasien disini adalah pasien yang tak sadar. Kebanyakan koma, jika sadar pun memang dalam pengawasan dokter dan perawat dalam memantau perkembangan kesehatannya.

Awal masuk ruangan, jadi ingat dulu saat tingkat I pernah antar pasien ke ruang ICU. Masuk di lorongnya saja sudah buat terkesima, “Waah, keren banget.. dari lantai sampai tembok hijau semua...” itu Kesan pertama mahasiswa keperawatan, karena masih baru mengenal area rumah sakit. Waktu itu aku hanya mengantar sampai depan saja, gak boleh sembarangan orang masuk, harus pake jubah steril dulu.

Sekarang, setelah tingkat III, aku baru melihat isi ruangan ICU. Dari mulut ruangan sudah terdengar suara monitor, terkadang terdengar bunyi alarm, berbagai bunyi dari berbagai alat di ruangan. Alat-alat itu tertempel di tubuh pasien. Untuk mengetahui irama jantung, untuk mengetahui pernapasan SPO2, dan infus yang terpasang di tangan atau di kaki mereka, semua sudah menggunakan teknologi, mulai dari infus pump yang mengatur tetesan cairan sesuai yang kita atur dan jika terjadi sumbatan atau macet, dia akan membenarkan sendiri, sampai jika ada gelembung dia akan memberikan signal, bahwa ada gelembung dalam selang infus.

Syringe Pump, sejenis spet, atau suntikan ukuran besar namun di salurkan pada selang menuju jalur infus pasien, nah isi dari suntikan ukuran besar ini berisi obat intravena yang akan diberikan secara berkala, sesuai pengaturan pada alat. Sampai kasur anti dekubitus. Kasur yang di hubungkan pasa listrik untuk pengaturan posisi tidur, semi fobler, fowler, terlentang, peninggi kaki yang bisa kita lakukan dengan menekan tombol pada sisi kasur, sedangkan kasurnya yang anti dekubitus memiliki permukaan bergelembung bulat-bulat lembut agar ada udara dan sirkulasi lancar pada pasien yang notabene lemah dan hanya dalam posisi tidurm untuk itu nutrisi menjadi penunjang yang sangat penting untuk menghindari pasien dari dekubitus.

[caption id="attachment_302934" align="aligncenter" width="504" caption="dok. pribadi"]

1388585079667166303

[/caption]

CEDERA KEPALA

Pasien di ruangan ICU sebagaian besar adalah pasien koma, tidak sadar seutuhnya. Dan sebagian besar pula memiliki riwayat cedera kepala, mulai dari cedera kepala sedang sampai berat. cedera kepala tersebut menyebabkan mereka harus mendapatkan penanganan medis bagi kepala mereka yang terluka, dari ruang operasi. Biasanya pada pasien post craniotomi mendapat penanganan medis di ICU. Kepala, bagian tertinggi dari tubuh inilah yang sangat vital. Dimana jika bagian kepala yang penuh dengan syaraf ini lumpuh atau terjadi kerusakan, cedera atau pendarahan akan sangat berpengaruh dalam kehidupan. Karena pergerakan apapun, keinginan apapun berhubungan dengan saraf yang ada dikepala. Betapa berharganya kepala kita, tengkorak yang sudah diciptakan Alloh dengan sangat sempurna, kuat dan keras ini akan terjadi kerusakan dan luka jika terjadi benturan yang sangat kuat. Nah sebagian besar pasien penderita cedera kepala adalah pasien kecelakaan.

Setelah koma, kemudian sadar, itupun memiliki proses. Mereka tidak mungkin langsung memiliki kesadaran yang composmentis, atau langsung kesadaran seutuhnya, dapat menerima rangsang, dll. Mereka melalui proses kesadaran, ketika sadar dari koma, biasanya akan menuju kesadaran sopor. Bisa membuka mata, melirik ke kanan kiri, menggerakkan jari tangan, kaki, menggenggam, namun masih belum merespon.

Apalagi yang dicari selain pembelajaran di setiap lokasi? Mereka bertahan, mereka berjuang demi kehidupan, walau terlihat meyiksa karena alat-alat itu penuh di badan mereka, kadang mereka musti pakai Ventilator saking tak mampu bernafas dengan baik, bahkan perlu di sumpal ETT (Endp Tracheal Tube) untuk menjaga jalan nafas mereka agar tetap lapang, penumpukan sekret juga perlu diwaspadai, karena biasanya pasien dengan penurunan kesadaran beresiko terjadi sumbatan sekret(lendir) sampai lidah jatuh sehingga menutuo jalan nafas. Maka pembelajaran apa yang bisa aku petik? SEHAT, nikmat sehat yang luar bisa. Lihat mereka, mereka makan melalui NGT (Naso Gastrik Tube) selang yang di masukkan melalui hidung menuju lambung mereka, karena mereka tak bisa makan melalui mulut, makanan cair itu harus dialirkan, tanpa mereka mengecap rasanya. Ah alangkah bodohnya kita, jika kita tidak bersyukur atas segala nikmat yang Allah berikan, nikmat sehat. Jangan fikirkan harta, sehat saja dulu, niscaya kamu bisa melakukan segala ikhtiar untuk hidupmu.

[caption id="attachment_302935" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi"]

138858516233457358

[/caption]

Di ruang ICU aku belajar betapa hangatnya berkeluarga,  betapa kompaknya keluarga. Setiap hari kami yang berdinas di ruangan ini segera diberi pasien satu orang bertanggjawab atas perawatan dari pasien, karena memang pasien yang dirawat diruangan ini gak sampai puluhan, biasanya jika pasien sudah memiliki kesadaran utuh, pasien segera dipindahkan keruang perawatan biasa, ruangan lain di rumah sakit ini. Seperti perkembangan tanda-tanda vital tiap jam, pemberian makan, pemberian obat, semua harus terlaksana rutin sampai memandikan pasien di tempat tidur. Semua dijalani dengan senang hati.

[caption id="attachment_302943" align="aligncenter" width="576" caption="dok. pribadi"]

13885860311106820987

[/caption]

Saat itu dihari kedua dan ketiga, aku mendapatkan pembagaian pasien yang sama, yaitu seorang nenek berusia 59 tahun. Aku berusaha sebaik mungkin melayani pasien, berusaha seramah mungkin, ya itu menjadi tuntutan kami, senyuman, sapaan dan empati sangat besar manfaatnya bagi setiap pasien, karena semua orang sakit, sangat butuh untuk dipedulikan dengan sebaik mungkin. Alhamdulillah nenek itu sangat senang aku temani, misalnya setiap aku datang untuk mengecek tanda-tanda vitalnya,si nenek selalu memanggilku dengan berbagai keperluannya, yaitu memberinya minyak kayu putih, mengangkat kakinya sedikit, menggeser tubuhnya, karena si nenek post op fraktur femur sinistra. Ya kaki kirinya, tulang rawan lembut antara paha dan bagian bawah atau lutut si nenek lepas bisa dibayangkan betapa sakitnya jika bantalan itu tak ada, kemudian saat bergerak, tulang dengan tulang bertemu, otomatis sakit yang terasa, karena pembuluh darah berada disekitarnya, salah geser sedikit tentu sakit rasanya, kemudian si nenek juga terdapat gangguan pendengaran, sehingga harus bicara dengan mulut yang sangat berbentuk dengan kata, atau dengan menulis.

Kalau menulis, si nenek dapat melihat dan membaca dengan jelas tulisan kita, karena mata si nenek yang sebelah sudah di operasi, walaupun mata sebelahnya lagi tidak bisa melihat karena katarak yang ia derita. Si nenek selalu bercerita banyak hal tentang hidupnya, keluarganya, pekerjaannya dulu sampai para cucunya. Si nenek bertutur kalau saat dirumah, belakangan suaminya selalu makan belakangan. “Suami saya itu suka makan, makan apa saja dia suka.. belakangan dia kalau makan selalu terakhir, jadi saya dulu yang makan. Terus pas saya makan gak habis, suami saya yang makanin bekas saya. Ternyata dia sengaja makan belakangan dia memilih makan terakhir supaya saya tidak mubazir buang makanan.”

Saya hanya tersenyum, sambil menunjukkan jempol saya pada si ibu. ITU KEREN BU, SUAMI IBU HEBAT. tanggapan saya melalui tutur kata dengan mulut yang jelas membentuk kata, supaya si nenek bisa paham apa yang aku katakan melalui pelafalan mulut ku. kemudian si nenek cerita dia seorang koki hotel di bandung, memasak adalah hobinya, “saya suka masak banyak-banyak terus dikasih ke tetangga, kata tetangga masakan saya enak, jadi saya senang, hati saya senang..” aku tersenyum lagi sambil memberi jempol pada si ibu, sembari teruuus mengusap kaki dengan minyak kayu putih atau counterpain. Sampai saat pertukaran shift, dan aku menyelesaikan menaikkan grafik tanda vital, tiba-tiba keluarga nenek itu mendekati ku.

“Mbak yang namanya suster Rinta ya?”

“Iya bu, ada apa?”

“Itu, ibu saya kan BAB, kami mau ganti pampersnya, tapi ibu saya maunya digantiin sama suster...”

“Oo.. I.. iya bu..”

Aku  menemui nenek, “Nek.. ganti pampersnya ya...”

“Iya, kamu pakai penutup hidung. BAB saya bau..” tukas si nenek polos.

Aku memakai sarung tangan beserta masker, keluarga pasien pun datang ikut membantu. Walaupun sudah pertukaran shift, yak aku mencoba untuk menjalankan tiap hal dengan baik. Membersihkan apa yang harus dibersihkan.hehe

[caption id="attachment_302936" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi. bersyukurlah saat kita bisa menikmati makan daari mulut kita, mengecap rasa, dan mengunyah teksturnya. foto pemberian makanan cair melalui selang NGT"]

1388585298753799935

[/caption]

Banyak hal yang bisa dipelajari disini. Semuanya ada, pemasangan ETT yang terlihat seru. Pasien yang koma terkadang menggigit setang ETT yang akan dimasukkan, butuh kerjasama, dan kejelian dalam memasangnya, suction yang henboh, menggerakkan blast pungsi agar urine segera keluar, melakukan tindakan lainnya, pemahaman mengenai ventilator, dan alhamdulillah CI kami, pak Sunardi selalu memberikan kuliahnya ketika ia berada di satu shift dengan mahasiswa yang menjadi tanggungjawabnya.. berbagai hal yang belum diketahui menjadi bisa dipahami, kak Sunardi menjelaskan apa yang belum dijelaskan di kampus, melalui ‘learning by doing’ nya dilapangan..

PAK, INI ANAKMU PAK

Hari itu, seorang pasien lain post op craniotomi. Pasien sudah sadar, bisa menggerakkan tangan namun masih apatis. Belum bisa bicara kembali, mata alis dan ekspresi sudah terlihat, tangan dan kaki sudah dapat bergerak. Hari itu istrinya sedang menjenguk. Istrinya selalu berusaha mengajak bicara suaminya. Anaknya datang saat jam jenguk itu, kira-kira berusia 14 tahun.

“Coba pegang ayahnya, bisikkan ‘cepet sembuh ya yah.. cepet sembuh biar bisa dirumah lagi...”

Si anak agak malu-malu sambil terseyum mengelus ayahnya... “Ayah.. ayah cepet sembuh ya.. biar bisa ngajar lagi disekolah..”

“Pak... ini anakmu pak... “

Si ayah gak merespon, hanya matanya melihat kearah anak dan istrinya. Bapak ini sebelumnya adalah korban kecelakaan, dia akan pergi untuk mengurus sertifikasi malah ada truk yang menyerempetnya saat ia mengendarai motor. Kepalanya jadi sasaran, kepala penuh jahitan.

Aku melihat keluarga ini, sungguh gak ada yang tau setiap kejadian yang akan menimpa kita. Paginya sehat, sorenya bisa terbaring tak berdaya. Bersyukurlah atas setiap helaan nafas dan tindakan. Keluarga yang sangat harmonis dan saling dukung, semoga bapak lekas pulih ya bu...

PANGGILAN DARI LORONG ICU

Oke, saat ini agak beda, waktu itu aku dinas malam. Hari ke 6 kalo gak salah. Aku dan vita akan pengkajian pada keluarga pasien tentang askep kami, untuk mananyai berbagai hal mengenai pasien, mengenai kebiasaan pasien, alergi, penyakit keturunan dan lainnya. ICU tergolong ruang yang sepi karena memang gak sembarangan orang yang bisa masuk. Untuk keluarga pasien sendiri, sudah da tempat untuk keluarga pasien tinggal. Seperti ruangang NICU yang memiliki ruangan khusus untuk keluarga pasien. Ini pun ada. Setelah kami mewawancarai istri dari pasien ASKEP kami, kami menuju ruangan kembali, jalan melewati lorong. Lorong sepi, ada suara memanggil.... kami berdua seketika menengok bersamaan. Kemudian kami bertatapan.

“Denger ada yang manggil?” tanyaku.

“Iya.. manggi-manggil kamu Rin..”

“Eh iyaya? Aku juga dengernya gitu.. rintaa.. rintaaa katanya...”

“Iya begitu.. siapa Ta?gak ada siapa siapa tapi..”

“Mak.. tapi kan gak ada siapa siapa..”

Aku dan vita ngacir... dorong pintu ICU, pintu di kunci. Cocok!

“Waduuh dikunci nih.. lagi mistis kini malah dikunci..”

Vita segera menelpon teman kami yang ada di dalam ruangan. Sedangkan di kanan dan kiri kami ada lorong pasnjang terbentang. Lorong yang satu gelap, karena lampu putus -_-

Sampai kedalam, kami masih membahas kebingungan ini. Bingung tapi buat merinding. Suaranya itu looh, sangat dekat kadang jauh, suara lelaki tapi seperti suara perempuan juga. Kami berusaha positif thinking, bahwa itu adalah suara keluarga pasien, walau kami sendiri gak yakin itu suara keluarga pasien. Heran, kenapa makhluk lain itu bisa kenal nama ini?atau keluarga pasien tau namaku? Yasudalah, toh kita memang hidup bersama dengan makhluk dari alam lain.

[caption id="attachment_302939" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi. membuat makanan untuk NGT, ini dia formula tinggi protein untuk pasien pengguna NGT, makanan cair"]

1388585486668431650

[/caption]

Oke oke, ini hanya sekelumit kisah dari ruang ICU. Ruang perjuangan bagi para manusia hebat, ruang pembelajaran bagi siapa saja yang melihat dan orang disekitarnya. Aku bisa tahu bahwa minuman berenergi dan bersoda itu sangat racun ternyata, aku bisa tahu kenikmatan yang super diberikan oleh Allah SWT, aku jadi paham mengenai pemahaman terhadap mereka yang koma, aku jadi mengerti bagaimana menggerakkan dan menjalankan alat-alat canggih penunjang hidup itu. aku jadi tau trik-trik pasti untuk mengeluarkan sekret, vibrasi dan palpasi yang tepat pada dada agar sekret(lendir0 segera keluar dari jalan napas. Aku jadi paham bahwa dekubitus itu mengerikan, lukanya gak tanggung-tangging. Pentingnya mika-miki (miring kanan-miring kiri) pada pasien koma. Dekubitus sendiri adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat, biasanya yang menjadi sasaran adalah tulang ekor atau koksigis.

“Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan; “Kami telah beriman,” (“I am full of faith to Allah”) sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan, sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta.” -(QS Al-Ankabut ayat 2-3).

Halo para pejuang, sabarlah, kuatlah, insyaAllah sakitmu menjadi penggugur dosa-dosamu. Takdir terbaik dari Allah SWT selalu kita nantikan, takdir kesembuhan insyaAllah pada kalian, para pejuang! Aamiin : )

[caption id="attachment_302940" align="aligncenter" width="300" caption="dok. pribadi. semangat perawat, semangat merawat!"]

1388585719269715643

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline