Minggu, 26 Oktober 2014 adalah hari ke delapan aku di Provinsi Aceh. Mengunjungi Serambi Mekkah untuk yang pertama kali seumur hidup, dan perjalanan perdana sendirian seumur hidup, maklum aku jauh- jauh dari provinsi Lampung. Aku sangat di sambut hangat, keluarga disini. Untuk itu, tak heran jika saat libur begini saudaraku mengajak aku berekreasi ke Pantai setelah sebelumnya ke tempat-tempat wisata yang tak kalah menarik di Aceh.
Pantai Lampuuk namanya. Jujur, aku masih baru mendengar pantai tersebut. Pantai yang berada di Desa Meunasah Masjid, Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Pantai itu berada di jalur Banda Aceh Calang (Aceh Jaya). Pantai ini memang menjadi tujuan rekreasi masyarakat Aceh. Pagi hari aku sudah dijemput oleh saudaraku, aku memanggilnya Cudo Winda. Dia adalah kakak sepupuku, sedangkan aku menginap dirumah saudara yang lain. Aku memanggilnya Cengah Maya. Mereka sudah berkeluarga dan keduanya adalah kakak sepupu yang aku sayangi hehe. Pagi ini Cengah Maya tak dapat ikut bersama kami, karena ada kondangan.
[caption id="attachment_353855" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. Gunung yang membentang di perjalanan menuju pantai Lampuuk"][/caption]
Jadilah, aku dan Fatan keponakan ku yang pergi ikut ke pantai. Di dalam mobil ternyata sudah ramai pasukan. Ada anak-anaknya Cudo Winda, si Ar-Rayyan (5 tahun), Putroe Camelia (3 tahun) serta Bang Iflan, Suami Cudo Winda. Kami tak membawa perbekalan memadai. Hanya sekedarnya. Tak bawa tikar, nasi atau lainnya laiknya orang yang akan duduk bersantai di pantai. Karena ternyata semua sudah tersedia di pantai tersebut. Praktis. Ah aku jadi penasaran nih, rasanya ingin membandingkan pantai yang ada di Lampung dan di Aceh, pikirku.
[caption id="attachment_353857" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. diperjalanan"]
[/caption]
Perjalanan yang kami tempuh tak terlalu lama, tak sampai satu jam. Kami melewati jalan-jalan Aceh menuju pantai Lampuuk. Perjalanan sangat kami nikmati. Karena pemandangan yang indah, aspal yang mulus, walau terkadang ada sapi atau kambing berkeliaran di jalan dan mengeluarkan kotorannya di jalanan, tapi tak masalah. Aceh memang provinsi yang subur, semua hijau merata. Gunung-gunung membentang indah.
[caption id="attachment_353858" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. Hampair sampai di Pantai Lampuuk yey!"]
[/caption]
Perjalanan menjadi lebih bermanfaat, tatkala aku ditunjukkan oleh Bang Ferdi, Masjid peninggalan Tsunami. Bukan peninggalan Tsunami sih, tapi ada sejarah yang menyangkut Tsunami. Yak, Masjid Lampuuk. Masjid yang berada di bibir pantai ini aman dari terjangan dahsyat tsunami, sedangkan rumah disekitarnya rata dengan tanah, namun masjid ini tetap kokoh. Kuasa Allah yang luar biasa.
[caption id="attachment_353862" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. Masjid ini berada dekat sekali dengan laut, namun tetap kokoh saat terjangan tsunami. Subhanallah"]
[/caption]
Semakin dekat dengan pantai, maka mulai terlihat kilau airnya. Waaaah, kereen bangeet. Awal nya kami sempat mengunjungi sebuah tempat yang indah, namun masih di pantai Lampuuk. Tempat ini sepi, beda dengan pantai yang biasanya menjadi tempat masuk warga Aceh untuk rekreasi. Cudo Winda dan keluarga pun baru pertama ingin melihat tempat ini. Ternyata memang, tempat ini seperti the secret place gitu. Hehe.
[caption id="attachment_353869" align="aligncenter" width="539" caption="dok. pribadi. sampai juga di secret place-nya Pantai Lampuuk"]
[/caption]
Tempatnya indah banget. Jadi pas masuk, ada seperti gunung batu dengan pohon-pohon diatasnya, nah di sisi yang berbeda, diatas gunung batu ini ada seperti penginapan. Beberapa penginapan disini, biasanya sering disewa oleh pasangan yang baru menikah untuk berbulan madu.
[caption id="attachment_353870" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. keren yaa, ada penginapan di atas sana waah"]
[/caption]
Nah dibawahnya ada seperti muara air payau yang cukup luas, ditengah Muara ini ada rumah lengkap dengan jembatannya. Muara ini airnya hijau bening, mungkin karena pantulan pepohonan di pinggiran muara, nah view ini sering digunakan para pasangan yang akan menikah untuk mengambil foto pra-wedding. Sampai disana tertulis, tidak boleh berfoto tanpa disewa dahulu, hmm ajang bisnis yang menarik nih.
[caption id="attachment_353873" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. muara air payau yang indah"]
[/caption]
[caption id="attachment_353875" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. sempat berpose tampan dua keponakanku"]
[/caption]
Masih di tempat yang sama, disini juga ada tempat makan yang nyaman. Ombak berembus. Ombak disini cukup tinggi. Di pingggir langsung dibatasi dengan tebing batu yang tinggi. Sedangkan Bang Iflan dan Fatan sudah mulai mandi dipinggirnya. Pemilik tempat makan dipinggir pantai tidak menyarankan mandi disaat ini, karena ombak cukup tinggi. Akhirnya kami tak jadi mandi disana, takut juga, karena memang ombaknya besar.
[caption id="attachment_353879" align="aligncenter" width="539" caption="dok.pribadi. indahnya muara air payau, pantai lampuuk banda Aceh"]
[/caption]
Akhirnya kami memasuki pantai Lampuuk melalui sisi yang biasa masyarakat datangi. Kami memasuki gerbang pantai, kemudian membayar karcis untuk pengunjung. Lalu kami tak langsung ke pantai, melainkan memesan hidangan ikan bakar. Nah ini nih enaknya, kita tak perlu bawa-bawa makanan, tapi disini sudah disediakan, tinggal pesan saja. Lalu kami memilih pondokan yang akan ditempati. Waah, luarbiasa rapi. Pondokan tempat duduk-duduk ini sudah ada nomornya. Jadi pilih saja dimanapun pondokan yang nyaman untuk duduk-duduk dan menaruh barang.