Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Tiga Hal yang Perlu Dilakukan untuk Mengakhiri Hubungan Toksik

Diperbarui: 20 Februari 2022   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi | Foto oleh Alena Darmel dari Pexels

Hubungan toksik sebenarnya adalah permasalahan serius tetapi sering dianggap sepele oleh banyak orang. Seharusnya tema ini semakin sering diulas di media untuk menyadarkan banyak orang yang terjebak di dalamnya dan untuk mencegah jatuhnya korban toksik berikutnya.

Terimakasih kepada Kompasiana, bertepatan dengan perayaan hari kasih sayang valentine kali ini mengangkat tema tentang "hubungan toksik".

Awalnya tema ini kedengaran agak kontradiktif dengan hari kasih sayang tetapi sebenarnya tidak. Justru sangat relevan dan kekinian mengingat tanpa disadari di luar sana ada banyak orang yang terjebak dalam hubungan kasih sayang yang palsu. Mereka harus disadarkan dan "dibebaskan" sesegera mungkin.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), toksik adalah racun, beracun atau berkenaan dengan racun. Definisi ini cukup untuk menggambarkan betapa berbahayanya "hubungan toksik" yang cepat atau lambat akan membunuh korbannya setelah terlebih dahulu menyiksanya dengan racun berbisa.

Hubungan toksik adalah hubungan asmara yang rusak atau buruk antara dua insan. Dan apabila hubungan itu terus dilanjutkan pasti akan mendatangkan kehancuran kepada kedua belah pihak, baik si laki-laki maupun si perempuan. Tetapi biasanya yang paling menderita adalah si perempuan.

Dan alangkah baiknya jika hubungan itu segera disadari sedini mungkin dan segera diakhiri untuk menghindari penderitaan yang sudah pasti akan berujung pada kehancuran. Karena racunnya akan terus menjalar menggerogoti organ-organ paling vital lalu kemudian berakhir dalam kematian.

Saya pernah mengenal dan mengetahui dua pasangan yang menjalani hubungan toksik. Mereka tidak pernah akur dan selalu terlibat dalam konflik tidak wajar. Bahkan terkadang mereka saling melukai secara verbal dan fisik. Tetapi anehnya kedua pasangan itu berlanjut hingga ke jenjang pernikahan walaupun mendapatkan tantangan dari orang tuanya dan teman-temannya.

Pasangan yang satu tidak bertahan lama. Sebelum anak pertama mereka lahir, akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai dan tidak pernah rujuk kembali hingga hari ini.

Si perempuan tidak pernah berniat lagi untuk menikah dengan laki-laki lain karena menurutnya semua laki-laki itu sama. Sedangkan si laki-laki juga tidak yakin akan bisa menjalin hubungan yang sehat dengan perempuan lain.

Kemudian pasangan yang kedua tetap bertahan sampai akhir hidupnya karena keduanya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Mereka tetap bertahan bukan karena hubungan mereka bertambah baik malah makin hari makin bertambah hancur. 

Adapun alasan mereka untuk tetap bertahan adalah karena sudah terlanjur memiliki anak. Tetapi karena seringnya mereka bertengkar hebat di depan anak-anaknya, anak-anaknyapun menjadi korban hubungan toksik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline