Di era digital seperti sekarang ini sangat sulit atau bahkan mustahil rasanya melindungi data diri dan keluarga agar benar-benar aman dari incaran para penjahat yang terus bergentayangan di jagat maya.
Apakah karena faktor kelalaian dan ketidaktelitian yang terlalu mudah memberikan atau membagikan data pribadi dan keluarga ke berbagai aplikasi, atau karena kebocoran data dari pihak kedua, yang jelas saya sudah berkali-kali mendapatkan telepon dari penjahat dengan berbagai modus.
Lebih dari puluhan kali saya pernah dihubungi berbagai nomor telepon kantor ID Greater Jakarta. Beberapa kali saya angkat dan mereka rata-rata menawarkan produk asuransi atau jenis barang lainnya.
Setelah itu saya tidak pernah lagi mengangkatnya dan nomornya langsung saya blokir. Saya menyebut mereka penjahat karena mereka dapat menyebutkan data pribadi saya secara akurat, mulai dari alamat, tempat kerja, data keluarga dan sebagainya.
Dua kali saya dihubungi orang yang mengaku-ngaku sebagai customer service Bank Tabungan Negara (BTN). Dia mengetahui saya sebagai nasabah bank tersebut dengan menyebut nomor rekening saya, dan meminta saya mengirimkan data tertentu agar saya bebas dari biaya setiap kali melakukan transaksi perbankan.
Beberapa kali saya dihubungi oleh orang-orang yang mengaku sebagai petugas dari aplikasi belanja online, diantaranya orang yang mengaku dari Sophie. Dia menyebut bahwa saya mendapatkan hadiah 3 juta rupiah.
Ketika saya menyebut bahwa saya tidak pernah menggunakan aplikasi belanja itu, anehnya dia berusaha meyakinkan saya dengan membacakan identitas saya mulai dari nomor Kartu Tanda Penduduk (KTP) lengkap dengan alamat dan pekerjaan.
Saya sama sekali tidak sampai tertipu karena saya tahu bahwa mereka adalah penjahat tetapi yang tidak saya pahami adalah, darimana mereka mendapatkan data-data saya seakurat itu?
Saya juga pernah mendapat telepon dari aplikasi gojek yang intinya bahwa saya mendapatkan hadiah tunai 2,5 juta rupiah yang ujung-ujungnya saya harus mentransfer sejumlah uang agar dana yang 2,5 juta tersebut dapat dikirimkan ke rekening saya.
Tetapi yang paling parah dari semuanya yang sempat membuat saya sters adalah ketika suatu hari kira-kira pukul 12.00 WIB saya sedang mengajar. Tiba-tiba seseorang yang mengaku sebagai Tata Usaha di sekolah anak saya menghubungi saya.