Ini bukan untuk pertama kali saya menulis tentang kampungku Hadataran dengan segala suka-dukanya di Kompasiana, tetapi ini sudah yang keempat kalinya. Setelah ini saya masih akan terus mengeksplorasi kampungku dengan segala tingkahnya, dan hanya akan berhenti jika suatu saat nanti saya benar-benar tidak dapat menulis lagi.
Pada tulisan pertama 'Jokowi Menyulap Desa Hadataran Menjadi "Surga"', saya menceritakan bagaimana setelah 72 tahun Indonesia merdeka, akhirnya pada 23 Desember 2017 yang bertepatan dengan malam Natal Sekolah Minggu, kampung kami berubah terang-benderang setelah jaringan PLN memulai debutnya disana.
Pada tulisan kedua "Aku dan Kampungku, Sebuah Keniscayaan" mengisahkan kegagalanku meraih cita-cita menjadi seorang jenderal, yang seyogyanya posisi itu dapat saya gunakan untuk membangun jalan dan segala fasilitas ke kampungku agar terbebas dari isolasi dan kekolotan.
Pada tulisan ketiga "Covid-19 Mengubur Impian Penduduk Hadataran Memiliki Jalan dan Jembatan yang Layak" saya menumpahkan segala kesedihanku yang membuncah tatkala melihat betapa parahnya jalan menuju kampungku dan berharap pandemik ini segera berlalu sehingga rencana pemerintah yang tertunda untuk membangun kampungku dapat segera terwujud.
Pada tulisan kali ini saya akan menceritakan bagaimana upaya kami anak rantau Hadataran yang tergabung dalam Grup "Virtual" Facebook "HAMARS" akronim dari "Hadataran Marsada", yang secara harfiah berarti "Hadataran Bersatu" tetapi secara filosofis memiliki makna yang jauh lebih dalam.
Keprihatinan dan kepedulian kami Perantau HAMARS terhadap ketertinggalan kampung kami dalam segala hal, terutama: jalan, pendidikan, kesehatan dan jaringan telekomunikasi, membuat kami terus tertantang untuk melakukan berbagai macam upaya untuk mengatasinya.
Beberapa usaha yang sudah kami lakukan adalah seperti mengunggah foto-foto kampung kami di media sosial agar dilihat warganet sebanyak mungkin, termasuk pemerintah atau orang lain yang mungkin tergerak hatinya membantu kami. Di samping itu kami juga berusaha membangun komunikasi dengan siapa saja yang sekiranya bisa menjembatani kami dengan pemerintah.
Kami juga melakukan pengumpulan dana untuk berbagai kegiatan pembangunan. Misalnya seperti tahun ini kami mengumpulkan dana untuk pembangunan semenisasi (rabat beton) jalan penghubung Kampung Hadataran-Hapesong yang selalu berlumpur terutama pada musim penghujan. Padahal jalan ini fungsinya sangat vital, seperti untuk ke gereja, sekolah dan aktivitas penting lainnya.
Kegiatan seperti ini bukan baru pertama kali kami lakukan tetapi sudah yang ke-7 kalinya sejak Grup HAMARS didirikan sekitar 10 tahun silam. Beberapa kegiatan yang sudah pernah kami lakukan diantaranya seperti: bantuan dana pembangunan jalan utama menuju ibukota kecamatan, bantuan dana untuk pembelian laptop, printer dan proyektor untuk SD Negeri 173221 Hadataran, dan sebagainya.
"Dan jika Tuhan berkehendak, kerjasama yang positif ini akan terus dilakukan dan terpelihara hingga ke anak-cucu dan seterusnya dan seterusnya....," demikian harapan Perantau HAMARS melalui adminnya Jago Hutajulu yang berprofesi sebagai Chief Engineer di Kapal Offshore dan Rintar Sipahutar yang berprofesi sebagai guru serta Jonni Sipahutar sebagai penasehat yang berprofesi sebagai Perwira TNI aktif.