Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Berbeda tetapi Mirip dengan Puyono, Dahnil: "Penumpang Gelap" Itu Bukan Kelompok tetapi Motivasi Politik

Diperbarui: 14 Agustus 2019   06:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi : CNN Indonesia.com

"Kelompok-kelompok penumpang gelap kan banyak, misalnya kan, waktu itu, beberapa tokoh HTI yang ikut dalam pemenangannya Pak Prabowo-Sandi. Tapi saya tidak mengatakan mereka negatif. Artinya mereka kan dengan suka rela. Waktu itu mereka mungkin punya perjuangan yang sama. Artinya, ketika misalnya HTI ditutup, ya kan artinya mereka juga menjadikan Joko Widodo musuh bersama mereka." (Wawancara Arief Puyono dengan Kompas TV, dikutip dari WowKeren.com)

Berbeda dengan Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Poyuono yang menyebut bahwa penumpang gelap itu adalah kelompok-kelompok dan salah satunya adalah tokoh-tokoh HTI, tetapi Dahnil Anzar Simanjuntak, Juru Bicara Ketua Umum Gerindra, menyebutkan bahwa "penumpang gelap" itu bukan kelompok, bukan relawan, bukan tokoh politik dan bukan emak-emak.

Berdasarkan penjelasan Dahnil dalam akun Twitter-nya @Dahnilanzar, khususnya nomor urut dua dan empat, Dahnil menyebut bahwa penumpang gelap itu adalah pihak yang memiliki motivasi politik untuk konflik dan menganggap konflik itu hanya colletral damage. Dan Dahnil sama sekali tidak menyinggung HTI.

Untuk lebih jelasnya perhatikan teks cuitan Dahnil berikut ini:

2) Istilah Penumpang gelap muncul oleh Waketum @Gerindra @Don_dasco terkait dg keprihatinan Pak @prabowo terkait dg potensi konflik horisontal yg bisa muncul pasca Pilpres, namun ada 1 pihak, bukan kelompok,yg menganggap konflik itu hny colletral damage, dan Pak PS keberatan itu.

4) Jadi, sama sekali tdk ada tuduhan terhdp kelompok, para pihak semisal relawan, tokoh Parpol, emak2 terkait dg Penumpang gelap yg dimaksud Waketum @Gerindra , @Don_dasco, penumpang gelap ini adl satu pihak yg Pak @prabowo berkeberatan dg motivasi politik dia.

Dalam hal ini kontradiksikah penjelasan Arief Puyono dan Dahnil Anzar? Saya pikir penjelasan mereka kelihatan berbeda, tetapi sesungguhnya mirip dan saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Mengapa saya sebut demikian?

Arief Puyono menyebut "kelompok-kelompok", Dahnil menyebut bukan "kelompok" tetapi "pihak bukan kelompok". Berbedakah?

Tidak. Arief Puyono menyebut HTI itu kelompok, tetapi Dahnil menyebut bukan kelompok. Arief Puyono mungkin lupa tetapi Dahnil tidak lupa. Izin HTI telah dicabut status badan hukumnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU-30.AH.01.08 tahun 2017 tentang pencabutan Keputusan Menteri Hukum dan HAM nomor AHU-0028.60.10.2014 tentang pengesahan pendirian badan hukum perkumpulan HTI. (KOMPAS.com)

Jadi HTI itu bukan lagi kelompok, tetapi menurut saya lebih mirip seperti organisasi tanpa wujud atau organisasi tanpa bentuk (OTB), tetapi terus aktif menyebarkan ideologi dan pengaruhnya ke seluruh lapisan masyarakat dari yang terendah hingga politisi dan pejabat negara.

Arief Puyono menyebut HTI, Dahnil tidak menyebut HTI tetapi motivasi politik untuk membuat kacau, berbedakah?

Sekali lagi tidak. HTI itu tidak ada lagi tetapi motivasi atau semangatnya untuk menyebarkan ideologi khilafah tidak pernah mati. Tak tertutup kemungkinan "otak" HTI itu sudah tertanam di kepala oknum tokoh-tokoh politik, oknum relawan, oknum emak-emak atau siapa saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline