"... Politik sangat dinamis. Dalam 5 menit terakhir bisa berubah sangat cepat, bisa saja yang berada di sana berada di sini. Sangat dinamis," (Moeldoko di Gedung Bina Graha, Jakarta-Tempo.co, 2/5/2019)
Pasca pilpres 17 April 2019, terhitung dua kali Presiden Jokowi bertemu dengan Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Pertemuan pertama berlangsung di Istana Negara pada hari Kamis, 2 Mei 2019. Menurut AHY kedatangannya ke istana atas undangan Presiden Jokowi untuk bersilaturahmi.
Sementara pihak istana melalui Sekretaris Kabinet Pramono Anung menjelaskan bahwa pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi ketegangan politik pasca pilpres.
Pertemuan kedua berlangsung di Istana Bogor pada hari Rabu, 22 Mei 2019 atau tepatnya 1 hari setelah penetapan Jokowi-Ma'aruf sebagai pasangan capres-cawapres peraih suara terbanyak pada Pilpres 2019.
Pertemuan ini juga diakui SBY atas undangan Presiden Jokowi, untuk membicarakan permasalahan bangsa dan negara. Dan menurut SBY tidak ada alasan AHY untuk menolak undangan seorang presiden.
Walaupun AHY mengatakan bahwa pertemuannya dengan Jokowi tidak membawa nama Partai Demokrat dan sama sekali tidak membahas masalah jabatan di pemerintahan, tetapi akibat pertemuan tersebut baik SBY, AHY dan Demokrat tak lepas dari serangan caci-maki.
Menanggapi pertemuan itu Cawapres 02 Sandiaga Uno menyesalkannya dan menuding pertemuan itu sebagai bentuk manuver dari kubu Jokowi untuk merangkul Partai Demokrat dan memecah-belah koalisi Prabowo-Sandi.
"Ya tentunya para politisi ini, yang ini yang saya sesalkan, pemilu belum sebulan, kok udah syahwat kekuasaan, memecah belah, kok banyak sekali," ujar Sandiaga Uno (Tempo.co, 4/5/2019).
***
Diakui atau tidak, sebenarnya pertemuan tersebut diadakan atas dasar suka sama suka atau simbiosis mutualisme. Yaitu adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antara Jokowi dan SBY.