Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Menyesalkah SBY Berkoalisi dengan Prabowo-Sandi?

Diperbarui: 16 November 2018   18:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto : CNN Indonesia)

Sepertinya SBY sedang dalam dilema atau lebih tepatnya "galau tingkat tinggi". Di satu sisi Demokrat harus berkoalisi mengusung salah satu capres-cawapres di Pilpres 2019 jika tidak ingin kehilangan haknya mencalonkan jagoannya pada pilpres periode berikutnya. 

Disisi lain SBY enggan berkampanye untuk Prabowo-Sandi, pasangan capres-cawapres yang diusung koalisi mereka. Karena menurut SBY tidak ada untungnya bagi Partai Demokrat mendukung atau pun mengkampanyekan Prabowo-Sandi. Apa untungnya bagi SBY dan Demokrat jika Prabowo-Sandi menang tetapi Demokrat gagal mendulang suara?

Karena sudah pasti, bagi SBY Partai Demokratlah yang utama. Paling tidak lolos dari ambang batas 5 persen, itu jauh lebih berguna daripada harus memenangkan Prabowo-Sandi. Sekali lagi, apa untungnya bagi SBY dan Demokrat jika Prabowo-Sandi menang dalam Pilpres 2019 tetapi Partai Demokrat nyungsep

Apalagi menurut pengamatan SBY dan Demokrat elektabilitas Prabowo-Sandi tidak mengalami perubahan yang signifikan? Tentu hal itu juga memberikan efek negatif bagi partai pendukung? Mungkinkah SBY menyesal telah bergabung dengan koalisi Prabowo-Sandi?

Dalam suasana galau, SBY mendengar pernyataan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani yang menyebut bahwa SBY berjanji melakukan kampanye untuk Prabowo-Sandi, namun sampai saat ini hal tersebut belum dilakukan.

Mendengar pernyataan tersebut, SBY pun langsung bereaksi. Tak tanggung-tanggung, SBY langsung "berkicau" sambung menyambung menumpahkan kekesalannya.

Lewat akun resminya @Sbyudhoyono, SBY menulis:

"Sebenarnya saya tak harus tanggapi pernyataan Sekjen Gerindra. Namun, karena nadanya tak baik & terus digoreng terpaksa saya respons *SBY*" (15/11/2018; 9.13)

Rupanya pernyataan Sekjen Gerindra yang "menuduh" SBY "ingkar janji" atau belum menunaikan janjinya berkampanye untuk Prabowo-Sandi, merupakan menimbulkan nada yang cukup tidak enak bagi SBY. Maka SBY pun mulai curhat:

"Saya pernah 2 kali jadi Calon Presiden. Saya tak pernah menyalahkan & memaksa Ketum partai-partai pendukung utk kampanyekan saya *SBY*" (15/11/2018; 9.16)

Mungkin SBY atau Ahmad Muzani yang lupa. Pilpres kali ini berbeda dengan pilpres sebelum-sebelumnya. Jika dulu pilpres dipisahkan dari prmilu tetapi sekarang berbeda, keduanya disatukan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline