Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Ketika Emak-emak Kehilangan Powernya Karena Kontaminasi Politik

Diperbarui: 7 September 2018   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(detikNews.com)

Hari Senin lalu (3/9/2018), sekitar 30 orang emak-emak yang menyatakan diri sebagai Barisan Emak-emak Militan, yang mereka singkat BEM (bukan Badan Eksekutif Mahasiswa) berdemo di depan Kantor KPU jalan Iman Bonjol, Jakarta Pusat, menuntut agar Jokowi mundur.

"Presiden harus mundur karena sudah jadi capres. Mundur lebih terhormat, lebih menyelamatkan demokrasi. Mengapa Pak Jokowi tak mau mundur, kenapa? Semua kepemimpinan itu harus berganti, kenapa tidak mau berganti?", kata Tri Erniyanti yang merupakan koordinator aksi. 

"Kami menggugat agar Pak Jokowi mundur untuk mencegah memanfaatkan uang dan fasilitas negara. Harusnya Jokowi mundur seperti Bapak Sandiaga Uno", ujar Tri Erniyanti menambahkan dalam orasinya (detikNews.com, 3/9/2018)

Miris dan geram! Hal itulah yang terlintas dipikiran saya ketika melihat aksi "emak-emak palsu" tersebut. Ini sangat memalukan dan menciderai hati emak-emak di Indonesia secara keseluruhan karena mereka berani mengatasnamakan emak-emak padahal mereka bukan emak-emak.

Saya yakin mereka bukan emak-emak benaran dan mungkin definisi sebenarnya dari emak-emak pun mereka tidak tahu. Dan saya berani jamin 1000 persen, mereka sama sekali bukan mewakili emak-emak Indonesia, tetapi mereka adalah politikus busuk yang menyamar menjadi emak-emak.

Mengapa saya sebut demikian? Apakah sebenarnya definisi dari emak-emak itu? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai rujukan resmi kata-kata baku bahasa Indonesia, emak-emak adalah bentuk non formal dari mak, yang berarti: orang tua perempuan, ibu, kata sapaan yang patut disebut ibu atau yang sepadan dengan ibu.

Apakah definisi ibu? Makna ibu tidak hanya sekedar seperti yang tertulis dalam kamus. "Ibu adalah mata air kasih sayang yang tak pernah habis. Kekuatan ibu ada pada doa dan kesabaran serta keikhlasan untuk anak-anaknya," kata Ketua MPR-RI, Zulkifli Hasanhasan dalam keterangan tertulis, (detikNews, Rabu 4/4/2018).

Jadi makna emak-emak sebagai kata sapaan yang patut disematkan untuk seorang ibu atau yang sepadan dengan ibu, lebih dari sekedar perempuan yang sudah bersuami atau yang sudah pernah melahirkan. Tetapi emak-emak memiliki makna yang sangat dalam. Membahasnya disini tak akan ada habisnya, bagai sang surya yang tidak habis-habisnya menyinari dunia.

Mengapa saya sebut "Barisan Emak-emak Militan" tersebut sebagai emak-emak palsu? Apakah emak-emak tidak mempunyai hak politik dan tidak boleh berpolitik? Dan dilarangkah emak-emak menyampaikan aspirasinya lewat demonstrasi?

Emak-emak jelas mempunyai hak politik dan boleh berpolitik. Dan emak-emak pun boleh menyampaikan aspirasinya melalui demonstrasi. Kebebasannya dijamin dan tidak boleh ada yang melarangnya sepanjang tidak melanggar aturan yang berlaku.

Tetapi tuntutan emak-emak tersebut harus murni dan dapat diterima akal sehat. Kalau emak-emak menuntut agar harga kebutuhan pokok diturunkan karena mereka anggap sudah "sangat-sangat luar biasa mahal", itu masih sangat masuk akal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline