Rusuh Mako Brimob dan teror bom Gereja di Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru adalah tragedi kemanusiaan. Peristiwa Mako Brimob menelan 6 korban tewas dan 1 luka-luka, sedangkan bom Surabaya dan Sidoarjo menelan 25 korban tewas dan 57 korban luka yang dirawat di Rumah Sakit. (Tribunpekanbaru.com Selasa, 15 Mei 2018).
Korban tidak hanya berasal dari kalangan orang dewasa saja, tetapi juga dari kalangan anak-anak kecil yang belum mengerti dan mengenal bom sama sekali. Dan beberapa anak juga diperalat orang tua pelaku untuk untuk ikut melakukan aksi ritual bom bunuh diri.
Tetapi anehnya masih ada beberapa oknum, dari kalangan politisi, dosen, guru dan masyarakat biasa, yang tega menuding bahwa peristiwa tersebut adalah rekayasa pemerintah dalam rangka pengalihan isu.
Pertanyaannya adalah, dapatkah rusuh Mako Brimob dan teror bom Gereja di Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru digunakan pemerintah untuk pengalihan isu? Pengalihan isu dari masalah apa?
Kita menganalisanya sederhana saja dan tidak perlu pakai conspiracy theory atau chaos theory. Cukup dengan menggunakan alur berpikir sederhana saja dan tidak perlu dibuat rumit. Mari kita kupas satu-persatu.
Pertanyaan pertama: Apakah rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru merupakan prestasi pemerintah?
Prestasi apaan? Yang ada pasti lebih banyak yang menyebut dan setuju jika semua peristiwa itu dianggap sebagai kegagalan aparat keamanan khususnya BIN dalam deteksi dini dan pencegahan bahaya terorisme?
Jika iya, berarti rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru jelas tidak dapat digunakan sebagai pengalihan isu dari #2019GantiPresiden. Justru jika pemerintah yang berkuasa sekarang dianggap masyarakat gagal menangani keamanan maka #2019GantiPresiden makin menguat.
Pertanyaan kedua: Apakah rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru menunjukkan stabilitas nasional yang sehat?
Peristiwa kerusuhan dalam sebuah negara jelas mengancam stabilitas nasional yang berimbas kepada stabilitas ekonomi, dan sangat berpengaruh kepada indeks harga saham gabungan dan nilai tukar rupiah.
Jika rusuh Mako Brimob, teror bom Gereja Surabaya, Polres Sidoarjo dan Pekanbaru dijadikan sebagai pengalihan isu terhadap semakin merosotnya nilai tukar rupiah, jelas sangat tidak masuk akal, yang ada semakin memperparah.