Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Menulis di Kompasiana Bukan Tanpa Resiko

Diperbarui: 20 Mei 2018   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Photo : Kompasiana)

Siapa bilang menulis di Kompasiana tanpa resiko? 

Itulah mengapa Kompasiana mengingatkan dengan tegas, menggunakan huruf kapital bahwa: "KOMPASIANA ADALAH PLATFORM BLOG, SETIAP ARTIKEL MENJADI TANGGUNGJAWAB PENULIS". Artinya segala resiko yang timbul, baik resiko hukum maupun sanksi sosial atau dibuli oleh orang atau kelompok yang tidak sepaham, semuanya menjadi tanggungjawab penulis.

Itulah mengapa sebelum menayangkan sebuah konten, baik materi yang diunduh (uploaded), ditautkan (linked) atau dilekatkan (embedded) ke dalam materi, harus dipikirkan dulu dampak terburuknya, apakah akan mendatangkan kebaikan atau "malapetaka". Karena: "Mata pena itu tajam dan jejak digital" itu memang kejam.

Artinya ketika kita menayangkan sebuah konten yang berbau SARA, hoaks, fitnah, ujaran kebencian, provokasi, atau sentimen negatif terhadap seseorang atau kelompok tertentu, sebelum konten tersebut di moderasi, dihapus atau akun yang bersangkutan diblokir admin, sudah keburu di screenshoot oleh pihak yang dirugikan untuk dijadikan sebagai bukti hukum untuk delik aduan.

Itulah mengapa Kompasianer wajib membaca Syarat dan Ketentuan Kompasiana secara cermat. Agar kebebasan untuk mengemukakan, mengekspresikan, serta menyampaikan informasi, gagasan, pendapat, ulasan, ataupun tanggapan, dapat dipertanggungjawabkan oleh Kompasianer, sesuai dengan norma dan hukum yang berlaku di Indonesia.

Karena Kompasianer bukan jurnalis profesional dalam mengumpulkan, mengolah, melaporkan dan menyebarluaskan informasi, kejadian atau peristiwa. Tetapi hanya Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) yang tidak atau belum mendapatkan pelatihan khusus jurnalistik dan yang jelas tidak memiliki Kartu Tanda Anggota dari Dewan Pers.

Mengapa tiba-tiba saya mengangkat topik ini? Saya tidak bermaksud untuk menakut-nakuti. Tetapi hanya mengingatkan. Karena kalau dulu hanya dikenal pepatah yang mengatakan: "mulutmu adalah harimaumu" maka sekarang juga ada pepatah yang mengatakan: "kedua jari jempol tanganmu adalah harimaumu".

Tidak hanya karena salah ucap tetapi karena salah mengetik di papan ketik Androidmu pun bisa menjadi masalah. Sekali lagi: "Karena mata pena itu tajam dan jejak digital itu memang kejam". Resiko bukan membuat menjadi takut berekspresi tetapi agar lebih berhati-hati dan bertanggungjawab.

Selamat malam...!

(RS)

Catatan: sebagian isi tulisan ini diambil dari Syarat dan Ketentuan Kompasiana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline