Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Budaya Pengguna Media Sosial dan Kompasianer, Sama-sama Memenuhi Hukum Pantul

Diperbarui: 27 April 2018   10:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : vivemalife.com

Seorang penulis dan pembicara internasional di bidang motivasi: Andrew Mathew dalam bukunya "Ikuti Kata Hatimu" menganalogikan dunia sebagai cermin raksasa yang memenuhi kaidah hukum pantul.

Apa saja yang kita lakukan terhadap dunia, kita akan menerimanya kembali sebagai bentuk dari kaidah hukum pantul. Ketika kita memberikan senyuman kepada orang-orang disekitar kita maka kita akan mendapatkan senyuman dari mereka yang cukup cemerlang untuk memantulkannya.

Sebaliknya jika kita memasang muka sinis dan cenderung menutup diri terhadap orang lain, hal yang sama juga akan dipantulkan kepada kita sebagai hukuman pengasingan atau pengucilan.

Tidak hanya dalam cermin. Beberapa hukum alam yang mirip dengan hukum pemantulan bunyi atau suara, kita juga mengenal hukum aksi-reaksi dalam Hukum III Newton dan hukum tabur-tuai dalam filsafat dan keagamaan.

Budaya Indonesia juga mengenal istilah silaturahmi, yaitu saling bertemu untuk mengikat tali persaudaraan atau persahabatan yang lebih dekat. Demikian juga dalam hal kenegaraan. Ada istilah kunjungan balasan kenegaraan yang juga merupakan bentuk dari hukum pantul.

Hal yang sama berlaku dalam budaya media sosial seperti Facebook dan Twitter. Di Facebook misalnya, jika kita meminta pertemanan terhadap banyak orang, tentu kita akan mendapatkan teman yang banyak.

Demikian juga ketika kita rajin memberikan tanggapan berupa "suka" dan meninggalkan komentar yang baik di status orang lain, kita juga akan mendapatkannya kembali sebagai bentuk dari hukum pantul.

Sebaliknya jika kita hanya bengong dan tidak peduli dengan status orang lain maka secara otomatis juga kita akan mendapatkan perlakuan yang sama. Akun kita juga akan sepi, bahkan lalat dan nyamuk pun segan singgah.

Hal yang sama juga berlaku dan sudah saya rasakan di Kompasiana. Semakin rajin kita membaca, memberikan rating dan meninggalkan komentar di artikel kompasianer maka kita juga akan mendapatkan pantulan yang tak kalah meriahnya.

Sebaliknya sehebat apapun tulisan kita dengan segala bentuk kelebihannya, orang lain akan enggan memberikan rating dan komentar, jika kita tidak membangun budaya hukum pantul.

Bercermin dari respon yang ada di akun saya, ternyata saya termasuk salah satu kompasianer yang kurang bersosialisasi dan malas mengunjungi, memberikan rating dan meninggalkan komentar pada artikel kompasianer lainnya. 

Hal itu jelas tergambar dari sepinya respon di akun saya, hanya mendapatkan 194 rating dan 248 komentar dari 164 tulisan.

Salam....

(RS)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline