Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Selangkah Lagi dr Terawan Resmi Menjadi "Milik" Jerman?

Diperbarui: 16 April 2018   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok : handout Leo Nababan (WhatsApp)

Dilansir dari Media Indonesia (Minggu, 08/04/2018), dr. Terawan sedang berada di Jerman. dr. Terawan menyatakan tengah memenuhi undangan RS terkenal di Jerman sekaligus menunjukkan kemampuan dan kepakaran dokter Indonesia.

"Saya masih di Jerman, Mas. RS Kraukenhause di Jerman mengajak riset bersama," ungkap dr Terawan menjawab Media Indonesia melalui pesan Whatsapp, Minggu (8/4) petang.

Dok : handout Leo Nababan (WhatsApp)

Metode Digital Substraction Angiography (DSA) atau Cuci Otak yang ditemukan dokter Terawan Agus Putranto terkenal sampai dunia internasional. Namun, metode cuci otak yang dikenalkan Terawan menuai pro dan kontra dikalangan Ikatan Dokter Indonesia.

"Ya, sekalian menunjukkan kesejajaran ilmu orang Indonesia dengan teman-teman di Jerman. Jangan sampai kami di Indonesia hanya dianggap main ngeyel saja dan tidak ilmiah. Sedangkan negara lain sangat menghargai. Kalau bisa nangis saya nangis tenan karena sedih," cetusnya.

Dok : handout Leo Nababan (WhatsApp)

KOMPAS.com (Rabu, 04/04/2018) menulis: Mayjen TNI dokter Terawan Agus Putranto adalah Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto yang diberhentikan dari keanggotaan IDI.

Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prijo Sidipratomo mengungkapkan, pemberhentian sementara dilakukan karena Terawan dianggap melakukan pelanggaran kode etik kedokteran.

"Pelanggaran kode etik itu yang pasti kami tidak boleh mengiklankan, tidak boleh memuji diri, itu bagian yang ada dalam peraturan etik. Juga tidak boleh bertentangan dengan sumpah doker," ujar Prijo dalam wawancara yang ditayangkan Kompas TV, Selasa (3/4/2018).

Dok : handout Leo Nababan (WhatsApp)

Setelah dr. Terawan dipecat sementara oleh IDI dan kemudian menandatangani nota kesepahaman dengan RS Kraukenhause Jerman untuk melakukan riset bersama dan melatih dokter Jerman tentang terapi cuci otak DSA, akankah dr. Terawan dan hasil risetnya tersebut akan menjadi milik Jerman?

Tentu saja yang paling dirugikan dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Penghargaan yang rendah terhadap sebuah penemuan dan bahkan mencurigai keabsahannya atas nama kode etik yang sarat dengan iri hati dan dengki adalah pembunuhan karakter bagi seorang ilmuwan dan penemu. Hal inilah yang sedang dialami oleh dr. Terawan.

Kita lihat saja perkembangan selanjutnya. Metode Digital Substraction Angiography (DSA) atau Metode Cuci Otak yang ditemukan dokter Terawan Agus Putranto sebentar lagi akan dikenal dunia sebagai penemuan bangsa Jerman. Para orang-orang besar akan berduyun-duyun datang ke Jerman untuk berobat sementara IDI akan menonton terpelongo sambil terus membuka-buka "kitab kode etik" sambil berusaha menambah pasal-pasal yang membunuh kreatifitas periset sambil berkata: "kode etik lebih penting dari segalanya, bahkan dari nyawa sekalipun".

(RS)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline