Ada pepatah yang mengatakan: "Tua-tua keladi, semakin tua semakin menjadi". Tetapi oleh seorang teman yang umurnya terpaut sekitar delapan tahun dengan saya, mempelesetkan pepatah tersebut menjadi: "Tua-tua keladi, semakin tua semakin tak jadi".
Pelesetan tersebut dialamatkan beliau ke dirinya sendiri yang menganggap bahwa dirinya telah gagal mewujudkan ekspektasi yang beliau cita-citakan sejak kecil hingga di umurnya yang hampir mencapai kepala 5, tetapi tentu saja bukan ambisi buta menjadi presiden.
Pepatah tersebut mungkin sangat pantas dialamatkan ke tokoh politik yang satu ini. Di usianya yang semakin senja seharusnya beliau harus memposisikan dirinya menjadi seorang "begawan". Seorang suci dan mulia yang meletakkan dasar yang kuat dalam bidang kebangsaan.
Atau menjadi seorang negarawan atau bapak bangsa yang memberikan kesejukan dalam setiap ucapan dan perbuatannya dalam rangka mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa, mendekatkan yang jauh, mengeratkan yang renggang, menjernihkan yang keruh dan merapikan yang kusut.
Dikutip dari CNN Indonesia (Jumat, 13/04/2018; 17:18,mantan Ketua MPR-RI periode 1999-2004, Pendiri PAN, dan pemegang segudang jabatan penting yang pernah di emban di negeri ini nampaknya tidak membuat beliau menjadi seorang negarawan atau bapak bangsa.
Terbukti dengan statemen beliau yang mengatakan:
"Sekarang ini kita harus menggerakkan seluruh kekuatan bangsa ini untuk bergabung dan kekuatan dengan sebuah partai. Bukan hanya PAN, PKS, Gerindra, tapi kelompok yang membela agama Allah, yaitu hizbullah. Untuk melawan siapa? untuk melawan hizbusy syaithan," ujar Amien dalam tausiyah usai mengikuti Gerakan Indonesia Salat Subuh berjemaah di Masjid Baiturrahim, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Jumat (13/4) pagi.
"Orang-orang yang anti Tuhan, itu otomatis bergabung dalam partai besar, itu partai setan. Ketahuilah partai setan itu mesti dihuni oleh orang-orang yang rugi, rugi dunia rugi akhiratnya... Tapi di tempat lain, orang yang beriman bergabung di sebuah partai besar namanya hizbullah, Partai Allah. Partai yang memenangkan perjuangan dan memetik kejayaan," imbuh dia.
Pertnyaanya adalah: Siapa yang partai Allah dan siapa yang partai setan dan atas dasar apa pengelompokan tersebut? Apakah atas dasar kebencian pribadi dan upaya menyebarkan kebencian terhadap partai atau kelompok tertentu.
Ambisi yang tidak pernah padam tentang keinginan untuk menjadi orang nomor #1 di negeri ini mungkin menjadi salah satu faktor mengapa beliai tenggelam dalam lautan hawa nafsu dan emosi yang menggebu-gebu dan meledak-meletup sehingga memilih jalan yang tidak seharusnya.
Sudah seharusnya seorang politisi senior yang sudah ujur memberikan teladan bagi seluruh masyarakat Indonesia bagaimana dapat mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan, bukan malah sebaliknya mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan di atas kepentingan bangsa dan negara.