Alkisah tersebutlah 12 orang pengintai. Ke-12 pengintai tersebut diperintahkan Musa sesuai dengan firman TUHAN untuk mengintai Kana'an tanah perjanjian yang akan diberikan TUHAN kepada orang Israel.
Ke-12 orang pengintai tersebut masing-masing mewakili ke-12 suku Israel yaitu setiap pemimpin-pemimpin suku mereka. Ke-12 suku tersebut adalah: suku Ruben, Simeon, Yehuda, Isakhar, Efraim, Benyamin, Zebulon, Manasye, Dan, Asyer, Naftali dan Gad.
Musa menyuruh mereka mengamati tanah Kanaan, apakah penduduk yang mendiaminya lemah atau kuat, banyak atau sedikit, tinggal ditempat terbuka atau berkubu, apakah tanahnya gemuk atau kurus dan apakah disana ada tumbuh pohon-pohonan atau tidak.
Maka ke-12 pengintai itupun pergi sesuai dengan perintah musa dan setelah 40 hari mereka kembali dan melaporkan hasil pengintaian mereka kepada Musa dan Harun serta kepada umat Israel.
Ketika mereka melaporkan keadaan tanah Kanaan apakah gemuk atau tidak, dengan semangat mereka mengatakan bahwa tanah yang dijanjikan TUHAN kepada mereka adalah tanah yang berlimpah susu dan madu.
Tanahnya sangat subur dan tanaman disana sangat bagus. Sebagai tanda bukti mereka membawa buah delima, buah ara dan satu tandan buah anggur dari lembah Eskol yang harus digandar 2 orang karena besar dan berat.
Musa, Harun dan semua umat Israelpun sumringah mendengar berita baik tersebut terlebih-lebih umat Israel yang sudah letih menempuh perjalanan jauh ingin rasanya cepat-cepat sampai ke negeri perjanjian tersebut.
Tetapi ketika tiba kepada pertanyaan kedua apakah tanah itu dihuni oleh orang kuat atau lemah, banyak atau sedikit, kotanya terbuka atau berkubu? Situasi berubah menjadi horor. Berita sukacita berubah menjadi dukacita, harapan berubah menjadi putus asa.
Sepuluh orang pengintai mengatakan bahwa kota itu dihuni oleh orang-orang kuat dan perawakannya kekar seperti raksasa bahkan mereka memakan penduduknya sendiri. Orang Enak, Amalekh, Het, Yebus dan orang Amori tinggal di pegunungan dan orang Kana'an tinggal disepanjang sungai Yordan, kota yang berkubu dan besar.
"Kita tidak mungkin mengalahkan mereka dan memasuki kota itu, mereka kuat dan besar-besar seperti raksasa dan kami melihat diri kami seperti belalang demikian juga mereka melihat kami", demikian mereka menakut-nakuti umat itu.
Mendengar laporan tersebut maka menangislah umat Israel dengan nyaring dan bersungut-sungut kepada Musa dan Harun dengan berkata: "Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?"