Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Menyoal Perayaan Tahun Baru "Kafir" yang Dianggap Ilegal

Diperbarui: 30 Desember 2017   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : birthday & greeting cards

Malam besok, Minggu 31 Desember 2017 merupakan malam terakhir di tahun 2017 dan tepat pukul 00.00 akan terjadi sebuah peristiwa sejarah yang sangat penting dan tidak akan pernah terulang sampai kapanpun, yaitu pergantian tahun dari tahun 2017 ke 2018.

Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa perpisahan adalah sesuatu hal yang menyedihkan. Ada banyak catatan suka dan duka sepanjang tahun 2017 dan ada sejuta harapan sekaligus kekuatiran di tahun 2018. Untuk itu biasanya perlu dibuat sebuah perayaan untuk mensyukuri penyertaan Tuhan sepanjang tahun berlalu dan berharap tahun yang baru akan lebih baik.

Belakangan terdengar isu-isu berseliweran baik secara langsung maupun secara sayup-sayup yang menyatakan bahwa "Tahun Masehi" adalah "tahun orang kafir" sehingga tidak seharusnya ikut dirayakan oleh agama tertentu. Isu tersebut terkadang sengaja dihembuskan dengan tujuan yang lebih bersifat politis dan propokatif ketimbang mencari makna yang sesungguhnya.

Menurut catatan Wikipedia berbahasa Indonesia "Kalender Masehi atau Anno Domini (AD) dalam bahasa Inggris adalah sebutan untuk penanggalan atau penomoran tahun yang digunakan pada kalender Julian dan Gregorian. Era kalender ini didasarkan pada tahun tradisional yang dihitung sejak kelahiran Yesus dari Nazaret

Masehi dihitung sejak hari tersebut, sedangkan sebelum itu disebut Sebelum Masehi atau SM. Perhitungan tanggal dan bulan pada Kalender Julian disempurnakan pada tahun pada tahun 1582 menjadi kalender Gregorian. Penanggalan ini kemudian digunakan secara luas di dunia untuk mempermudah komunikasi. (Sumber : Wikipedia)

Yang perlu kita ketahui dan garis bawahi disinilah adalah bahwa kalender Masehi adalah"Kalender Julian" yang disempurnakan oleh "Kalender Gregorian" yang didasarkan pada tahun kelahiran Al-Masih tetapi sama sekali bukan diambil dari Alkitab atau Injil dan hanya didasarkan pada penafsiran saja.

Hal tersebut dapat dibuktikan dari masih adanya kontoversi seperti: "Dionysius Exiguus tidak memperhitungkan tahun 0 serta tahun ketika kaisar Augustus memerintah Kekaisaran Romawi. Para ahli menanggali kelahiran Yesus secara bermacam-macam, dari 18 SM hingga 7 SM.

Sebagai penganut Nasrani saya melihat, sebenarnya kalender Masehi bukan kalender Kristiani tetapi kalender siapa saja yang menggunakannya sebagai perhitungan tarikh.

Seperti kita ketahui bersama bahwa "waktu" adalah variabel yang penghitungannya lebih kepada kesepakatan sehingga terdapat beberapa jenis kalender seperti: kalender Hijriyah, Saka, Jawa, Suku Maya, China, Jepang, dsb. yang didasarkan pada perhitungan siklus tertentu.

Terkait dengan boleh tidaknya merayakan pergantian tahun di malam tahun baru Masehi, hal tersebut bukanlah kapasitas saya untuk membolehkan atau melarang tetapi mengetahui esensinya saya pikir sangatlah diperlukan.

Hanya kalau saya boleh memberi pesan, kepada yang merayakan, rayakanlah dengan sewajarnya dengan orang-orang terkasih, jauhkan pesta pora, narkoba, maksiat dan ugal-ugalan di jalan raya, pokoknya semua hal-hal yang merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain mohon dihindari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline