Lihat ke Halaman Asli

Rintar Sipahutar

TERVERIFIKASI

Guru Matematika

Generasi Apatis

Diperbarui: 11 Desember 2017   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.kompasiana.com

(Saya persembahkan untuk rekan guru, para orang tua dan siapa saja yang peduli dengan dunia pendidikan dan generasi muda terutama mereka yang mau meluangkan waktunya untuk membaca artike-artikel saya)

Sekarang para guru dan orang tua sedang diperhadapkan dengan generasi "cuek". Generasi yang tidak peduli dengan diri-sendiri, sesama dan lingkungan. Mereka tidak peduli dengan norma-norma dan aturan yang berlaku. Mereka cenderung lebih suka hidup sesuka hati tanpa memikirkan resiko.

Para guru di sekolah sangat kewalahan. Rasa hormat siswa terhadap guru dari hari-kehari menurun drastis. Mereka tak segan-segan menentang, membantah, membentak, melawan dan menyepelekan guru dan aturan-aturan sekolah. Rasa disiplin hampir hilang. Datang terlambat tidak lagi menjadi suatu hal yang tabu. Membuang sampah sesuka hati dan dimana saja bukan merupakan masalah serius. Tidak mengerjakan " PR" atau mengerjakannya pagi-pagi di sekolah menjadi sebuah hal yang wajar. Rasa ingin tahu yang sangat rendah membuat mereka menjadi pemalas dan menghalalkan jalan pintas seperti mencontek dsb.

Kejadian-kejadian asusila seperti sex bebas yang direkam sendiri dengan smartphone dan hamil di luar nikah meningkat setiap tahun. Sementara tawuran antar pelajar, pemakaian narkoba dan minum minuman keras dianggap merupakan sebuah trend dan kebanggaan.

Akan kemanakah generasi ini? Apakah kita akan membiarkan mereka terjerumus lebih dalam dan kelak melahirkan generasi bebas, buas dan sadis, yang kehilangan sifat kemanusiannya.

Tentu saja kita sangat tidak menginginkan hal tersebut terjadi. Kita harus berusaha mencegah setiap hal-hal yang mengarah ke arah itu sedini mungkin. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab generasi "cuek".

  1. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang super cepat membuat siswa dengan mudah dapat menyaksikan tontonan-tontonan tak mendidik lewat televisi seperti sinetron-sinetron, filem, dsb. Siswa juga dengan mudah dapat mengakses pornografi dan sadisme di internet dalam bentuk tulisan, audio maupun video. Seharus orang tua memperhatikan, mengawasi dan mendampigi anak-anaknya dalam memilih chanel televisi yang layak dan situs internet yang mendidik.
  2. Para generasi mudah kehilangan figur atau orang yang layak diteladani. Banyak generasi tua, guru, orang tua, pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan tidak memberikan teladan yang baik. Banyak yang hanya pintar menasihati tetapi memperlihatkan perilaku sebaliknya. Menyaksikan pemimpin atau tokoh penting yang ditangkap akibat melakukan korupsi dan asusila, di televisi bukan kejadian yang langka. Para guru dan orang tua juga tidak sedikit yang kehilangan figur sebagai garda terdepan yang harus ditiru dan digugu.
  3. Proteksi yang berlebihan terhadap anak oleh orang tua dan komisi perlindungan anak, juga menciptakan generasi yang manja, cengeng dan tidak mandiri. Ketika seorang guru mendisiplinkan siswa di sekolah, tidak sedikit orang tua yang langsung mendatangi dan menyerang guru ke sekolah. Mengadukan guru ke polisi dengan menggandeng komisi perlindungan anak, tak jarang membuat guru meringkuk dalam penjara. Tentu hal tersebut saja membuat guru lebih berhati-hati dalam memberikan mendisiplin terhadap setiap pelanggaran membuat siswa semakin merajalela.

(Bersambung...)

Catatan:

Penulis sangat terbuka terhadap setiap masukan dan koreksi, baik berupa teknis penulisan, materi tulisan dan sebagainya.

Saran dan kritik dapat dituliskan di kolom komentar atau ke rintarsipahutar780@gmail.com

Terimakasih!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline