Lihat ke Halaman Asli

Rinsan Tobing

TERVERIFIKASI

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Kurikulum 2013 Mengingkari Logika Kungfu Bruce Lee

Diperbarui: 3 Oktober 2017   13:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: nasional.republika.co.id

Kaget. Itulah reaksi pertama yang muncul ketika menatap daftar ulangan tengah semester anak saya. Dia duduk di kelas IV Sekolah Dasar. Sekolahnya menggunakan kurikulum 2013. Biasa disebut kurikulum K13.  K13 diterapkan hanya di kelas 1 dan 4. Masih parsial.  Mungkin, pihak sekolah tidak terlalu yakin dengan K13 ini.

Kurikulum K13 ini membagi sebuah buku pelajaran berdasarkan tema. Lalu diikuti sub-tema dan di setiap sub-tema ada pembelajaran. Pembelajaran itu yakni mata pelajaran yang biasa dikenal seperti Matematika, IPA, Biologi, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia dan sebagainya. Jadi, dalam setiap sub-tema pelajaran-pelajaran itu muncul.

Di daftar ujian tengah semester itu tertera jadwal sebagai berikut. Selasa. Temanya, Indahnya Kebersamaan. Mata pelajarannnya PPKn, Bahasa Indonesia, IPA dan PJOK. Rabu, temanya Selalu Berhemat Energi. Mata pelajarannya PPKn, Bahasa Indonesia, IPA dan PJOK. Kamis, temanya Peduli Terhadap Mahluk Hidup. Mata pelajarannya PPKn, Bahasa Indonesia, IPA dan PJOK.

Jadwalnya salah? Tidak, begitulah adanya. Ya, benar. Penulis tidak bohong. Apa adanya. Apakah anda bingung? Kalau iya, kita berbagi rasa yang sama.

K13 disebut sebagai kurikulum yang memfokuskan pengembangan karakter. Setidaknya itu cita-cita pengembang kurikulum ini. Pertanyaan yang pertama muncul adalah seperti apa karakter itu didefinisikan? Kemudian, bagaimana K13 itu diproses dalam ruang kelas? Apakah guru-gurunya sudah siap, karena K13 pernah kena moratorium? Panduan, menurut informasinya sudah jelas. Dicurigai, penerapannya yang bikin kelabakan.

Buat yang awam, jadwal ujian itu seperti terjadi pengulangan mata pelajaran. Yang berbeda temanya. Apakah pengulangan itu dimaksudkan untuk memantapkan pemahaman atau hanya sekedar mengulang dengan mengaitkan karakter dalam mata pelajaran?

Secara umum, kedua merupakan hal yang ingin didorong dengan penerapan kurikulum sejak  tahun ajaran 2013-2014, ketika Menteri Muhammad Nuh masih menjabat menteri pendidikan.

Disinilah sebenarnya persoalan itu muncul. Dalam konteks itu, siswa yang masih sangat muda dipaksa memahami mata pelajaran-mata pelajaran itu dan mengaitkan dengan konteks karakter secara simultan. Murid-murid yang jiwanya masih 'kosongan' itu, dipaksa me-mainstream-kan pendidikan karakter ke dalam matematika, biologi, dan yang lainnya.

Apakah proses ini sudah benar? Atau malah membingungkan murid-murid dan sekaligus orang tua? Orang tua kan bertanggung-jawab juga pada pendidikan anaknya. Anak saya cenderung mengatakan 'bingung'. Lalu, seharusnya bagaimana?

Dasar Dulu Lalu Konteks Luas

Ada sebuah adagium, understanding the rules before breaking the rules. Pahami dulu dasar-dasarnya, baru kemudian bermain-main dengan aturan itu. Jika langsung bermain-main dengan aturan tanpa memahami aturan dasarnya, maka pemahamannya akan buruk. Hasilnya akan berantakan. Jelas, kan? Kalau belum berikut penjelasan selanjutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline