Lihat ke Halaman Asli

Rinsan Tobing

TERVERIFIKASI

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Mengelola Sampah, Mengelola Tunas Bangsa

Diperbarui: 2 Maret 2017   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajar mengikuti kegiatan bersih-bersih pantai Kenjeran Surabaya (28/2). Sumber: kompas.id

Di sebuah penerbangan nasional, seorang penumpang dengan santai membuang bungkus permen yang baru dimakannya ke lantai pesawat. “Nanti ada petugas yang membersihkannya”, ujar bapak itu, takkala penulis menatap heran. Memang, pasti ada nanti pramugari yang cantik-cantik yang akan membersihkannya. Tetapi, pertanyaannya adalah mengapa bapak itu begitu santai dan mampu mengotori lantai pesawat yang kelihatan masih baru dan kinclong.

Cuma sayang sekali, tindakannya itu tidak pernah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bertanggung-jawab. Tindakan yang dikira wajar. Memang ada petugas yang akan membersihkannya. Akan tetapi bisa dibayangkan jika banyak orang yang berperilaku dan berpikiran sama. Akibatnya, sampah selalu menjadi masalah. Masalah banjir dan kesehatan serta turunannya tidak terlepas dari mentalitas serupa.

Bisa dipastikan, di Indonesia masih banyak yang berperilaku sama. Setidaknya, asumsi seperti itu tercermin dari banyaknya sampah yang diproduksi.

Data berikut bisa menjustifikasinya. Menurut Kompas edisi 26 Februari 2017, dengan data yang diolah dari Katadata dan Jambeck 2015, Indonesia termasuk lima besar negara dengan produksi sampah terbanyak di dunia. Indonesia berada di urutan kedua di bawah Cina. Dengan perbandingan jumlah penduduk antara Cina dan Indonesia, produksi sampah per kapita Indonesia bisa jadi yang terbesar.

China memproduksi 262, 9 juta ton. Indonesia berada di urutan kedua dengan produksi 187,2 juta ton. Filipina menyusul di urutan ketiga dengan 83,3 juta ton, Vietnam 55,9 juta dan Srilanka 14,6 juta.

Agak mengherankan juga, Amerika Serikat dan Eropa dimana penduduknya juga banyak dan merupakan negara industri malah memproduksi sampah lebih sedikit dibandingkan lima negara di atas yang semunya kebetulan berada di Asia. Bahkan, tiga di antaranya berada di Asia Tenggara.

Jakarta sendiri, menurut dinas kebersihan DKI berdasarkan data tahun 2014 saja, memproduksi hingga 6500 ton per hari. Jika dibandingkan, jumlah sampah ini setara dengan 25 pesawat jumbo jet 747, atau 4 kali lapangan sepakbola dengan ketinggian 1 meter.

Sampah yang terserap oleh sistem pengolahan sampah pemerintah hanya 75%. Sisanya masih terbuang dimana saja. Upaya telah banyak dilakukan untuk mengelola sampah dengan tujuan mengurangi produksi sampah dan pada gilirannya akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir.

Faktanya, Masih Nyampah

Meskipun kampanye memerangi sampah sudah dilangsungkan, tetapi sampah tetap menjadi persoalan. Seperti dikutip dari Kompas Cetak 1 Maret 2017, terdapat 9.550 relawan di 255 Kabupaten/Kota yang aktif berkampanye untuk mengelola sampah. Bank-bank sampah juga dididirkan dan hingga kini telah mencapai 4.280 di 30 provinsi dengan 16.000 relawan.

Upaya ini, meskipun intensif, belum menghasilkan. Sampah masih menjadi persoalan serius. Karena produksi sampah individu yang banyak, hampir dan juga kebiasaan membuang sampah sembarangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline