Lihat ke Halaman Asli

Rinsan Tobing

TERVERIFIKASI

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Tanpa Sadar, Setiap Saat Masyarakat Diserbu White Hoax

Diperbarui: 3 Februari 2017   17:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. slate.com

Hoax. Sebuah kata yang menjadi buzzword akhir-akhir ini di seluruh dunia. Hoax sering diartikan sebagai kabar bohong. Motif penyebarannya macam-macam. Ada alasan politik dan ada juga alasan ekonomi.

Alasan politik paling banyak ditengarai, karena hoax digunakan untuk melakukan character assasination terhadap pihak tertentu. Sekelompok orang juga secara sadar menyebarkan hoax untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Seorang remaja berusia 16 tahun di Macedonia mendulang uang hingga USD 200.000 dari menyebarkan berita bohong mengenai Hillary Clinton pada masa kampanye pemilu presiden di AS.

sumber: bookdepository.com

Di Indonesia kejadiannya juga sama. Di pemilihan presiden tahun 2012, berbagai berita bohong yang menyerang Jokowi hingga pada tingkat yang ‘menjijikkan’ juga muncul. Dengan cara yang sangat strategis dan modal yang besar. Mungkin masih ingat dengan Tabloid Obor.

Menggoreng hoax di media digital juga menjadi keasyikan tersendiri bagi sebagian orang. Bisa mendapatkan traffic yang tinggi akan mendorong kepada terciptanya lapangan pekerjaan. Motivasi-motivasi itu menciptakan dunianya sendiri. Dunia yang pada akhirnya mengganggu, karena kembali pada artinya, itu hanyalah berita bohong.

Apakah hoax munculnya di zaman modern ini, ketika media sosial menjadi sesuatu yang jamak di masyarakat? Ternyata tidak.

Pada kenyataannya hoax telah menjadi bagian dari peradaban manusia. Menurut catatan laman wikipedia, hoax telah ada sejak tahun 1600-an, waktu itu tentang kematian seseorang. Beritanya tersebar dari mulut ke mulut. Ternyata berita itu tidak benar. Bisa jadi ini masuk kategori rumor atau gossip, yang isinya bohong.

Perkembangan selanjutnya sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi, hoax disebarkan melalui selebaran, koran, majalah dan media cetak. Pada awalnya, hoax digunakan hanya sebagai candaan. April mob atau April Fools bisa dimasukkan juga sebagai hoax. Meskipun hanya berupa candaan, tetapi kontennya bohong. Tetapi perkembangannya berita bohong bisa muncul dalam bentuk propaganda dan digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu.

Analogi White Lie

Selalu ada yang terbaik dari yang terburuk. Ketika nasi sudah menjadi bubur, buburnya masih bisa dimakan. Demikian kira-kira analoginya. Maka jika tujuannya baik, yang buruk pun boleh-boleh saja digunakan.

Pada masa kecil dulu, pastinya semua orang diajari untuk tidak berbohong. Berbohong adalah dosa yang sangat serius. Karena jika berbohong pasti akan kena hukuman. Jika berbohong, pasti dosanya dicatat.

Tetapi ketika itu ada kebingungan tersendiri. Karena dengan syarat dan ketentuan tertentu, ternyata berbohong itu masih diperbolehkan. Berbohong demi kebaikan. Untuk yang mengenal bohong dalam konteks hitam putih, tentunya tidak ada alasan untuk berbohong. Akan tetapi, untuk tujuan yang baik, berbohong diperbolehkan. Bohongnya disebut dengan bohong putih.

Cerita yang dulu sering disampaikan untuk dapat memahami soal bohong putih ini adalah sebagai berikut. Diceritakan, ada seorang pemuda yang sedang berlari ketakutan. Tubuhnya pucat dan kecemasan yang teramat sangat tampak di wajahnya. Dengan nafas yang terengah-engah, dia mencari perlindungan. Dia bersembunyi di salah satu kolong yang tidak kelihatan dari pinggir jalan. Tidak lama kemudian sekelompok orang dengan wajah beringas muncul. Teriakan bunuh-bunuh menggema. Kebetulan kamu disitu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline