Lihat ke Halaman Asli

Rinsan Tobing

TERVERIFIKASI

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Sesungguhnya Para Pembenci itu Orang-orang Kuat dan Tangguh

Diperbarui: 1 Mei 2016   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hate Foto: bghelsinki.org

Kok bisa?

Seseorang yang membenci seseorang yang lain biasanya berperilaku agak aneh. Orang tersebut akan selalu mencari hal-hal yang terkait dengn orang yang dibencinya. Ketidaksukaan itu mendorong si pembenci mendayaupayakan segala cara dan sumber daya yang dimiliki untuk mencari dan menemukan kesalahan orang yang dibencinya.

Ketika menemukan kesalahan tersebut, orang itu akan merasa puas. Sayangnya tidak berhenti di satu kesalahan yang baru ditemukan. Proses mencari-cari kesalahan tersebut berlangsung secara terus menerus dan berkelanjutan. Hal ini sangat personal, sehingga setiap detik dari denyut nafasnya akan digunakan untuk mencari kesalahannya orang yang dibencinya.

Dalam dunia yang serba terkoneksi ini, si pembenci menemukan tempatnya. Informasi dapat dengan mudah dicari di dunia maya. Sayangnya memang tidak semua informasinya akurat dan benar. Akan tetapi, bagi si pembenci itu tidak menjadi masalah. Karena yang penting baginya adalah menemukan kesalahan orang yang dibencinya. Dia akan menemukan kebahagian lebih ketika berusaha membagi kesalahan orang yang dibencinya ke pihak lain.

Upaya ini tentunya membutuhkan kerajinan dan kesabaran. Kerajinan untuk mencari kesalahan dari berbagai sumber dan kesabaran untuk menunggu ada kabar negatif baru tentang orang yang dibencinya.

Ada sebuah kutipan mengatakan bahwa pada kenyataannya seorang pembenci tidak benar-benar membenci orang yang dibencinya, sebaliknya dia membenci dirinya karena mereka tidak sanggup menjadi seperti orang yang dibencinya.

Dari fakta di atas tersirat bahwa orang yang membenci seseorang cenderung membenci dirinya sendiri karena tidak mampu menjadi seperti orang yang dibencinya. Bisa dibayangkan apa yang dirasakan pembenci tersebut. Ada keinginan yang besar untuk menjadi seperti orang yang dibencinya akan tetapi tidak pernah bisa. Kebencian terhadap diri sendiri ternyata harus menemukan tempatnya untuk dicurahkan. Hal tersebut mendorong seseorang dalam kondisi seperti itu untuk menemukan korbannya. Hal yang cukup menyiksa.

George Bernard Shaw, dramawan terkenal dari Irlandia, penulis buku, dan salah satu pendiri London School of Economics yang terkenal itu, pernah mengatakan bahwa kebencian adalah cara balas dendam para pengecut yang merasa terintimidasi.

Membenci menjadi seperti manifestasi dari rasa terintimidasi dari orang yang dibencinya. Karena tidak mampu untuk mewujudkan ancamannya secara terbuka, maka yang bisa dilakukan hanyalah membencinya. Menahan rasa terintimidasi dengan mengorbankan perasaannya sekaligus, merupakan suatu upaya yang membutuhkan banyak energi dan kekuatan.

Lebih lanjut, Robert J, Sternberg (2005) dalam bukunya Psychology of Hate mengatakan bahwa kebencian itu adalah salah satu emosi manusia yang paling kuat-emosi yang bisa menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan yang luar biasa. Dalam buku ini disampaikan juga bahwa kebencian melandasi terorisme, pembantaian dan pembersihan etnis. Sejarah telah mencatat orang-orang dengan tingkat kebencian yang luar biasa ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline