Lihat ke Halaman Asli

Rinsan Tobing

TERVERIFIKASI

Seorang pekerja yang biasa saja dan menyadari bahwa menulis harus menjadi kebiasaan.

Kulit Badak Lebih Tipis dari Kulit Suryo

Diperbarui: 13 April 2016   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Badak memiliki kulit yang sangat tebal. Foto: m.tempo.co"][/caption]“Muka badak, Lu!”

Ungkapan seperti ini sering diucapkan untuk orang-orang yang tidak tahu malu. Sebenarnya, makna ini bisa positif, akan tetapi lebih sering digunakan untuk makna negatif. Orang jenis muka badak ini jika, melakukan kesalahan atau kebodohan, akan merasa biasa saja. Boro-boro minta maaf, orang tersebut malah melakukan kebodohan selanjutnya.

Bisa jadi telah terjadi kerusakan dalam sistem berfikirnya, karena perbuatannya tidak dianggap sebagai sebuah kesalahan yang sesuai dengan norma soosial tentunya. Bisa juga tidak ada sistem nilai dalam dirinya untuk mengatakan tindakannya salah, konyol atau bodoh.

Budaya Timur yang terkenal dengan sopan-santun dan tata krama yang tinggi, mengajarkan bahwa apa bila kita melakukan kesalahan, maka seharusnya minta maaf. Jika kita melakukan ‘kebodohan’, maka kita minta maaf dan memperbaikinya. Bukan malah mengulang dan mengabaikan hal bodoh yang telah dilakukan.

Hal ‘muka badak’ ini sedang heboh di ranah media sosial. Ini bermula dari seringnya seorang mantan pejabat dan petinggi partai demokrat Roy Suryo, yang juga dikenal sebagai pakar telematika, mengeluarkan ciutan-ciutan ‘konyol’ dan mengalami hal-hal ‘bodoh’ yang seharusnya tidak terjadi melihat pada keahliannya. Pakar telematika!

Kebesaran namanya, seharusnya membuat sang tokoh satu ini lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan dan menciut di ranah media sosial. Segala tindak-tanduknya mungkin pada saat ini diawasi oleh banyak orang, kombinasi Suryo Lovers dan Suryo Haters.

Suryo Lovers ini, termasuk pada kalangan, yang tentunya relatif sama dengan junjungannya tersebut. Apa pun yang ditiupkan sang junjungan ke udara, maka akan disambut dengan suka cita, apalagi muatan ciutannya tentang pemerintah Jokowi dan Ahok, dua tokoh yang sedang menjadi magnet raksasa bagi kedua kubu. Sementara Suryo Haters akan ‘menyerang’ dan ‘membantai’ tokoh Suryo ini, karena menurut mereka ciutannya dan tindak-tanduknya  konyol dan tidak masuk akal.

‘Pertarungan' seperti ini menjadi hal yang jamak di media sosial. Ini hal yang menarik, setidaknya bagi penulis.

Berawal, mungkin, dari tertipunya Suryo oleh anak baru gede saat beli sepeda fixie di situs online. Menjadi aneh, dengan kebesaran namanya sebagai ahli telematika, masih bisa tertipu oleh anak yang baru gede ini. Seharusnya, dengan keahliannya dalam dunia telematika, Suryo ini bisa memastikan jualan sepeda ini ‘abal-abal’ atau tidak. Di salah satu situs online, dikatakan untuk mengurangi terjadinya penipuan, salah satu caranya adalah memeriksa foto tersebut original dan dari sumber pertama. Setidaknya ini bisa menjadi filter pertama. Pastinya hal ini sangat mungkin untuk tokoh telematika hebat ini.

Tidak cukup sampai disitu, Suryo juga tertipu oleh akun palsu anak Jokowi. Pembaca pastinya sudah mengetahui kisah ini. Untuk kebodohan ini, Suryo menjadi korban bully di dunia media sosial. Mungkin, untuk menemani Suryo dalam galau karena diserang netizen, Ratna Sarumapet juga ikut-ikutan membalas ciutan akun palsu ini. Berdua kompak menjadi bahan rundungan netizen. Cocok juga kalau dijodohkan.

Dengan ketokohannya dan nama besarnya,  dengan dua kekonyolan ini saja, Suryo sudah seharusnya melakukan introspeksi dan melihat dengan lebih teliti lagi setiap tindakan-tindakan yang akan dilakukannya. Tokoh kesayangan sang mantan ini, seharusnya menepi ke gua-gua gelap dan sepi, bertapa, untuk meresapkan kekonyolan yang dilakukan dan memulai hal baik dengan tidak lagi melakukan kekonyolan berikutnya. Sebagai tukang kritik pemerintah, seharusnya cara mengkritiknya lebih cerdas dan elegan. Sebagai ahli telematika, harusnya bisa mengenali hal-hal yang bersifat online. Sebagai tokoh besar yang ‘cerdas’, harusnya logikanya sesuai dengan logika pada umumnya, sebuah common sense.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline