Lihat ke Halaman Asli

Ririn Oktarini

Social Worker - Consultan Empowerment

"Diary Traveler", Nusa Penida

Diperbarui: 5 Desember 2017   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menanti keberangkatan di Depati Amir Airport

Sebagai seseorang yang mewajibkan diri kalau setiap tahun membagi waktu untuk liburan sekalipun cuma sekali, memilih Bali sebagai destinasi tentu pilihan yang tepat, bukan? Jelaslah, sekalipun saya sudah kesekian kali menginjak Pulau Dewata, rasanya sama sekali belum cukup.

Jadi, di tahun 2017 ini, setelah ekspedisi di bulan maret nyobain jelajah Malang -- Bromo -- Banyuwangi -- Bali, Oktober kemarin berangkat lagi ke Bali.

Semua berawal dari adik yang merasa satu minggu liburan disana tidak cukup dan minta ditemani lagi. "Ada spot bagus buat foto yang belum sempat disamperin," alasannya sambil pamer Instagram. Maka sejak Juni kita ngerencanain matang-matang, sibuk mantengin Traveloka buat cek tiket sama hotel murah, dan seperti biasa yang paling doyan untuk membuat itinerary plus anggaran biaya itu saya, biar pengeluaran masuk akal. Setelah diskusi, kompak kita memutuskan NUSA PENIDA jadi tujuan kali ini.

Mungkin bagi sebagian besar orang masih asing dengan Nusa Penida, secara banyak teman yang ngomen di IG saya malah nanya saya dimana, dikira di Phuket. Dibilangin lagi di Bali malah enggak percaya. Halah.

Jadi memang, Nusa Penida itu salah satu pulau dan secara administratif merupakan kecamatan yang ada di Kabupaten Klungkung, Bali. Melihat dari struktur wilayah dan topografinya Nusa Penida memiliki banyak objek wisata alam yang luar biasa cuakep rek.

Nah, karena liburan saya enggak pernah ala koper dan enggak pernah liburan mahal ala nona-nona manis yang takut kulitnya item---dan tentu menghindari teman seperjalanan yang ribet baik bawaannya maupun hidupnya, jadi semuanya serba backpacker, termasuk budget-nya.  

Jadi fix liburan di Bali rencananya 4 hari dan Nusa Penida 2 hari.

Hotel, fix. Tiket pesawat, fix.

Saya dan adik saya berangkat dari Bandara Depati Amir Pangkalpinang dengan Lion Air penerbangan jam 2 siang, dan sampe Jakarta sekitar jam 3-an. Kita punya waktu dua jam lebih menunggu cantik buat penerbangan Jakarta -- Bali sekalipun kenyataannya mesti menunggu 1 jam karena penyakit akutnya Lion Air. Delay. Alhasil, rencana buat jalan malam terpaksa batal, mengingat akhirnya kita sampai di Bali sekitar jam 11.30 WITA.

Sebagai pejalan yang lebih suka pake taksi online ketimbang konvensional, saya lebih suka pake Grab ketimbang yang lainnya karena harganya jauh lebih murah, sekalipun sering dengar kalau sopir taksinya galak-galak kalau cancel booking tanpa sepersetujuan. Sejauh ini, pelayanan Grab ke saya, aman-aman saja dan nyaman.

BALI

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline