Lihat ke Halaman Asli

Rin Muna

Follow ig @rin.muna

Kisah Rengginang Jimpit dan Literasi Finansial Taman Bacaan Bunga Kertas

Diperbarui: 6 Juni 2019   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pri

Hai guys...!

Gimana lebaranmu tahun ini?

Semoga bisa berkumpul dengan keluarga besar ya.

Sebelumnya, aku mau ngucapin Minal Aidin Wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin apabila ada tulisan-tulisanku yang kurang berkenan di hati pembaca.

Lebaran kali ini merupakan momen yang akan aku ingat sepanjang hidupku. Pasalnya, ini pertama kali aku lebaran di rumah mertua dan keluarga besar suami. Aku merasa sangat bahagia karena punya mama mertua yang menyayangi aku seperti anaknya sendiri. Begitu juga denganku, yang selalu menyayangi keluarga suami seperti keluargaku sendiri.

Selain momen bersama keluarga ... ada juga hal menarik tahun ini. Yakni, salah satu cemilan favorite kekinian di momen lebaran. Kali ini aku lagi seneng banget sama bola-bola rengginang, orang di sinj menyebutnya rengginang jimpit.

Rengginang jimpit ini punya cerita menarik sebelum akhirnya jadi cemilan lebaran yang enak banget.

Malam itu, bibiku main ke rumah. Di bulan ramadan, biasanya dia akan kebanjiran orderan rengginang mentah. Dia bisa membuat 10kg rengginang setiap harinya. Sebenarnya, tidak hanya bulan puasa dia mendapat pesanan rengginang. Tapi, di bulan-bulan biasa juga pesanan rengginangnya tak pernah sepi. Kenapa? Karena rengginang buatan Bibi dan Mbahku itu rasanya sangat berbeda dengan rengginang yang lainnya. Rasanya benar-benar gurih karena bumbu yang digunakan sangat pas.

Kebetulan, Mbahku sengaja menanam padi ketan khusus untuk memenuhi pesanan rengginang dari pelanggannya. Selain beras yang ditanamnya sendiri, bumbu yang digunakan juga dari hasil kebun sendiri, contohnya kemiri. Aku pernah membantu produksi rengginang dan melihat sendiri bagaimana membuat bumbu untuk rengginangnya. Aku percaya, yang membuat rengginang ini berbeda adalah berasnya yang masih fresh alias baru keluar dari penggilingan. Kamu tahu kan gimana pulennya nasi dari padi yang baru saja digiling? Seperti itulah enak dan gurihnya rengginang buatan mbah dan bibiku.

Hampir setiap tahun, setiap momen lebaran, acara syukuran, acara nikahan atau sekedar makan-makan, rengginang ini selalu jadi cemilan andalan keluarga dan warga desa Beringin Agung.

Awalnya, rengginang yang dibuat mbahku ukurannya memang standar saja saat mentah. Tapi, ketika digoreng, rengginangnya mekar banget. Jadi gede-gede gitu. Alhasil, aku harus nyiapin toples yang berukuran besar juga dong buat si renyah ini. Lama kelamaan, ada yang pesan rengginang dengan ukuran yang lebih kecil, alasannya supaya bisa masuk ke dalam toples. Pesanan dari pelanggan selalu saja dipenuhi oleh mbahku. Kemudian, ia mulai memproduksi rengginang yang bentuknya lebih kecil juga dengan varian rasa dan warna. Hmm... yummy..! (Btw, aq nulis ini sambil makan rengginang jimpit loh. Asyik!)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline