Lihat ke Halaman Asli

Rin Muna

Follow ig @rin.muna

Cinta Kedua

Diperbarui: 4 November 2018   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source : Pixabay.com/Albatros67

Aku duduk termangu, menatap secangkir kopi yang hanya disesap setengahnya saja. Dia sudah pergi untuk bekerja. Ya, suamiku tak banyak bicara. Setiap pagi ia hanya menyeruput sedikit kopi buatanku. Tak pernah menyentuh sedikitpun masakan yang aku buat. Selalu berangkat ke kantor dengan terburu-buru.

Aku dan Reza memang tak banyak bicara walau kami sudah setahun menikah. Pernikahan yang sama sekali tidak aku duga sebelumnya. Menyatu dalam sebuah rumah tangga karena perjodohan.

Aku belajar mencintainya, belajar menjadi istri yang baik. Kurasa dia pun begitu. Namun, aku tahu hati kita tak saling memiliki. Dia tak pernah tersenyum manis padaku, apalagi berucap kalimat manis yang membuat hatiku tersipu.

Hingga suatu hari, aku bertemu dengan Arlan di satu acara tanpa sengaja.

"Assalamu'alaikum...!" sapaan pertama yang keluar dari mulut Arlan. Satu kata yang membuat hatiku bergetar. Aku terus menatapnya tanpa sadar.

Arlan membuat hari-hariku berubah seketika. Aku yang tidak pernah tertawa, hampir setiap hari tertawa saat bersamanya. Tersenyum bahagia ketika dia mengucapkan selamat pagi lewat pesan singkat. Atau sekedar mengajakku menikmati angin segar di taman sambil berlari-lari kecil.

Aku tahu, apa yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan besar. Tidak seharusnya aku menghianati suamiku sendiri. Tapi, sikap Reza selalu membuatku berpikir jika dia juga melakukan hal yang sama sepertiku. Mencintai perempuan lain. Perempuan yang ia inginkan untuk menyuguhkan sarapan setiap paginya. Sebab ia tak pernah sedikitpun menyentuh makanan yang aku buat. Hanya bersandiwara romantis di depan keluarga kami.

Reza, aku ingin memberimu kopi ternikmat yang bisa kubuat. Namun Arlan menikmati lebih dahulu dengan cara yang mengagumkan.

Reza, aku ingin melihat senyummu sebab kehadiranku. Namun Arlan menghalangi dengan tawa renyahnya.

Andai kita banyak bicara untuk sama-sama belajar saling mencintai, mungkin keadaannya akan berbeda. Aku tidak akan pernah melihat Arlan istimewa sebab kamu lebih istimewa.

Kita hanya sibuk dengan hati kita masing-masing. Aku mencari apa yang membuatku bahagia begitu juga dirimu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline