Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Pemerintah Memilih Kabinet Zaken Kita Kuatir Terjadi Floracrats

Diperbarui: 15 September 2024   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilsutrasi ahli di sebuah lab/sumber gambar unairnews

Mendengar kata Zaken, kedengaran seperti bahasa Jepang ya, saya awalnya juga menduganya begitu. Lalu menelusurinya mencari tahu. Ini mengingatkan saya dengan uniknya filosofi Tzun Zu dan sejenisnya. Tapi ternyata istilah "zaken" berasal dari bahasa Belanda. 

Lalu apa kaitan zaken dengan pemerintahan dan politik?. Ternyata, "zaken" berarti "urusan" atau "hal-hal". Lantas dalam konteks "zaken kabinet" atau "kabinet zaken," istilah ini merujuk pada kabinet yang terdiri dari ahli atau profesional yang memiliki keahlian khusus dalam bidang yang mereka kuasai. Konsep yang sekarang sedang didorong atau diwacanakan oleh Pemerintah ini menekankan bahwa anggota kabinet dipilih berdasarkan keahlian mereka dalam urusan atau bidang tertentu, bukan hanya berdasarkan pertimbangan politik atau afiliasi partai.

Tentu saja ini sangat menarik, hanya saja tetap harus dikritisi dan disikapi dengan kehati-hatian. Terutama jika sesuatu yang ideal dan baik itu, belum bisa dipisahkan dengan urusan politik. Hasilnya justru akan buruk atau mungkin bisa bias dari harapan baik yang sebenarnya dimilikinya.

Apakah Pemerintah memang ingin mengisi dengan orang-orang yang bersih dari politik, atau hanya untuk penambah daya tarik?.

Masih Ingat Soal "Floracrats" dalam Peleburan Eijkman-BRIN?

Berita yang sempat menjadi polemik yang cukup hangat. Ketika lembaga sekaliber BRIN yang notabene bergerak dalam riset biologi molekuler dipimpin oleh seorang figur dari arus utama partai politik terkemuka?. 

Kondisi ini menjadi rentan dipolitisasi. Mengapa tidak dipilih seorang pakar molekuler agar ada pararelisasi dalam pengelolaan lembaganya. Itu pertanyaan publik yang paling santer di ruang media. Floracrats terjadi ketika peneliti yang hanya bekerja pada birokrat. 

Seperti soal politisasi lembaga oleh negara, tentu kita ingat apa yang disampaikan sejarawan Andrew Goos dalam bukunya "Floracrats: State-Sponsored Science and the Failure of Enlightenment in Indonesia" (2011), ketika para ahli yang bekerja dalam sebuah istitusi hanya dianggap milik negara bekerja pada birokrat, hanya sebagai sebuah komoditas lembaga milik negara.!. Inilah yang menjadi kekuatiran yang besar.

Karena konsep zaken kabinet, atau kabinet berbasis keahlian, adalah sebuah inovasi yang dirancang untuk menciptakan pemerintahan yang lebih profesional dan efektif dengan menempatkan individu-individu yang benar-benar ahli di bidangnya pada posisi-posisi strategis. Kita tentu berekspektasi tinggai agar kabinet ini bisa membuat perubahan yang signifikan dalam Pemerintahan dan tentu saja juga terhadap perpolitikan kita.

Jadi yang harus kita pahami adalah bahwa dalam paradigma ini, meskipun calon menteri diusulkan oleh partai politik, penilaian terhadap kompetensi dan keahlian menjadi kriteria utama dalam pemilihannya harus bebas dari kepentingan. Sulit kelihatannya, tapi tetap harus jadi pertimbangan utama jika ingin Pemerintah berhasil.

Konsep ini menjanjikan transformasi signifikan dalam tata kelola pemerintahan, dengan harapan meningkatkan efektivitas kebijakan dan memastikan bahwa setiap kementerian dipimpin oleh sosok yang benar-benar relevan dengan tugasnya. Namun, implementasi konsep ini tentu saja akan menghadapi berbagai tantangan yang perlu diatasi yang tidak mudah agar bisa mewujudkan visi pemerintahan yang lebih profesional dan berbasis keahlian.

Zaken kabinet ideal?-sumber gambar kompas.id

Apa Kelebihan Zaken Kabinet di banding kabinet lainnya?

Salah satu kelebihan utama dari konsep zaken kabinet adalah kemampuannya untuk meningkatkan profesionalisme dalam pemerintahan. 

Apalagi ketika Pemerintah menempatkan ahli di bidangnya pada posisi strategis, dengan harapan kementerian bisa berfungsi lebih optimal sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Misalnya, kementerian yang menangani urusan teknologi akan dipimpin oleh seorang ahli teknologi yang memahami perkembangan terkini dan bisa mengimplementasikan kebijakan yang relevan dengan cepat. 

Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas kebijakan yang diterapkan, tetapi juga memastikan bahwa solusi yang diberikan lebih tepat sasaran dan berbasis data ilmiah.

Contoh paling mudah, ketika kementerian teknologi dan sain dipimpin oleh BJ Habibie. Dengan berbagai gagasan brilian tentang teknologi, salah satunya kedirgantaraan. Hanya sayangnya ketika itu, pembangunan kita mungkin belum beranjak jauh ke teknologi tinggi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline