Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Gunakan Learning Community Agar MPLS Lebih Seru dan Tepat Sasaran

Diperbarui: 18 Juli 2024   16:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang siswa yang gembira saat MPLS di sekolah/sumber gambar amp.kompas.com

Jika kita membayangkan diri sebagai seorang siswa baru, berbagai kecemasan yang bahkan tak kita tunjukkan kepada para orang tua kita adalah kecemasan bercampur ketakutan. Apakah sekolahnya akan baik kepadanya, apakah guru-gurunya juga begitu, dan bagaimana dengan teman-teman barunya.

Masa awal sekolah menjadi masa transisi dan adaptasi dengan lingkungan baru. Jika bukan lagi kanak-kanak akan membutuhkan adaptasi yang lebih besar mengingat para remaja sudah memiliki banyak pertimbangan ketika harus berinteraksi dengan orang lain.

Sebagian besar anak-anak membayangkan bahwa orang di luar lingkungannya akan sama baiknya dengan orang-orang yang berada dalam lingkungan tempat tinggalnya atau rumahnya.

Tapi ketika kenyataannya berbeda bahkan lebih keras dari dugaannya, maka dimulailah fase anak-anak mengalami situasi yang bisa membuatnya ketakutan, stress bahkan shock. Bahwa ternyata lingkungan diluar rumah begitu menakutkan.

Teman-teman yang  memperlakukannya dengan  "bombastic side eye", bisa jadi di sekolah barunya mungkin untuk pertama kalinya ia mendapat perlakukan seperti itu.

Urban Dictionary menjelaskan bahwa "bombastic side eye" adalah ekspresi wajah dengan pandangan melirik ke samping ketika terjadi tindakan atau perkataan yang sangat aneh atau mengganggu. Istilah ini juga mencirikan karakter sinis seseorang yang menunjukkan ekspresi tatapan sinis.

Meskipun bukan kekerasan verbal atau fisik,  "bombastic side eye" bisa menjatuhkan mental anak, dan itu bisa terjadi di lingkungan barunya di sekolah, itu baru salah satu contoh masalah.

Apalagi jika kemudian ditambah, dengan perlakukan para panitia dan guru saat Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang buruk di sekolah barunya, tentu ini bisa menjadi trauma.

MPLS Untuk Atasi Bibit Kekerasan di Sekolah

Sejatinya MPLS bisa menjadi cara kita sejak awal untuk menghilangkan bibit kekerasan si sekolah. Apalagi sekolah-sekolah kejuruan, sekolah maritim, keperawatan dan lainnya yang membutuhkan kemampuan, keahlian atau skill yang berbeda dari sekolah umum, sehingga mereka mungkin memberlakukan MPLSnya lebih dari sekolah biasa karena tuntutan kebutuhan demi skill dan ketahanan mental mereka.

Sayangnya stigma yang sudah terlanjur melekat, sekolah-sekolah profesi atau kejuruan-vokasi, sering menjadi ruang terjadi kekerasan dibanding sekolah umum dan sekolah nonformal yang banyak dirancang spesifik karena menjadi ruang alternatif. Bahkan di sekolah nonformal kasus kekerasan ini justru jarang terjadi.

Tentu saja stigma buruk ini berbahaya, meskipun kejadian bersifat kasuistis dan dilakukan oleh oknum senior yang jahat, namun nama baik sekolah menjadi taruhannya.

Jika kasus seperti ini juga mulai merambah ke sekolah umum karena adanya senioritas akibat dampak senioritas yang terus diulang-ulang menyebabkan budaya positif di sekolah menjadi hilang.

MPLS menjadi kesempatan kita memulai babak baru jika ingin menghilangkan stigma dan kebiasaan buruk akibat sistem senioritas. Justru dengan cara-cara yang lebih bersahabat, merangkul siswa baru dalam lingkungan baru dan menjadi bagian dari keluarga besar akan menjadi cara yang lebih sederhana mengatasi masalah kekerasan dan bullying yang selama ini menjadi salah satu masalah disekolah yang tak pernah pupus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline