Saat lebaran atau Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji, menjadi kesempatan bagi banyak pedagang daging mendapat peluang rezeki. Sayangnya tidak sedikit pedagang yang bermain "kotor" memanfaatkan peluang. Mereka melakukan tindakan Cheating Meat!, apa itu?.
Saat daging belanjaan kita ditimbang ulang, daging yang beratnya 1 kilo bisa tersisa cuma 7 ons. Apalagi setelah daging dibiarkan tersimpan atau hanya diletakkan saja, kadar airnya akan menyusut dengan sendirinya.
Biasanya dalam 1 kilogram daging sapi hasil tindakan modus curang-cheating meat seperti daging gelonggongan, kurang lebih terdapat kandungan 300 gram air di dalamnya.
Inilah yang menyebabkan susutnya daging yang dibeli konsumen dan kita tertipu modus kejahatan cheating meat-praktek curang dari pedagang daging . Salah satunya melalui praktek mengelonggong sapi yang termasuk dalam kategori tindak pidana, sehingga oknumnya bisa ditindak secara hukum.
Dalam prakteknya penggelonggongan daging, yaitu dengan cara memasukkan air sebanyak-banyaknya pada sapi hidup, bertujuan menambah berat daging saat penjualan. Perilaku kejam ini menyebabkan hewan menjadi kesulitan berdiri secara normal, dan ini adalah bentuk pelanggaran animal welfare. Bukan hanya "perikemanusiaan", "perikehewanan"juga harus diperhatikan.
Hanya saja soal pembuktiannya yang membutuhkan mekanisme khusus sejak awal untuk menemukan indikasi dan pembuktikan tindak kejahatan tersebut.
Menjadi Pembeli Cerdas Pahami Teknik Hanging
Saat hari raya, kebutuhan daging melonjak tajam. Meskipun sebagian orang memperolehnya dari jatah daging Kurban. Apalagi di daerah dengan tradisi memasak menu kuliner berbahan baku daging sapi. Di Aceh dikenal dengan Tradisi Makmeugang, atau Meugang untuk menyebut tradisi menghantar daging dan memasak menu berbahan baku daging sapi sebagai persiapan menyambut hari raya.
Pada saat seperti inilah, para konsumen cenderung tidak waspada pada kualitas daging yang dibelinya. Bahkan bisa memilih daging berkualitas buruk asal harganya murah.
Padahal bisa ditemukan kasus daging hasil gelonggongan. Daging gelonggongan selain menjadi berwarna pucat, juga memiliki kadar air yang lebih banyak dan bisa terlihat dari rembesan air yang keluar dari daging saat diletakkan apalagi digantung. Dan tekstur daging juga menjadi "baso", terlihat besar, namun terasa lembek saat ditekan.
Konsumen harus cermat memilih daging terutama daging yang diletakkan, tidak digantung. Mengapa?. Jika daging yang "diakali" dengan cara digelonggong, saat digantung airnya akan merembes dan menetes.
Itulah mengapa pedagang nakal mengakalinya dengan meletakkan daging saat menjualnya. Tujuannya jelas untuk mengelabui konsumen, jika dagingnya adalah daging gelonggongan.
Maka konsumen harus memahami fungsi utama teknik hanging---menggantung daging. Dengan posisi daging tergantung, air akan keluar dari daging. Sehingga akan memudahkankonsumen untuk memastikan memilih daging yang aman.
Namun di los atau pasar daging di Aceh, dan mungkin juga di daerah di Indonesia lainnya, umumnya daging dijual dengan cara digantung. Kecuali untuk bagian tertentu seperti jeroan---babat, atau tulang untuk pelengkap sayur sop.
Sehingga konsumen yang tidak memahami seluk beluk daging yang berkualitas baik, bisa menggunakan pengetahuan teknik hanging sebagaia cara mewaspadai adanya indikasi daging yang aman atau tidak.